25

494 55 13
                                    

Lima bulan telah berlalu ..

Hugo melangkahkan kaki panjangnya memasuki gedung bertingkat miliknya. Seperti hari-hari biasanya, saat ia tiba di gedung perusahaannya itu. Dua orang yang diketahui sebagai assistant kantornya segera turun dan menyambut kedatangan Hugo.

Dengan terus berjalan tegap dan penuh karisma menuju ruang kerjanya, Hugo mendapatkan sapaan ramah serta hormat dari seluruh pegawai yang secara tidak sengaja berpapasan dengannya.

Namun tak jarang beberapa karyawan ada yang bergunjing setelah pria itu melewati mereka, dan ada juga beberapa dari mereka yang secara terang-terangan mengagumi akan sosoknya.

Sampai seketika, dia menghentikan langkahnya saat tak sengaja mendengar pembicaraan dua orang karyawannya.

Di mana keduanya sedang mencemooh dirinya, kata mereka 'ia dengan bodohnya mau saja menjadi boneka politik sang ayah' tapi itulah faktanya.

Hugo berdeham sejenak, lalu tak lama wajah tegas dan datarnya semakin tajam. Kala ia menatap kembali satu persatu wajah pegawainya yang sudah pucat pasih.

"Beritahu pada mereka, mulai sore ini mereka harus sudah merapihkan meja dan melepas id card perusahaan yang saat ini masih mereka kalungkan dileher. Setelah itu suruh mereka datang keruanganku, untuk mendapatkan pesangon mereka yang terakhir."

Ketika kalimat itu terdengar, mereka yang tadi sempat bergunjing hanya bisa terduduk lemas. Ya, selama ini tidak ada yang berani menentang perkataan Hugo.

Apalagi sampai membantah perkataanya. Sang penerus perusahaan yang selalu dikagumi banyak orang diluaran sana.

Tetapi menjadi sesosok yang paling menakutkan bagi seluruh pegawainya, jika sudah berada di dalam lingkup perusahaan.

"Baik," ucap kedua sang assitant.

Hugo tersenyum sejenak, sebelum akhirnya ia kembali melangkah memasuki lift khusus untuk dirinya, Saat tubuh Hugo sudah menghilang tertutup oleh pintu lift.

Semua karyawan menghela napas leganya saat melihat tubuh Hugo telah lenyap dari sana, dan di antara mereka mendekat ke arah orang-orang yang mendapat tatapan mematikan itu.

"Sabar ya," ucap salah seorang pegawai.

"Makanya jangan ngegosipin si pak presdir. Udah tau dia baik kalau lagi ada angin ribut doang." Sambung seorang karyawan.

Mendengar itu, tak jarang beberapa dari mereka mengangguki perkataan rekan kerjanya itu. Ya, memang benar presdir mereka itu hanya akan berubah menjadi pria baik.

Kalau ia habis terkena badai angin topan. Tetapi setelah kondisinya pulih, dia akan kembali menjadi monster yang menyeramkan.

***

Setibanya diruang kerja, Hugo menyandarkan punggung lebarnya saat rasa lelah menghinggap padanya. Jujur saja, selama 5 bulan belakangan ini dia disibukan oleh banyak hal.

Mulai dari persiapan pencalonannya sebagai salah satu kandidat dewan perwakilan rakyat, melakukan kampaye bersama tim-nya, dan tak lupa ia menggelar aksi sosial lainnya agar saat pemilihan nanti berlangsung, akan ada banyak yang memilihnya untuk menjadi anggota dewan sesuai rencana sang ayah. Dan tentunya, masih ada banyak lagi kegiatannya sampai hari pemilhan dilaksanakan.

Selama itu juga, hubunganya dengan sang ayah membaik. Bahkan hubungannya dengan Soojung -sang istri juga mulai kembali rukun.

Bisa diketahui jika pria itu juga sudah jarang mengunjungi Irene dan kedua putrinya, atau lebih tepatnya ia melupakan hadirnya ketiga sosok perempuan itu. Hingga tak lama, ketukan pintu ruang kerjanya terdengar.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang