chapter 28

19.1K 1.7K 102
                                    

Rendra baru saja keluar dari bandara, dia dijemput oleh supir bu Fatima. Rendra kembali terbang ke Jogja untuk menjemput anak dan istri nya untuk kembali ke Jakarta. Tapi kali ini Rendra sendirian, ia tidak mengajak Aldi ikut serta.

Duduk di kursi belakang pikiran Rendra kembali melanglang, mengingat momen kebersamaan nya dengan Lara terakhir kali. Sudut bibirnya terangkat mengingat gimana ekspresi wajah merah Lara saat ia malu tapi juga kesal karena obrolan tentang "ronde" di dalam mobil beberapa hari yang lalu.
Sejujurnya Rendra juga malu karena sudah menggoda Lara seperti itu, keisengan itu muncul begitu saja, tanpa ia rencanakan. Dia memang tanpa sengaja mendengar obrolan Lara dan saudara saudara nya ketika mereka di dapur, niat hati mau memanggil Lara tapi begitu ia mendengar namanya disebut. Rendra jadi urung memanggil Lara, ia justru malah menguping dan sedikit kaget dengan obrolan mereka yang ia dengar.
Jika ia teringat obrolan di dalam mobil itu sejujurnya ia juga merasa malu sekali. Bisa bisa nya dia bertingkah seperti itu. Untung setelah kejadian itu malam harinya nya dia sudah terbang ke Jakarta, jadi dia tak harus bertemu Lara lagi. Jadi tentu saja rasa malunya menjadi sedikit berkurang.

Namun sebentar lagi dia akan bertemu lagi dengan Lara, Rendra berharap lara sudah tak mengingat perkataan nya di dalam mobil kala itu. Semoga lara sudah melupakan nya. Dia jug tidak mau lagi kebablasan bercanda seperti itu lagi,cukup sekali saja dia mempermalukan dirinya.

*

Rendra tak mendapati Lara begitu ia sampai di rumah ibu nya, hanya ada anak anak nya saja di rumah, Resya bilang tadi Lara pamit ke supermarket sebentar.
Rendra kemudian memilih membersihkan diri dulu sambil menunggu Lara pulang.

Sudah satu jam berlalu sejak Rendra selesai mandi, tapi Lara belum juga terlihat di rumah, Rendra mulai khawatir, dia sudah berusaha menghubungi ponsel Lara sedari tadi, tapi panggilan itu tak tersambung seperti nya ponsel Lara sedang tidak aktif.
Rendra akhirnya berinisiatif menyusul Lara ke supermarket yang lokasi nya tak jauh dari rumah itu, ia takut kalau terjadi apa apa dengan istrinya.
Bergegas mengambil kunci mobil nya sebelum kemudian keluar ke halaman depan.
Baru saja Rendra hendak masuk ke mobilnya, terlihat sebuah motor matic berhenti tepat di depan pagar yang barusan dibuka satpam rumah nya tadi. Gerakan tangan nya terhenti, Rendra mengurungkan niatnya masuk ke mobilnya begitu ia tau siapa penumpang motor tersebut.

"Makasih ya mas buat tumpangannya. Maaf merepotkan"

"Gak papa Ra"

Rendra berjalan mendekat dia bisa mendengar percakapan keduanya.

"udah pulang?" Lara bertanya pada suaminya itu ketika melihat Rendra sudah ada disampingnya.
Rendra hanya diam, dia justru memandang laki laki yang masih memakai helm itu, dia mengamati dengan seksama wajah laki laki ini.

"Kamu darimana?" Tanya Rendra

"Aku dari supermarket, handphone aku gak sengaja tadi jatuh, terus gak tau kenapa gak bisa nyala. Aku bingung pulang nya karena gak bisa buat pesan ojek online, malah gak sengaja ketemu mas Ammar tadi pas aku nunggu becak lewat, jadi mas Ammar nawarin nganterin aku pulang" Lara menceritakan kronologi kenapa dia bisa berboncengan dengan Ammar. Padahal Rendra tadi hanya bertanya darimana? Tapi entah mengapa menurut Lara ia perlu menjelaskan kepada Rendra kenapa dia bisa pulang bersama Ammar, ia takut Rendra berfikir negatif soal mereka.

"Owhh"

"Oiya saya Ammar mas, tetangga nya Lara" Ammar sudah turun dari motor nya helm juga sudah ia lepas, dia memperkenalkan diri pada Rendra.

"Rendra" keduanya pun berjabat tangan.

"Kalau begitu saya pamit pulang ya Ra, mas" pamit Ammar setelah nya. Ammar tau laki laki yang di depannya ini adalah suami Lara, dia pernah mencari tau soal identitas suami Lara itu di internet ketika ia mendengar Lara menikah dengan seorang menteri. Dia merasa tidak enak saat Rendra melihat mereka berboncengan tadi. Maka setelah berbasa basi sebentar Ammar undur pamit.

Lara CharanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang