34

494 52 15
                                    

Dua hari kemudian ...

"AYAH!! DI MANA KAU?!"

Teriak Rahee saat memasuki rumah besarnya. Dan tak lama sesosok yang dicari datang dengan wajah tak sukanya. "Sejak kapan aku menjadi ayahmu?"

Rahee menarik sudut bibirnya. "Ah, kau benar. Hampir saja aku melupakan hal itu."

Woojun menggeriling mata jengahnya, sementara Rahee wanita itu menyeringai sambil berkata, "Orang tua memang memiliki hak untuk melahirkan dan mendidik anaknya, namun orang tua tidak bisa merenggut kehidupan anaknya demi mencapai mimpi mereka yang tertunda."

Mendengar ucapan tersebut dari sang putri, Woojun mendekus tak suka. "memangnya kau punya hak untuk berbicara seperti itu. Ingat, kau ... Hanya orang asing dirumah ini. Paham!!"

Rahee menggelengkan kepalanya, saat menatap wajah Woojun. "Ya, ayah benar. Tapi apa ayah tahu, semua yang ayah lakukan pada aku dan Sean hanya berbuah pahit. Sebab kami, sudah memiliki jalan cerita kami sendiri."

"CUKUP!! ayah tak mau mendengar omong kosongmu itu. Pergi dari sini." Rahee melipat kedua tanganya di depan dada.

Sedangkan Woojung, pria paruh baya itu menaikan satu alis matanya "Kenapa kau diam saja? Cepat pergi dari sini."

Bukannya menjawab, Rahee malah mengeser tubuhnya ke arah sebelahnya. Hingga, "Selamat siang pak komisaris Han."

Woojun tersentak kaget, namun wajahnya masih bisa dia netralkan. Seolah dia terlihat tidak terkejut sama sekali. Tak lama kemudian, "Oh, pak inspektur Park. Ada apa ya?"

Inspektur tersebut mengeluarkan sebuah kertas dari balik jasnya. "Saya telah menerima surat penangkapan dan pengeledahan dari pihak kejaksaan agung. Saya akan mulai menggeledah dan menangkap anda, setelah seluruh harta anda telah kami kumpulkan untuk diperiksa."

Mendengar itu, mata Woojun langsung menatap Rahee dengan tatapan tajam. Seolah dia siap membunuh putrinya sendiri.

"Kau?"

"Bukan dia. Tapi aku," ucap Sean yang baru saja tiba.

Wajah keterkejutnya akhirnya terlihat, saat sang putra datang dengan tatapan tegas dan dingin yang mengintimindasinya. "Kenapa kau melakukan ini? Hugo, kau akan segera naik kursi politik. Kau harus sadar."

Ada jeda di kalimatnya. "Pasti kau yang menghasut adikmu untuk menangkapku kan, Katakan padaku?!"

Rahee hanya menampilkan smirk mematikannya. "Sialan!!" lanjutnya dengan penuh amarah.

Bugh!

Tanpa diduga, Woojun berlari dan mendorong tubuh Rahee hingga menabrak ujung kursi diruang tamu utama rumah besarnya. Semua orang terkejut akan aksi nekad yang dilakukan oleh sang komisaris.

Di detik selanjutnya Rahee meringis luar biasa, saat sakit yang luar biasa pada perutnya dia rasakan, hingga tak lama aliran darah keluar dari sela kedua paha kakinya itu.

"NOONA!!" pekik Sean saat melihat ada begitu banyak darah yang keluar dari tubuh sang kakak.

Sementara Woojun dia sudah dipegangi oleh para anggota kepolisian lainnya yang tadi sedang menggeledah seluruh isi rumahnya.

"Bawa dia ke dalam mobil, kami akan membantu kalian tiba di sana," kata sang ketua inspektur kepolisian.

Hugo mengangguk mengiyakan perkataanya, "Apa kalian semua sudah selesai menyita barang milik komisaris?"

Semua anak buahnya menjawab kompak, "Ya, sudah pak."

"Baiklah, ayo bergegas masuk."

Inspektur itu mendekat, lalu tak lama sebuah borgol dia keluarkan dari dalam saku celananya. Sambil berkata, "Anda kami tahan, karena telah melakukan percobaan pembunuhan terhadap putri anda sendiri. Dan anda boleh memanggil pengacara anda atau memilih untuk tetap diam selama penyelidikan berlangsung."

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang