Sejak kejadian itu, sifat Hugo mulai berubah terhadap Soojung. Terkadang pria itu lebih memilih untuk mengabaikan perkataan sang istri, dibandingkan harus menyahutinya.
Atau pernah sesekali, saat ia merasa bosan melihat wajah sang istri dia akan memilih keluar dari rumah dan memilih untuk mengunjungi apartemen Irene.
Dan kini adalah kunjungan Hugo untuk yang kesekian kalinya, pada apartemen milik Irene. Lihatlah, bahkan kedatangan pria itu, juga dengan beragam aneka cara yang ia lakukan.
Agar kedua anak Irene menyetujuinya untuk masuk ke dalam apartemen mereka. Kini beberapa menit telah berlalu, saat Hugo datang dengan membawa 2 buah box besar mainan untuk kedua putri Irene.
Mereka segera menyambut pria itu dengan senang hati. Irene berjalan menuju kedua putrinya yang masih sibuk bermain dengan mainan yang mereka dapatkan dari Hugo.
Sementara Hugo, pria itu sedang tersenyum lebar saat melihat tingkah polos si kembar. Bahkan entah mengapa hatinya menghangat, kala melihat pemandangan yang tersaji di hadapannya.
Seperti sebuah potret keluarga yang tengah menikmati waktu luang bersama. Hingga kemudian.
"Ini minum lah, kau pasti hauskan." Irene menyodorkan segelas minuman dingin nan manis ke hadapan Hugo.
Pria itu menatap sejenak, sebelum akhirnya ia mengambil gelas tersebut. Irene mengusap surai rambut si kembar secara bergantian. Lalu kemudian, ia mendudukan dirinya tak jauh dari mereka.
Irene juga tersenyum kecil saat melihat kedua putrinya bermain dengan riang. Tak lama Irene berucap.
"Apa kau sedang bertengkar dengan Soojung?"
Hugo menghentikan gerakkannya, kemudian ia melirik sejenak. Sebelum akhirnya dia berucap, Hugo menyeruput sejenak es jeruknya itu.
"Iya, aku terlalu malas untuk bersamanya."
Irene sedikit memutarkan badannya, "why?"
"Kau masih bertanya, kenapa?" Irene mengangguk.
Hugo membuang napasnya sejenak, "Kau tidak ingat, kejadian waktu itu. Kau hampir saja mati ditangannya. Dan aku merasa jengkel."
Saat mendengar itu, ada sedikit sisi rasa senang yang timbul dihatinya. Namun saat kenyataan pahit kembali menamparnya cukup keras, Irene menggeleng kecil.
"Tapi kau tidak boleh datang kemari secara terus menerus. Akan timbul banyak kabar miring tentang kita nantinya, jika semua orang tahu."
Hugo menunduk, memikirkan apa yang Irene katakan. Ya, sebenarnya memang ada benarnya juga. Tapi dia hanya ingin bersama wanita itu, walau ingatannya sudah mulai pulih kembali dengan perlahan.
Tetapi masih banyak hal yang harus, diketahui oleh pria itu. Agar ia bisa melindungi Irene dan kedua putrinya. Pria itu meletakan gelas tersebut, setelah ia membuang napas lelahnya. Dia menatap punggung Irene dengan nanar, hingga.
"Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan?"
Irene yang sedang bermain bersama kedua putrinya itu, akhirnya berhenti sejenak. "Iya, apa itu? tanyakan saja?" kata Irene sambil melirik dari sudut matanya ke arah Hugo.
Hugo mengigit bibir bawahnya, saat hatinya mulai ragu untuk mengutarakannya. "Eum.. Itu, soal kau?"
"Aku? aku kenapa?"
"Saat diresort, aku mendengar percakapanmu dengan ayahku. Dan saat itu, kau mengatakan kalau kau adalah kunci dari ingatanku. Bisakah sekarang kau--" belum saja ia menyelesaikan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD YOU TIGHT ✔
Fanfiction[C O M P L E T E D] [Pindah ke Dreame] Adakah di antara kalian yang tidak mengenal sesosok Hugo Jeff? Jika ada, mari aku perkenalkan. Hugo Jeff sendiri adalah seorang CEO disebuah perusahaan ternama di Asia. Namanya pun juga sudah sangat disegani di...