08

663 68 19
                                    

Woojun keluar dari ruangan Irene. Setelahnya dia berjalan menuju ruang inap Soojung, sang menantu. Saat akan menuju kamar inap tersebut, Woojun berpapasan dengan Timmy.

Pria itu membungkuk sejenak, memberi salam padanya. Sedangkan Woojun hanya tersenyum, dan saat berdiri tepat di samping Timmy.

Pria itu menepuk pelan pundak Timmy dan setelahnya ia berlalu begitu saja. Timmy menegapkan kembali tubuhnya, lalu berbalik menatap punggung pria tua itu.

Kemudian dia kembali berjalan menuju ruang kerja Irene.

Ceklek!

"Untuk apa pria itu datang? apa pria itu mengancammu lagi?" Timmy menjedanya, lalu ia berjalan mendekat. "apa kau terluka? apa dia melukaimu?" cecarnya kembali, sambil mengecek tubuh Irene.

Irene terkekeh geli, "pria? siapa yang kau maksud?"

"Ck, pria tua itu! memangnya siapa lagi," ucapnya dengan kesal.

Irene mendekatkan tubuhnya, "aku tidak apa-apa. Dia tidak melukaiku." balasnya.

Namun saat jawaban itu dia dapatkan, keningnya berkerut. "Lalu untuk apa pria tua itu datang?"

"Dia datang, untuk mengetahui kondisi menantu kesayangannya." Timmy terdiam.

"Menantu?" Irene mengangguk.

Melihat wajah Irene yang sedikit murung, hanya bisa membuat Timmy menghela napas pendeknya. Hingga akhirnya dia memutar kursi kerja Irene, yang membuat Irene ikut berhadapan dengannya.

Irene menerjapkan matanya, "Hya!! apa yang sedang kau lakukan?!"

Timmy menangkup pipi Irene, "jangan terluka lagi. Jangan menghilang lagi dari hadapan ku, tanpa pamit lebih dulu. Kau tahu, kejadian lima tahun yang lalu saat di Paris. Benar-benar membuat dunia ku hancur. Apalagi, saat aku menemukanmu tergeletak dengan penuh darah, bahkan kau nyaris kehilangan si kembar jika aku tak datang tepat waktu. Aku benar-benar takut setengah mati."

Irene terkekeh kecil, "baiklah, aku takkan merepotkanmu lagi."

Manik mata mereka saling bertatapan intens, dan tanpa disadari wajah Timmy sudah mendekat. Hingga berjarak 1 centi, seseorang datang membuat keduanya tersentak kaget.

"Irene sayang!! aku sudah datang dengan--" Ucapan Hugo terhenti, ia terdiam membeku.

Saat melihat pemandangan tak diduganya, setelahnya dia berbalik dan berkata. "oh, maaf.. aku tak bermaksud menggangu kalian." ujarnya dan segera menutup pintu ruang kerja Irene.

Irene dan Timmy yang sama-sama terkejut, akhirnya saling menjauh. "Kak Timmy, lain kali jangan melakukan itu. Lihat, kau sudah menimbulkan kesalahpahaman. Bagaimana jika yang tadi masuk seorang suster atau dokter?"

Timmy terkejut sejenak, "Huh?! Baiklah, maafkan aku." tapi kenapa kau terlihat sangat kesal. Saat kesalahpahaman itu timbul di antara kalian? sambung Timmy di dalam hati.

Irene beranjak, dan berjalan keluar dari ruangannya. Sedangkan diluar sana, Hugo terdiam bersandar pada sisi tembok tak jauh dari pintu ruang kerja Irene.

Dia menyentuh area dadanya, rasanya sangat sakit bahkan ia juga ingin sekali marah pada pria itu. Saat ia melihat perlakukan yang Timmy berikan pada Irene.

"Ada apa kau datang keruang kerja ku?" Hugo terperanjak kaget.

"Huh? .. aku.. Aku hanya ingin mengatakan, jika si kembar sudah ku jemput bersamaku sore ini."

Irene menoleh ke kanan dan ke kirinya. "apa yang sedang kau cari?"

"Si kembar. Kau bilang kau menjemput mereka, tapi di mana mereka?" Hugo ber'oria.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang