02

1K 126 17
                                    

"Terima kasih ya, dok. Sudah menolong istri saya." Irene semakin terkejut kala mendengar perkataan pria itu.

Apa? istri? Hugo menyerit kala dokter itu bergeming setelah mendengar perkataannya, hingga tak lama Hugo menyentuh pundaknya. Dokter wanita itu terkejut dan reflek ia menggeleng setelahnya.

"Dokter.. Dokter melamun?"

Irene menggeleng, "tidak.. Aku hanya memikirkan kondisi istrimu," ucapnya palsu.

Hugo menoleh, "Iya, aku juga mengkhawatirkannya. Tapi apa rasa traumanya akan hilang dengan berjalannya waktu dok?"

Irene membuang napasnya, "Heum.. tentu. Ajaklah dia berlibur setelah keluar dari rumah sakit. Agar setidaknya dia bisa melupakan kondisi menyedihkan itu."

Hugo menganggukinya, "Baiklah, saya akan ikuti saran dari dokter."

"Kalau begitu, saya pamit keluar dulu ya. Kalau istrimu mengamuk lagi, kau bisa tekan tombol warna biru itu." Hugo lagi-lagi hanya mengangguk sebagai jawabanya.

Namun baru saja Irene hendak meraih gagang pintu, ucapan Hugo yang tiba-tiba mampu membuat langkahnya membatu seketika. "Apa kita pernah saling mengenal sebelumnya?"

Irene terdiam beberapa saat, "Tidak. Itu tidak mungkin, kalau begitu aku permisi." pamitnya setelah kembali menatap Hugo.

Setelah pintu itu tertutup rapat, Irene mengepalkan tanganya. Kalau saja, kenangan menyakitkan itu tak pernah terjadi. Mungkin saat ini, dia takkan pernah bertemu kembali dengannya.

Jantungnya berdebar kencang, kala mengingat bagaimana malam itu dia melemparkan dirinya masuk ke dalam sungai Han dicuaca dingin waktu itu.

Hingga tak lama, sebuah suara melingking menggema dikoridor rumah sakit.

"MOMMY!!" pekik kedua anaknya.

Mata Irene membola, dengan gelagapan dia berjalan cepat dan menarik kedua putrinya untuk menjauh dari kamar VIP tersebut. Bisa gawat kalau pria itu melihat kedua squishy.

"Kenapa kalian kemari?" Megan menyipitkan matanya.

"Mommy kenapa? ko ngomongnya pake bisik-bisik?"

"Jawab mommy dulu, kenapa kalian kemari? sama siapa ke sini?"

Maguna tersenyum, "mommy.. kami ke sini tentu aja sama Daddy Timmy."

Kening Irene mengerut, "Lalu di mana paman Timmy kalian? kenapa hanya ada kalian berdua di sini?"

Baru saja Maguna hendak membuka suara, tiba-tiba saja Megan dengan cepatnya menutup mulut Maguna. Dan tak lama dia berkata. "Paman Timmy sedang pergi ke kamar kecil mom!"

Irene yang melihat keanehan pada putrinya, ia langsung mendelik menatap tajam ke arahnya. "Yang benar kamu Megan?"

Maguna menggeleng, "Itu kenapa mulut Maguna ditutup? Ayo cepat lepaskan!"

Akhirnya dengan pasrah Megan lepaskan tangannya dari mulut Maguna, "Ish.. ko mulutku ditutup."

Setelahnya dia menoleh pada sang ibu, "Tidak Mom. Yang sebenarnya--"

"Maguna, Megan.. Hosh.. hosh.." Suara seseorang mengintrupsi mereka semua untuk menoleh.

"Kak Timmy, kau kenapa?" Melihat Timmy yang sedang kelelahan membuat otak Irene berkerja.

Ya, dia tahu betul. Pasti pria itu habis dikerjai oleh si kembar squishy. Hingga tak lama dia berkacak pinggang, "Ayo jelaskan pada mommy. Apa yang kalian perbuat pada paman Timmy?"

Megan dan Maguna seketika menunduk, "Maaf mom, tapi ini bukan salahku. Itu semua kerena salahnya!" cicit Maguna sambil menunjuk ke arah Megan.

Megan yang melihat itu hendak menyangkal, namun tatapan tajam dari sang ibu yang akhirnya membuat ia menghela napas lelahnya.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang