Extra chap

524 25 6
                                    

Suara decitan ban mobil yang terparkir dengan asal terdengar. Lalu tak lama disusul dengan suara dentuman pintu mobil yang terbuka kemudian tertutup kembali secara kasar sangat memekak telinga.

Sementara sang pemilik berjalan dengan sangat cemas, sesekali dia menoleh ke arah belakangnya memastikan jika dia sedang tidak diikuti oleh siapapun.

Hingga tiba di dalam rumah besar, Soojung segera menuju kamar mandi untuk membasuh kedua tangannya yang sudah gemetar hebat.

Kemudian dia menatap cermin dengan wajah yang basah, akibat dibasuh oleh air. Hingga.

"Tidak. Bukan aku yang melakukannya, bukan aku," gumamnya ketakutan.

Tetapi saat manik matanya menatap ke arah belakang dari pantulan cermin. Seketika saja tubuhnya terlonjak kaget, dan matanya membulat dengan sempurna.

"BUKAN AKU!! BUKAN AKU YANG MENABRAKMU!! SUNGGUH!!" jerit Soojung saat melihat sekelebat bayangan Woojun berdiri tepat di belakangnya.

Lalu saat dia memaksa berberbalik, bayangan Woojun menghilang. Dan tubuh Soojung, terjatuh duduk di lantai marmer kamar mandinya.

Ya, rasa ketakutan itu terus menghantui batin Soojung hingga 5 bulan lamanya. Bukan hanya itu saja, karena selama lima bulan terakhir ini dirinya terus saja dihantui oleh bayangan Woojun yang berdiri menatapnya tajam.

"PERGI!! SUDAH KU BILANG BUKAN AKU YANG MEMBUNUHMU! HAHAHA."

"Ah, tidak. Kau benar, akulah pelakunya. Aku yang telah menabrak mu. Hahaha.."

Sehingga membuatnya terkejut, dan menjerit hebat kala manik matanya menatap mata Woojun —ayah Sean. Bahkan terkadang, dia tertawa menyeramkan saat bayangan Woojun berhasil dia hilangkan dari hadapannya.

"Hugo, kau di mana? aku rindu kamu mas, hiks."

Namun tak lama, setelah tawa menyeramkan itu terdengar. Soojung sendiri akan menangis memanggil nama Sean.

***

"Apa benar ini rumahnya?" tanya Irene pada Hugo yang telah tiba dirumah besar keluarga Yang.

Hugo mengangguk yakin. "Iya, inilah kediaman Yang Soojung."

Irene menatap dengan seksama rumah besar itu dari bawah ke atas, lalu kemudian dia menatap Hugo.

"Kenapa rumah ini terasa sangat menakutkan? Kau yakin, mereka masih tinggal di sini?" cecar Irene yang mendapatkan perasaan tak enak.

Hugo mengusap lembut telapak tangan Irene. "Kalau begitu biar aku saja yang masuk. Kau tunggu di sini, okey?" pinta Hugo.

Namun langsung dibalas dengan gelengan kepala dari Irene. "Tidak, aku akan ikut bersamamu. Aku tak mau sendirian." Hugo tersenyum.

Mereka berdua perlahan berjalan memasuki rumah besar itu, dan saat tiba di depan pintu utama. Hugo yang hendak akan mengetuk pintu besar itu terkejut, karena rupanya pintu tersebut tidak dikunci.

"Permisi. Apa ada orang di dalam? Nyonya Yang! Soojung-ah," panggil Hugo.

Tetapi tidak ada satupun yang menjawab suara Hugo, bahkan kondisi rumah besar itu sudah tidak bisa dijelaskan menggunakan kata. Meja dan bangku yang terbalik, pecahan cermin dan beberapa benda lainnya berserakkan dilantai.

Bukan hanya itu, setiap ujung lantai terdapat bercak darah yang sudah mengering. Astaga, kacau sekali rumah ini.

"Apa yang terjadi dengan rumah ini?" tanya Irene.

Hugo menggeleng lalu berkata, "ayo kita berpencar. Aku ke sana, kau naik ke lantai atas ya?" Irene mengangguk patuh.

Setelahnya Hugo mulai melangkah lebih dalam memasuki rumah besar itu, sambil sesekali memanggil nama Soojung. Tapi tak lama.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang