episode 5

21.1K 1.7K 20
                                    

Tiga pekan sudah kepindahan Rendra dan anak anaknya ke Jakarta.
Anak anak sudah mulai sekolah di sekolah mereka yang baru, semua berjalan seperti biasa, tapi itu hanya berlaku untuk Reyfan dan Refi, tidak untuk si bungsu Resya, gadis kecil itu sama sekali tidak baik baik saja. Semenjak pindah ke sekolah barunya Resya kembali menjadi anak yang murung, dia tidak mau bermain bersama teman teman barunya, guru dikelas nya pun juga sudah berusaha membuat anak itu nyaman di dalam kelas barunya. Tapi tetap tidak bisa membuat Resya senang berada disekolahnya yang baru.

Dan Sudah tiga hari ini Resya demam, anak itu juga tidak mau makan. Rendra sudah memanggil dokter kerumah untuk memeriksa keadaan Resya tapi sudah hari ketiga keadaan nya juga tak kunjung membaik.
Hingga siang tadi ketika Rendra sedang mengikuti rapat penting,dia mendapat pesan dari asisten di rumahnya yang memberitahukan kalau keadaan Resya semakin memburuk, bahkan anak kecil itu muntah muntah dan wajahnya menjadi sangat pucat. Rendra panik ketika membaca pesan tersebut, tapi saat itu dia sedang mengikuti rapat bersama Bapak presiden dan sangat tidak mungkin meninggalkan rapat tersebut. Akhirnya Jihan sekretaris pribadinya lah yang diutus Rendra kerumah dan membawa Resya kerumah sakit segera.

🌿🌿🌿

"Gimana Resya?" Terdengar suara berat Rendra setelah pintu ruang rawat inap Resya terbuka.

"Pak Rendra " Jihan yang berdiri di dekat ranjang langsung membalikkan badannya begitu terdengar pintu terbuka.

"Resya baru saja di ambil darahnya, dokter belum bisa memastikan, masih menunggu hasil laboratorium nya keluar, tapi dokter menduga Resya terkena Demam Berdarah, Demam nya mencapai 39 derajat, tadi ketika dimobil Resya juga sempat mimisan Pak, Resya juga terkena dehidrasi parah." Sekretaris Jihan menjelaskan tentang kondisi Resya saat ini. Dada Rendra seketika sesak mendengar penjelasan Jihan barusan, Resya nya yang malang.
Rendra kemudian berjalan mendekati ranjang Resya, anak itu sedang tidur wajah nya pucat, tangan Rendra terulur mengelus pelan kening Resya, panas seketika terasa ditelapak tangan Rendra, gadis bungsu nya ini benar-benar sedang sakit, terbersit rasa bersalah dihati Rendra melihat keadaan Resya, Rendra tau Resya sangat tidak suka berada di Jakarta, anak itu selalu murung sejak kepindahan mereka, Rendra selalu mendapat laporan dari asisten rumah nya bahwa Resya selalu murung dan tidak mau keluar kamar, Resya juga jadi susah kalau disuruh makan. Rendra jadi semakin merasa bersalah karena hal itu.

"Mii..ss.." terdengar Resya mengigau pelan, sangat pelan.

"Kenapa Resya?" Rendra yang mendengar Resya mengingau tapi tidak jelas dengan apa yang diucapkan Resya kemudian sedikit membungkuk kan badan nya agar dapat mendengar dengan jelas apa yang diucapkan Resya.

"M..ii..ss" lirih dan terbata Resya terus mengigau keringat dingin juga terlihat di kening nya

"Miss??" Rendra mengulang apa yang diucapkan Resya.

"Resya sayang, ini ayah" dilap nya keringat dikening Resya

"M..ii..ss" bibir kecil itu terus mengigau membuat Rendra panik dan bertanya tanya. Siapa Miss yang dimaksud Resya.

Semalaman Rendra tidak pulang ke rumah, dia menunggui Resya dirumah sakit, keadaan Resya semakin kritis, setelah hasil cek darah tadi keluar, dokter mengatakan Resya positif demam berdarah, Resya juga terkena dehidrasi, asma yang diderita Resya sejak kecil juga kambuh karena sakit nya ini
Resya anak bungsu nya ini memang paling lemah dari segi kesehatan dibanding dua kakak nya.

"Tu kan belum ada satu bulan kalian pindah Resya udah sakit begini" terdengar omelan panjang dari mama nya diujung telepon nya.
Rendra baru saja menelpon ibu nya mengabarkan kondisi Resya, ibu Fatima marah dan sangat panik begitu mendengar nya

"Mama kesana sekarang, semoga mama bisa dapat tiket penerbangan malam ini.
Rendra... Rendra... Kamu ini sebenernya bisa gak sih jaga anak"

"Iya ma, Rendra tunggu, udah ya ma Rendra tutup telpon nya." Pamit Rendra kemudian, kalau Rendra tidak segera mengakhiri telepon ini,dipastikan omelan mama Fatima akan jadi luas, hasil dari panjang kali lebar.

🌿🌿🌿

Ibu Fatima sampai di Jakarta keesokkan harinya, semalam dia tidak dapat tiket untuk penerbangan terakhir, jadilah Bu Fatima mimilih penerbangan paling pagi untuk ke datang ke Jakarta.

"Ren, Kok jadi gini sih?" ibu Fatima sedih begitu sampai rumah sakit dan melihat kondisi cucunya.

"Resya butuh donor darah ma, Rendra sudah usahakan Resya dapat donor yang dia butuhkan"

"Cucu nenek" ucap Ibu Fatima sambil mengelus kening Resya pelan.

"Miss.." lirih sekali. Resya kembali mengigau, bibir kering nya terus bergumam memanggil Miss.

"Miss..?" Ulang ibu Fatima.

"Ahh iya ma, dari kemarin Resya gak berhenti manggil Miss, Miss siapa ma yang dimaksud Resya?

"Owhh mungkin Resya pengen ketemu Miss Lara, iya pasti Miss Lara Rend"

"Miss Lara?"

"Iya, dia itu guru disekolah Resya dijogja, Resya memang sangat dekat dengan Miss Lara, apa mungkin  Resya pengen ketemu Lara ya, Rend."

"Bisa jadi ma"

Kembali ibu Fatima mendekat ke ranjang cucunya.

"Resya pengen ketemu Miss Lara ya" tanya ibu Fatima pada cucunya yang tidur itu

🌿🌿🌿

Siang ini Lara sudah tiba di Jakarta, setelah kemarin Lara mendapat telepon dari ibu Fatima dan menjelaskan kondisi Resya dan ibu Fatima juga meminta kesediaan Lara untuk datang menjenguk Resya, ibu Fatima juga menceritakan soal keinginan Resya untuk bertemu dengannya sampai keinginan itu terbawa dalam igauan Resya.

Dan tanpa berfikir lama Lara langsung mengiyakan keinginan ibu Fatima, semua tiket pesawat dan akomodasi sudah disediakan oleh ibu Fatima Lara tinggal berangkat saja.

Kini Lara sudah berada di ruang rawat inap Resya, setelah turun dari pesawat Lara langsung menuju ke rumah sakit tempat Resya dirawat. Lara duduk disamping tempat tidur Resya, tangan kanan nya memegang tangan kanan resya yang terbebas dari jarum infus.
Pandangan nya tertuju pada wajah Resya yang tirus. Lara ikut sedih melihat keadaan Resya saat ini.

"Masa kritis Resya belum berakhir miss"

Lara mendongak melihat raut wajah sedih ibu Fatima yang berdiri disampingnya.

"Bu, panggil saya Lara saja. Ini kan bukan dilingkungan sekolah, jadi cukup panggil Lara saja."

Ibu Fatima mengangguk.

"Maaf ya jadi merepotkan kamu Lara."

"Saya gak repot kok ibu, saya ikut prihatin lihat keadaan Resya begini."

"Miss la..ra" obrolan mereka terhenti ketika mendengar suara lirih Resya.
Anak itu terbangun.

"Iya Resya ini Miss Lara.."

"Miiss Resya kangen" ucap Resya masih dengan pelan dan terbata bata.

"Iya, miss juga kangen Resya.." Lara berdiri membungkuk memeluk Resya.
Ibu Fatima terharu melihat kedekatan mereka berdua, andai Lara bisa menjadi ibu Resya, nah kan khayalan ibu Fatima jadi kemana mana.

🌿🌿🌿

Rendra datang ke rumah sakit sekitar jam 7 malam, seharian ini dia disibukkan dengan tugas Menteri nya, setelah semua selesai Rendra langsung bergegas ke rumah sakit.

Dan Pemandangan pertama yang dia lihat adalah seorang wanita duduk di pinggir ranjang dan sedang menyuapi Resya.
Alis nya bertaut.

"Rend, kamu udah datang" sapa ibu Fatima ketika melihat Rendra berdiri didepan pintu. Lara yang mendengar sapaan bu Fatima ikut menoleh ke arah pintu masuk.
Pandangan mereka bertemu,
Lara dan Rendra.

"Ahh Rend kenalin ini Miss Lara gurunya Resya dari Jogja" suara Fatima menginterupsi dua pasang mata yang sedang terpaut.

"Oh iya" Rendra berjalan menghampiri keduanya.

"Rendra" tangannya terulur

"Lara" keduanya pun berjabat tangan..

🌿🌿🌿

Cuma mau bilang maaf kalau cerita nya ngebosenin ya, aku bingung mau ngeringkes nya kayak gimana..

Dah dibaca dulu aja ya...

Lara CharanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang