29

460 55 8
                                    

Rahee membuka pintu mobilnya, lalu tak lama ia keluar dari sana dan berjalan mendekat. Sesampainya ia di hadapan Irene, tangannya terulur sambil menampilkan senyuman menawannya.

Berbeda dari Rahee, justru raut wajah bingung semakin tergambar jelas diwajah Irene. Hingga akhirnya Rahee dibuat terkekeh kecil, "Aku Rahee. Han Rahee, kakak Sean," ujarnya sambil menjabat tangan Irene.

Mata Irene terbelalak, ia sangat terkejut saat mendengar perkataannya yang baru saja wanita cantik itu lontarkan. "Ka-kakak Sean?" Rahee mengangguk semangat.

"Bagaimana mungkin?" tanya Irene penuh keheranan.

Rahee mengibaskan tangannya, "sudahlah, kau tidak perlu tahu kisah menyedihkan tentang hidupku. Yang paling penting aku mengenalmu, karena kau adalah wanita yang selalu ada untuk adikku. Ayo ikut aku."

Rahee menggandeng tangan Irene dan menariknya untuk ikut masuk ke dalam mobil mahalnya.

Namun Irene berusaha untuk melepaskan diri dari gengaman tangan itu. Hingga, "Tunggu dulu!"

Rahee terdiam sesaat. "Se-sebenarnya kau mau membawaku kemana?" Lagi-lagi Rahee hanya tersenyum simpul.

Wanita itu semakin memaksa Irene untuk masuk ke dalam mobilnya, saat mereka sudah berhasil masuk dan wanita itu telah menutup pintu mobilnya kembali.

Rahee berkata, "Ayo jalan pak. Kita pulang kerumah besar Han."

Sontak saja mata Irene membulat dengan sempurna, dia menoleh ke arah sampingnya. Menatap tak percaya kepada Rahee. "Stop! turunkan aku di sini." kata Irene yang tiba-tiba.

Tapi sayangnya, sang supir tak mau berhenti. Ya, saat sang supir mendengar itu ia segera melirik sekilas dari kaca spion depan di dalam mobilnya ke arah sang majikan.

Tak berselang lama, Rahee yang juga menatap sang supir menggeleng pelan. "Aku bilang tolong hentikan mobilnya."

Tak ada satupun di antara mereka yang mau mendengarkan perkataan Irene. "Eonni, maaf sebelumnya. Bisakah kau tolong katakan pada supirmu itu untuk menghentikan laju mobilnya? Lagipula aku bukanlah adik iparmu, dan aku juga tidak mau berurusan lagi dengan keluarga Han. Sudah cukup penderitaan yang salama ini aku dapat dari tuan besar komisaris Han."

Rahee melipat kedua tangannya, "itu sebabnya aku ingin kau membalaskan seluruh penderitaanmu pada pria tua bangka itu."

"Mwo?!"

Rahee mengangguk, "Kau jangan takut, aku ada di belakangmu. Pria tua bangka itu, tidak akan berani denganku."

Irene memejamkan matanya sejenak, saat ia sudah dibuat kehabisan kata oleh Rahee -kakak dari Han Sean. Lalu tak lama dia menghebuskan napas kesalnya, sejujurnya bagaimana dia tidak mau dibuat pusing.

Tidak sang kakak, tidak juga sang adik yang kerjanya hanya bisa membuat darah tingginya naik secara drastis. Karena setelahnya, Irene lebih memilih untuk diam dan membiarkan Rahee membawanya pergi.

Setibanya di rumah besar itu, Rahee turun lebih dulu dari dalam mobilnya. Saat wanita itu turun, sebuah sambutan hangat datang dari sang ibu yang sepertinya -wanita paruh baya itu- sudah berdiri beberapa jam lamanya hanya untuk menunggu kepulangan dari sang putri tercintanya.

"Ah.. Uri ttal!" seru sang ibu sambil berhambur memeluk Rahee.

"Eomma," panggil Rahee.

Kedua wanita itu saling melepas rasa rindu di dalam pelukkan masing-masing, hingga. "Selamat datang kembali kakak ipar," sapa seseorang tiba-tiba.

Gerakkan kedua wanita itu seketika terhenti, saat mendengar Soojung bersuara. Rahee hanya memutarkan kepalanya sekilas, setelah ia memberikan senyuman dingin kepada sang adik ipar.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang