Episode 36

16.2K 1.6K 42
                                    

Setengah jam lagi jadwal operasi Refi dilakukan, dan sampai detik ini Rendra belum terlihat muncul di rumah sakit. Tadi pagi pagi sekali setelah subuh Rendra pulang  ke rumah terlebih dahulu, bersiap diri di rumah sebelum berangkat ke kantor, dia tidak bisa meninggalkan tugas nya begitu saja hanya karena alasan anak sedang sakit, tapi Rendra janji akan datang ketika Refi dioperasi nanti siang. Dia sendiri yang janji pada Refi sebelum pulang tadi kalau dia akan menemani Refi ketika operasi nanti.
Sedangkan Lara tetap harus stay di rumah sakit, baju dan semua keperluan nya dan juga Refi sudah di siapkan oleh Bu Tini. Pak Udin yang ditugaskan Rendra buat antar semua keperluan Lara dan juga sekalian mengantarkan Reysa menyusul Lara ke rumah sakit, gadis kecil itu sedari bangun tadi sudah menangis minta diantar ke rumah sakit, jadilah Reysa sekalian ikut diantar oleh pak Udin.

"Kok ayah belum datang?" Refi sudah gelisah menunggu sang ayah tiba, berada diatas bed nya dengan posisi setengah berbaring. Dia sudah berganti pakaian menggunakan baju khusus untuk pasien yang akan di operasi. Wajah nya terlihat murung sedari tadi.

"Tadi miss udah telpon om Aldi katanya rapat ayah belum selesai" jawab Lara yang ikut duduk dipinggir ranjang

"Ayah bohong, katanya tadi janji mau nemenin Refi operasi" Refi kini mulai terisak. Air mata yang ia tahan akhirnya tumpah juga ketika Lara memberi tahu kalau rapat ayah nya belum selesai. Jadi kemungkinan ayah nya tidak bisa datang ke rumah sakit menemani nya.

"Sttss... Jangan nangis dong sayang kan ada miss disini yang menemani, ada Reysa juga, bentar lagi kak Rey juga datang setelah pulang sekolah. Refi gak sendirian kok walaupun gak ada ayah."

"Ayah gak tau, Refi takut banget dioperasi. Refi cuma minta ayah buat nungguin Refi, nganterin Refi sampai ruang operasi. Kenapa gitu aja ayah tetap gak mau" isakan tadi kini berubah jadi tangisan. Lara jadi tak tega melihatnya.

Direngkuhnya Refi kedalam pelukannya. Mencoba menenangkan Refi yang menangis. Mengusap punggung kecil itu pelan.

"Bukan ayah gak mau, tapi tugas ayah yang gak memungkinkan untuk ditinggal saat ini" ucap Lara di tengah pelukan nya. Dia bisa mengerti kesedihan yang dirasakan Refi saat ini.

"Ayah gak sayang Refi, kalau Refi gak bangun lagi habis operasi pasti ayah nyesel"

"Astagfirullah kok ngomong nya gitu ref. Insha Allah kamu akan baik baik aja setelah operasi nanti. Harusnya doa yang baik baik dong, jangan berfikiran buruk"

"Refi takut Miss... "kini gantian Refi yang memeluk lara dari samping.

"Gak papa semua akan baik baik aja, jangan takut"

"Miss gak ninggalin Refi kan?"

"Enggak dong. Miss bakal nungguin kamu di depan ruang operasi sampai nanti kamu selesai, nanti sama Reysa juga"

"Nanti kalau ayah datang pas Refi dioperasi bilangin ke ayah kalau Refi marah"
Lara tergelak mendengar kata kata Refi, ada ya orang marah tapi bilang bilang..

"Iya nanti miss bilang ke ayah"

*

Sudah hampir 2 jam Lara menunggu di depan ruang tunggu yang ada di depan ruang operasi, Reysa ikut bersamanya saat ini.
Sebenarnya Operasi Refi sudah selesai satu jam yang lalu. Tadi Lara sempat dipanggil masuk ketika operasi selesai dilakukan, dokter juga memperlihat kan padanya usus Refi yang dipotong. Kata dokter infeksi nya sudah lumayan panjang, kalau terlambat penanganan nya abses nya bisa pecah dan bisa berakibat fatal. Alhamdulillah nanah nya belum pecah. Jadi usus refi hanya perlu dipotong.
Tapi sampai saat ini Refi belum keluar dari ruang operasi, masih diruang pemulihan yang masih berada satu area di ruang operasi itu masih menunggu Refi tersadar baru boleh keluar.

Lara CharanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang