22

512 62 13
                                    

Bunga vs Sampah

Manakah yang lebih harum baunya?

****

Seminggu telah berlalu..

Selama itu juga hati Irene gelisah tak menentu mengkhawatirkan bagaimana kondisi kedua putrinya yang masih belum diketemukan.

Ya, hati ibu mana yang akan tenang saat mengetahui jika anak mereka tengah diculik dan disekap entah di mana.

Apa mereka diberi makan dengan baik atau tidak? belum lagi saat rasa gelisah itu datang dalam pikirannya, membuatnya harus membayangkan betapa takutnya mereka berdua di sana disebuah ruangan yang gelap nan sepi itu.

"Tenanglah, kau pasti akan segera mendapatkan pesan dari pria tua bangka itu." Kata Timmy yang berusaha menenangkan wanita berstatus ibu dua anak tersebut.

Irene menggeleng kuat, derai air matanya tidak bisa lagi dia sembunyikan sejak ia mengetahui kedua putrinya menghilangnya.

Dia berjalan mundar-mandir tak menentu layaknya sebuah setrikaan yang sedang digunakan, bahkan ia juga menggigit bibir bagian bawahnya untuk meredamkan isak tangisnya.

Hingga tak lama, sebuah deringan notifikasi pesan masuk diponsel miliknya. Sebuah pesan singkat, dari nomer tidak dikenal masuk ke dalam ponselnya. Irene yang mendengar itu, segera menghentikan kegiatannya dan berlari mendekat ke arah ponselnya.

Saat pesan itu dia buka, sebuah berkas video muncul di sana. Dengan tangan yang sudah gemetar hebat, akhirnya ia memberanikan diri untuk memutar rekaman itu.

Bahkan tak lupa ia menekan tombol volume suara dalam video itu dia perbesar, hingga tak lama. Ia bisa mendengar dengan jelas suara jeritan dan tangisan yang saling bersautan dari kedua putrinya itu.

Kau sudah dengarkan, tenang saja aku hanya sedikit melakukan kekerasan pada mereka di sana. Disaat salah satu dari mereka tidak mau menuruti permintaanku. Jadi jangan salahkan aku, yang telah memukul mereka.

Irene hanya bisa menangis tersedu-sedu, kala membaca pesan itu satu persatu.

Sekarang saatnya jika kau menginginkan mereka kembali datanglah, ke kediaman ku. Ku tunggu, aku punya sebuah penawaran bagus untukmu. Ingat, jangan berusaha melacak nomer ini. Karena itu akan membuat kedua putrimu semakin terluka.

Isakkan Irene semakin kencang, saat membaca isi pesan terakhir tersebut. Bahkan tangannya yang meremat kuat ponselnya itu semakin gemetar, kala lagi-lagi ia mendengar suara jeritan dari salah satu putrinya.

"AAAAAAARRGGGGHHHHHHH MOMMMMYYY!!"

Wanita itu terduduk lemas tak berdaya, dengan wajahnya yang sudah habis basah karena derai air matanya.

Tak lama dia berkata, "Bertahanlah sayang.. Hiks.. Mommy akan segera menyelamatkan mu, hiks..." Ucapnya disela-sela isakkannya.

Sementara Timmy, ia hanya bisa memeluk wanita itu erat. Dan memberikan ketenangan, saat melihat bagaimana wanita itu menangis. Bahkan tubuhnya bergetar hebat, saat isak tangisnya semakin kencang terdengar.

'Sean. Mulai detik ini. Aku tidak perduli, mau kau ayah kandung mereka atau bukan. Karena mulai sekarang, aku tidak akan pernah lagi membiarkan Irene menangis dan menderita atas apa yang ayahmu lakukan. Aku berjanji, akan melindungi Irene segenap jiwa ku. ... Dan sebaiknya kau menjauh darinya.' Batin Timmy meradang.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang