episode 6

21.9K 1.7K 25
                                    

Sudah dua hari Lara berada di Jakarta, lebih tepatnya berada dirumah sakit tempat Resya dirawat, Dan selama dua hari itu Lara tidak pernah beranjak dari area rumah sakit. Dia benar benar merawat Resya dengan baik, dan kehadiran Lara bagaikan obat yang mujarab untuk Resya, keadaan anak itu berangsur membaik, demam nya sudah turun, Resya juga sudah mau makan asal kan Lara yang menyuapinya, minum pun sudah banyak tidak seperti kemarin kemarin disuruh minum pun Resya susah, meski belum dinyatakan sehat  tapi bisa dibilang masa kritis Resya sudah berakhir.

Dua hari menginap dirumah sakit,dua hari pula Lara dihadap kan pada rasa canggung, bagaimana tidak setiap malam Lara terjebak dikamar rumah sakit bersama Rendra ayah Resya, bukan gimana gimana, tapi bagi seorang Lara yang berstatus wanita single terus tiba tiba harus berada satu ruangan bersama laki laki yang baru dikenal membuat Lara merasa tidak nyaman.
Tadinya Lara mau menginap di hotel dekat rumah sakit saja, dan akan kembali kerumah sakit esok harinya, tapi lagi lagi murid kecilnya itu merengek dan meminta Lara untuk tinggal dirumah sakit bersama nya. Jadilah Lara mau tidak mau harus menginap dirumah sakit. Begitupun dengan Rendra ayah Resya yang juga harus menginap di ruangan yang sama dengan Lara.

Perbincangan mereka pun hanya seperlunya saja, ahh malah bisa dibilang mereka jarang sekali bicara, hanya pada awal perkenalan saja mereka bicara, waktu itu Rendra mengucapkan terima kasih untuk waktu Lara yang diberikan untuk menjenguk dan merawat Resya.
Selebihnya pembicaraan mereka hanya seperlunya saja.
Menurut penilaian Lara, Rendra itu sosok yang serius, raut wajah nya saja sudah mencerminkan bahwa dia orang yang tegas. Dan belum lama Lara tau bahwa Rendra Wijaya ini adalah seorang Menteri, informasi itupun dia dapat dari asisten Rendra yang bernama Aldi.  Yaa selama dua hari di rumah sakit Lara justru sering mengobrol dengan Aldi asisten Rendra, Aldi orang yang humble, dia lebih asyik diajak mengobrol. Sejak pertama mengobrol keduanya langsung klop, Lara menyukai sikap Aldi itu.

***

"Totalnya 43.500"

Lara menunduk mengambil dompet yang ada didalam tas nya, setelah mendengar kasir di depan nya tadi bicara

"Ini mba" belum juga Lara menyodorkan uang dari dalam dompet nya tiba-tiba terdengar suara berat disamping nya, bukan hanya itu lelaki itu juga menyodorkan uang 100.000 an ke mbak kasir didepan Lara tadi.
Lara menoleh dan betapa terkejutnya melihat Rendra yang disamping nya.

"Ehh.. gak usah pak, pakai uang saya aja."

"Gak apa pakai itu saja, sama tambah hot capuccino nya satu." Ucap Rendra pada mbak kasir di depannya.

Kasir itu mengangguk kemudian melanjutkan tugas nya sampai selesai.
Lara yang bingung karena Rendra muncul tiba-tiba hanya bisa terdiam ditempatnya sambil menunggu pembayaran selesai.
Tadi setelah nenek Fatima datang ke kamar Resya, Lara ijin keluar sebentar, dia mau cari coklat panas minuman favorit nya itu, untung di rumah sakit itu ada coffe shop kecil jadi Lara tidak perlu keluar dari area rumah sakit.
Dan betapa terkejutnya Lara tadi melihat Rendra muncul tiba-tiba, ini masih sore hari bahkan matahari belum sepenuhnya hilang tapi kenapa Rendra sudah datang, biasanya Rendra datang kerumah sakit pada malam hari tengah malam malah, berbeda dengan hari ini masih sore dan Rendra sudah muncul.

"Emm miss, ijin berapa hari dari sekolah?" Tanya Rendra yang berjalan berdampingan dengan Lara, kini keduanya sedang berjalan di lorong rumah sakit menuju kamar Resya.

"Saya ijin sampai dua hari kedepan pak"

Rendra mengangguk

"Maaf kami sudah merepotkan miss"

"Panggil saya Lara saja pak"

"Emm baiklah kalau begitu.." kini mereka berdua sudah masuk kedalam lift yang menghubungkan lantai satu ke lantai tiga.

Lara CharanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang