Liburan yang Rendra janjikan pada anak anak akhirnya tiba, mereka saat ini sedang dalam perjalanan menuju ke Bandara. Sedari semalam Lara sudah sibuk mempersiapkan segala keperluan mereka. Rendra sudah mewanti wanti untuk tidak usah membawa baju terlalu banyak, karena mereka cuma sebentar disana, bawa secukupnya saja. Biar tidak repot karena kali ini mereka benar benar pergi berlima tanpa Aldi atau asisten yang lain.
Anak anak terlihat sangat senang dengan liburan kali ini, Yang paling terlihat antusias tentu saja Reysa. Bocah itu terlihat senang sekali, di perjalanan tak henti henti nya berceloteh tentang kemana saja nanti mereka saat di Bali.
Berbeda dengan Reysa, Refi dan Reyfan yang terlihat senang, Lara justru terlihat tak bersemangat, bukannya dia tidak senang dengan acara liburan ini. Tapi memang sejak pembicaraan dengan Bu Fatima dua hari yang lalu Lara menjadi terlihat murung, banyak pikiran yang mengganjal di hatinya. Bu Fatima sudah pulang ke Jogja kemarin pagi, Lara ikut mengantar beliau sampai ke bandara. Sejujur nya setelah pembicaraan malam itu, membuat Lara berfikir banyak. Tentang hubungan nya dengan Rendra, permintaan mertuanya yang ingin segera ia hamil, permintaan ibu Fatima agar dia berhenti bikin kue Semua rasa nya berputar putar di kepala nya.
Wajah muram nya Lara tak luput dari pandangan Rendra, Rendra sudah memperhatikan Lara sedari kemarin, tapi masih saja ia urung bertanya.
*
Hari pertama liburan di Bali, Rendra mengajak anak anak pergi ke Bali Zoo, hampir seharian mereka disana, Reysa terlihat senang sekali, entah kapan terakhir Reysa pergi melihat kebun yang berisikan banyak hewan hewan seperti ini. Anak itu terlihat tak ada capeknya berlarian kesana kemari, Refi dan Reyfan terlihat sibuk mengikuti adik nya.
Rendra senang melihat antusias anak anak nya seperti ini, sebersit rasah bersalah di hatinya timbul begitu saja karena selama ini ia jarang mengajak anak anak berlibur, kesibukan nya kerja menuntut anak anak untuk terkurung dan jarang keluar rumah, apalagi untuk berlibur seperti ini. Padahal harusnya Rendra bisa menyempatkan waktu nya bersama anak anak ditengah kesibukan nya, melihat senyum bahagia mereka, antusias mereka seperti ini saja bisa membuat hatinya menghangat.
"Kamu gak ikut makan sekalian?"tanya Rendra yang melihat piring Lara masih bersih.
Mereka sedang berada di salah satu restoran, sepulang dari bali zoo mereka mampir sebentar ke pantai menikmati indahnya sunset , lalu sebelum kembali ke hotel mereka mampir ke restoran terlebih dahulu untuk makan malam."Nanti setelah selesai nyuapi Reysa"
"Keburu dingin sop kamu, sini biar Reysa aku suapin" usul Rendra pada akhirnya, karena kalau menunggu Reysa selesai makan pasti akan lama, sedangkan nasi di piringnya saja sudah habis dari tadi, Refi dan Reyfan pun juga sudah hampir selesai makan nya, sedangkan Lara sama sekali belum menyentuh makanan nya, ia masih menyuapi Reysa tanpa menyambi makan seperti biasa, Padahal biasanya ketika di rumah dia menyuapi Reysa sambil ia sendiri pun ikut makan. Tau sendiri gimana anak anak kalau makan, ngunyah nya pasti lama.
"Gak mau, maunya sama Bunda" tolak Reysa ketika melihat ayah dan bunda nya hendak bertukar tempat.
"Reysa apaan sih, udah besar udah bisa makan sendiri juga, masih minta di suapin" Refi ikutan bicara kali ini. Mengomeli Reysa
"Kan biasanya juga disuapin sama Bunda"
"Ya belajar makan sendiri dong, kakak aja makan sendiri, kak Rey juga" ucap Refi lagi
Reysa yang mendengar omelan kakak nya terlihat cemberut, tapi mulut nya tetap sibuk mengunyah makanan tadi."Udah sini aku yang suapin, kamu makan aja" Rendra menggeser piring kosong Lara dan mangkuk sup nya ke sebelah, kemudian mereka berpindah tempat duduk. Rendra menyuapi Reysa, sedangkan Lara menurut tanpa mendebat duduk di kursi yang di duduki suami nya tadi. Sebelum menyuapi Reysa, Rendra sempat melirik nasi yang Lara ambil, sedikit sekali. Entah kenapa beberapa hari ini Rendra perhatikan makan nya Lara sedikit sekali. Dan juga Lara sering terlihat tak berselera makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara Charanya
RomanceLara Charanya anak pertama dari keluarga yang sederhana, sejak usia 20 tahun dia sudah menjadi tulang punggung keluarga, bekerja sekuat tenaga nya dari pagi sampai malam demi memenuhi kebutuhan keluarga. Namun siapa yang menyangka pekerjaan nya seb...