chapter 47

5.7K 758 33
                                    

Dari tadi pagi sudah beberapa tes kesehatan Lara jalani. Mulai dari Rontgen, MRI, dan semua prosedur kesehatan pasca kecelakaan sudah Lara jalani. Rendra yang minta pada dokter agar di cek semuanya. Dia harus memastikan semua nya baik baik aja. Mengantisipasi ada cidera lain pada organ dalam.

Rendra sudah pergi sehabis subuh tadi. Tapi sebelum pergi Rendra memastikan semua urusan Lara dan anak anak beres terlebih dahulu. Beberapa orang sudah Rendra tugaskan untuk menjaga anak anak dan Lara.
Rendra benar benar memastikan semuanya aman dan terkendali. Bahkan makanan, cemilan, buah sudah Rendra pesankan. Membuat bulek Ratih sedari tadi memuji Rendra terus menerus.

"Bojomu ( suamimu ) perhatian banget Ra, dari tadi telepon bulek nanyain kamu terus, nanyain bulek udah makan belum. Dikit dikit telepon. Kok malah jadi bulek kasihan sama dia. Opo ya fokus kerja kalau gitu. Awak neng Jakarta tapi pikiran nya neng kene (badan di Jakarta tapi pikiran nya di sini ) "

Lara hanya tersenyum tapi dalam hati membenarkan apa yang dikatakan bulek Ratih.

"Bu Fatima juga baik banget, gemati ( perhatian ) sama kamu sama keluarga kita"

"Iya, mama baik banget"

"Kasihan dari kemarin suami mu diseneni ( dimarahi ) terus sama bu Fatima. Yo namanya alangan ( Musibah ) yo mau gimana lagi. Besok meneh sik hati hati"

"Lara masih bersyukur anak anak baik baik saja bulek, Lara bisa merasa sangat bersalah kalau sampai anak anak kenapa kenapa"

"Iya, Alhamdulillah masih di lindungi gusti Allah kalian."

Lara mengangguk

"Moga nanti hasil check up kamu semua baik yo Ra, gak ada yang serius. Tinggal itu kaki mu pasti lama sembuh nya. Bekas nya juga pasti gede itu nanti"
Kaki Lara memang yang paling memprihatinkan, lukanya dalam dan harus dijahit cukup panjang.

"Gak papa bulek nanti lama lama juga sembuh"

*

Empat hari Rendra terpaksa tinggal di Jakarta. Bahkan 4 hari itu banyak sekali kunjungan kerja ke luar kota yang harus dia hadiri.
Terpaksa tak bisa terbang ke Bali karena padat nya jadwal selama 4 hari ini.
Tapi Rendra sangat bersyukur hasil check Lara semua baik baik saja tidak ada luka pada organ dalam yang serius.

Melewati empat hari yang begitu melelahkan bagi Rendra, tapi semua komunikasinya dengan anak anak dan Lara berjalan lancar.
Anak anak juga sudah membaik. Luka luka kecil sudah mulai sembuh. Selama 4 hari itu juga anak anak belum bertemu dengan Lara. Rendra yang tak memperbolehkan anak anak keluar rumah terlebih dahulu. Rendra merasa mereka belum aman untuk keluar dari rumah.

*

"Ayah, nanti Reysa tidur di rumah sakit ya sama bunda?"

"Enggak boleh dong Sya, dirumah sakit kan gak boleh bawa anak kecil" belum juga ayahnya menjawab sudah dijawab oleh Refi.

"Tapi kan Reysa bukan anak kecil lagi, kan udah sekolah"

"Yeee tetep aja masih kecil, orang makan aja masih disuapin kok"
Refi tak mau kalah argumen dengan adik nya itu, membuat Reysa memanyunkan bibirnya.

Hari ini hari ke enam, akhirnya Rendra bisa terbang ke Bali untuk bertemu dengan anak dan istrinya. Dari bandara tadi Rendra tidak langsung ke rumah sakit, dia ke rumah terlebih dahulu menjemput anak anak. Sekalian dia membersihkan diri dulu karena tadi ia terbang setelah selesai kerja. Dia tak mau nanti kedatangan nya justru membawa virus yang bisa membahayakan anak dan istrinya.

"Boleh gak Yah?" Reysa belum menyerah ia meminta izin pada Rendra yang duduk di kursi depan berharap sang ayah mengijinkan nya menginap bersama bunda nya.

"Gak boleh dong sya, di ruangan itu kan gak boleh ada anak kecil menginap"

"Yaaaaa Ayah..." Kembali duduk dikursi dengan bibir cemberut karena keinginan nya tak dikabulin oleh ayahnya.

*

"Bundaaa...." Suara Reysa langsung menggema di ruangan Lara begitu pintu terbuka. Membuat Lara yang sedang duduk di pinggir ranjang mengalihkan pandangannya.

"Reysa...." Senyum lebar langsung terbit begitu ia menangkap sosok kecil yang beberapa hari ini ia khawatirkan.

"Kangen bunda" Reysa langsung berlari mendekat memeluk kaki Lara yang menjuntai.

"Hati hati nak nanti kena kaki Bunda yang sakit" ucap nenek Fatimah mengingatkan karena melihat Reysa yang memeluk kaki Lara.

"Maaf ya Bunda" Reysa langsung buru buru mengurai pelukannya pada kaki Lara.

"Gak papa, gak kena kok"

"Sini naik ke atas aja" Rendra yang kini sudah berada di belakang Reysa langsung menggendong dan mendudukkan Reysa di sebelah Lara. Tanpa aba aba anak dan ibu itu pun langsung berpelukan begitu mereka berdekatan. Saling melepaskan kerinduan dan kekhawatiran selama seminggu ini.
Kedekatan mereka ini membuat semua yang ada di ruangan itu tersenyum, begitulah kedekatan antara anak dan ibu sambung ini. Orang yang tidak tahu pasti tak akan mengira jika mereka berdua tidak ada hubungan darah sama sekali. Karena begitu tulus nya tatapan mereka satu sama lain.

"Reyfan, Refi gimana keadaan kalian? Luka nya sudah membaik?" Tanya Lara begitu ia melepas pelukannya pada Reysa. Tak ia lupakan keadaan kedua anak sambung nya yang lain, yang sudah berdiri didekat ranjangnya.

"Baik kok, sudah membaik" jawab Reyfan.

Sedangkan Revi tak menjawab, anak itu justru menatap sedih kearah Lara.

"Kenapa Rev? Ada yang sakit?" Lara yang ditatap Revi begitu justru jadi bingung dan khawatir. Masih tak ada jawaban, Revi justru berhambur memeluk Lara dari samping.

"Bunda...." Suara Refi teredam di sela peluk nya.

Lara dan semua yang ada di ruangan itu mendadak diam haru mendengar panggilan Refi barusan.

"Ref.." Ucap Lara lirih setengah tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Ia menatap Rendra sebentar seolah menanyakan kebenaran panggilan tadi. Tangan nya reflek terulur mendekap tubuh gadis kecil yang erat memeluk nya dan Lara bisa mendengar isakan kecil dari dekapan ini.

Beberapa menit Lara menikmati momen ini, mendekap tubuh refi mengusap lembut punggung kecil itu pelan.

"Bund....maafin Refi ya" ucap Refi setelah melepas pelukannya, ia berdiri di samping Lara yang masih terduduk.

"Maafin untuk apa?"

"Revi minta maaf untuk sikap Refi selama ini. Refi udah jahat sama bunda"

"Jahat? Enggak kok Refi gak pernah jahat"

Refi menatap Lara
"Boleh gak Refi panggil miss Bunda, sama seperti Reysa"

"Boleh, boleh banget. Bunda justru sangat bahagia dan bersyukur banget Refi sudah bisa menerima Bunda"

"Terimakasih ya Bunda "

"Bunda yang harusnya berterima kasih" ucap Lara sambil tangan nya membelai lembut rambut panjang Refi yang terurai tak lupa
Senyum lebar tercetak jelas diwajahnya, membuat rasa sakit yang ia rasa seminggu ini lenyap seketika. Lara bahagia sekali, mungkin ini adalah hikmah dari kecelakaan kemarin.
Satu persatu anak anak bisa menerima nya, hubungan nya dengan Rendra pun juga sudah jelas, tak ada lagi bayang bayang kontrak pernikahan seperti awal mereka menikah.
Ahh rasanya Lara ingin segera sembuh dan bisa berjalan seperti sedia kala, lalu ia ingin segera melanjutkan kegiatan nya sehari hari sebagai ibu rumah tangga dan tentunya sebagai seorang ibu.

🌿🌿🌿

Belum tamat lho yaaa... Ini bonus lagi buat semua yang udah nungguin Lara setia menanti Lara.. lovee you sekebon pokoknya....❤️❤️❤️❤️

Lara CharanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang