episode 7

21.2K 1.6K 14
                                    

"tu-mor otak" ulang Lara terbata, bibir nya terasa berat mengucap ulang diagnosa dokter barusan, ucapan dokter di depan nya ini seakan menjadi petir yang tiba-tiba saja memekakkan telinga nya.

"Ibu Dinar sudah pernah ke sini dua
kali, saya sudah bilang tentang sakit ini dan meminta ibu Dinar untuk pemeriksaan lebih lanjut, waktu itu saya anjurkan ibu Dinar untuk melakukan MRI untuk kepastian massa yang ada di kepala nya, tapi ibu Dinar tidak datang kesini lagi."

"Ibu saya pernah kesini dok?" Tanya Lara terheran kapan ibunya datang kerumah sakit besar ini sendirian, seingat Lara Bu Dinar memang pernah memeriksa kan kepalanya yang pusing tapi setau Lara ibu hanya periksa ke klinik kecil bukan ke rumah sakit besar, dan Lara pikir sakit kepala ibu nya selama ini hanyalah sakit kepala biasa dia tidak pernah menyangka itu adalah sakit kepala yang serius seperti ini.

"Iya, beliau kesini sendiri, sudah melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan untuk penegakan diagnosa kami, dan hasil yang kami peroleh ada massa yang kami curigai itu tumor di dalam kepala ibu Dinar"

"Lalu apa ibu saya harus dioperasi dok?"

"Belum bisa dioperasi karena letak massa itu tidak memungkinkan untuk langsung diambil karena berdekatan dengan jaringan syaraf pada otak. Kalau dioperasi sekarang akan banyak resikonya"

"Kita fokus mematikan jaringan massa itu dahulu, nanti kita lihat perkembangan nya kalau jaringan nya posisi nya sudah memungkinkan baru kita melakukan Operasi"

***

Langkah kakinya lemah menyusuri koridor rumah sakit, penjelasan dokter barusan membuat hatinya gelisah dan takut. Dia takut ibunya kenapa kenapa, membayangkan ibu nya kesakitan membuat nya sedih. Lara anak sulung,ibu dan adik adiknya adalah tanggung jawabnya. Apapun akan Lara lakukan untuk kesembuhan ibu nya. Apapun itu Lara janji.

***

Flashback beberapa jam yang lalu...

Tepat hari ke empat Lara di Jakarta, Subuh tadi Lara mendapat telepon dari sang adik yang mengabarkan bahwa ibu nya pingsan dan dibawa kerumah sakit.
Setelah mendengar kabar tersebut, Lara buru buru memesan tiket pesawat penerbangan paling awal dan meninggalkan Resya bersama neneknya, rencana nya Lara mau pulang malam hari nanti setelah Rendra pulang dari luar negeri, tapi pagi hari tadi dia sudah mendapat kabar buruk yang mengharuskan dia pulang saat itu juga.
Lara bahkan tidak sempat pamit ke Resya karena gadis kecil itu masih tertidur dia hanya berpamitan pada Ibu Fatima.

***

Malam hari Rendra dibuat pusing karena rengekan anak bungsunya yang terus menerus menangis.
Resya kembali menangis karena begitu dia bangun tidur tadi pagi tidak mendapati Miss nya diruangan nya. Sudah beberapa kali ibu Fatima menelpon Lara untuk menanyakan kabar nya dan keadaan ibunya tapi ponsel Lara tidak aktif sedari tadi, membuat Ibu Fatima jadi mengkhawatirkan keadaan Lara.
Ibu Fatima juga berusaha membujuk Resya dan memberi pengertian cucu nya itu bahwa Miss nya sedang tidak bisa menemani Resya sekarang. Tapi kembali lagi Resya masih kecil dia belum cukup memaklumi keadaan. Dia tetap merengek dan menangis meminta Lara kembali bersama nya

Sudah dua Minggu ini Lara sibuk mondar-mandir rumah sakit, proses pengobatan ibunya sudah dimulai, Lara masih mengajar dan juga kerja di Bakery seperti biasa, ia baru akan kerumah sakit Setelah pulang dari rumah sakit dan selama Lara kerja adik adiknya lah yang bergantian menjaga ibu mereka.

Selama itu Lara belum sempat menghubungi ibu Fatima, dan belum sempat menanyakan kabar Resya, Lara benar benar sedang kalut dan sibuk.

***

"Kenapa kalian bisa teledor seperti ini?" Amarah Rendra meluap begitu saja ketika mengetahui siang tadi Resya keluar diam diam dari rumah. Dan cerobohnya semua pekerja dirumah tidak ada yang tau tentang kepergian anak itu.

Lara CharanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang