Kejadian siang tadi membuat pikiran Lara jadi tidak tenang, rasa penasaran nya tentang wanita tadi sangat mengusik pikiran nya hingga malam hari.
"Kenapa melamun?"
Suara Rendra memecah lamunan Lara."Sudah selesai?" Tak menjawab apa yang ditanya suaminya Lara justru balik bertanya.
Rendra hanya mengangguk, ia baru saja selesai mandi, harusnya Lara tak perlu bertanya ia sudah selesai atau belum, pertanyaan yang jawabannya jelas jelas sudah terlihat. Dia baru saja keluar kamar mandi. Dan rambut nya pun sudah basah.
Rendra duduk di pinggir ranjang, disamping Lara yang duduk di atas tempat tidur punggung Lara bersandar pada kepala ranjang.
"Ada masalah?" Tanya Rendra yang sedari tadi ia pulang kerja sudah melihat ada yang tak biasa dengan raut wajah istrinya itu.
"Enggak ada" jawab Lara pelan.
"Yakin?" Tangan Rendra yang sebelah kanan terulur mengungkung kaki Lara yang sedang selonjoran.
Rendra yang duduk menyamping dengan posisi itu membuat nya bisa menatap lekat wajah istrinya itu.Lara mengangguk pelan, mencoba tersenyum agar meyakinkan suaminya itu bahwa tak ada apapun yang sedang dia pikirkan.
Walaupun bohong... Nyatanya bayang bayang wanita tadi masih berputar di kepalanya.Tak ada niatan bergeser sedikit pun Rendra justru memperhatikan wajah istrinya yang sedikit menunduk, Rendra tau ada yang sedang Lara pikirkan, wanita itu kentara sekali kalau sedang kepikiran sesuatu, wajahnya tak secerah biasanya.
"Kenapa ngelihatin aku nya kayak gitu?" Tanya Lara yang mulai grogi ditatap begitu walaupun itu suaminya sendiri.
"Aku sedang mencari kemana hilangnya wajah yang selalu berseri ketika menyambut ku pulang"
Lara tersenyum, ia balas membalas tatapan Rendra.
"Gak ada apa apa, aku hanya sedikit lelah aja"
"Lelah? Apa kakimu sakit?"
Sedikit panik kalau kalau kaki Lara sakit lagi."Enggak, cuma capek aja"
"Sudah aku bilang kan tidak usah menjemput Reysa biar dijemput sopir, memasak juga. Kamu belum sembuh benar Ra "
"Aku sudah sembuh Ren, kalau aku gak boleh ngapa ngapain nanti yang ada badan aku tambah sakit semua karena kurang gerak. Memasak dan menjemput Reysa itu bukan pekerjaan yang berat, aku masih bisa melakukan nya"
"Akhir akhir ini kenapa ya aku selalu kalah kalau berdebat sama kamu, Seperti nya dulu gak gini lho" canda Rendra
"Siapa juga yang ngajakin kamu debat" ucap Lara lirih
"Mau aku pijitin? biar capek nya hilang" sambung Rendra. Posisi mereka masih sama belum berubah.
"Ck, yang ada capek ku gak jadi hilang malah tambah capek kalau kamu yang pijit" goda Lara yang seketika langsung membuat Rendra tertawa.
"Kenapa jadi capek? Memang ada apa dengan pijitan ku, hem?"
Kali ini giliran Rendra yang menggoda Lara."Emm, karena pijitan kamu bisa jadi kemana kemana" walaupun sempat tersipu tapi Lara mencoba membalas godaan suami nya.
Rendra tertawa lagi.
"Iyakah? Rendra memajukan badan nya semakin mendekat.
"Aku penasaran bisa kemana aja ini tangan ku kalau mijit" ucap Rendra lirih. Tangannya kini sudah terulur membelai pipi istrinya.
Lara merutuki dirinya yang menggoda Rendra terlebih dahulu. Dia harus menerima konsekuensinya sekarang, dia sudah tau apa yang Rendra ingin lakukan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara Charanya
RomanceLara Charanya anak pertama dari keluarga yang sederhana, sejak usia 20 tahun dia sudah menjadi tulang punggung keluarga, bekerja sekuat tenaga nya dari pagi sampai malam demi memenuhi kebutuhan keluarga. Namun siapa yang menyangka pekerjaan nya seb...