31

410 49 8
                                    

Beberapa jam telah berlalu, kini Rahee tengah terduduk di bawah langit malam dan sinar lampu yang menyala dari depan balkon kamarnya.

Tak ada sambutan hangat untuk seorang Rahee saat kembali pulang ke rumah besarnya itu. Yang ada hanya sebuah cacian dari mulut pedas sang monster.

Rahee mendongakkan kepalanya menatap ke arah langit malam, seolah ia ingin mengadu bahwa hari ini dia dikucilkan kembali oleh sang ayah.

Hingga tanpa sadar suara helaan napas kasar keluar dari mulutnya. Memejamkan matanya sejenak, saat ia merasa lelah. Lalu tak lama, dengan samar dia dapat mendengar suara derap langkah kaki mendekat.

"Apa aku mengganggumu kak?" tanya Hugo sambil bersandar dipintu kamar.

Rahee terkekeh kecil, "Ya, langkah kakimu sangat berisik." balasnya dengan bercanda.

"Tck, kau juga." Hugo berjalan mendekat.

Sementara Rahee, wanita itu masih terduduk dengan mata yang terpejam. Hugo yang kini telah ikut terduduk dikursi tepat di sebelah Rahee, akhirnya angkat suara.

"Bagaimana dengan rencananya? Apa itu sudah siap dengan matang?" Tanya Hugo tanpa menoleh.

Mendengar pertanyaan itu, mau tak mau membuat Rahee kembali membuka matanya. "Semua sudah disiapkan dengan sempurna, sebagaimana rencana awal kita. Kau tidak perlu khawatir soal itu." balasanya.

"Entahlah, hanya saja perasaanku mengatakan akan terjadi sesuatu yang lebih buruk."

Rahee menegapkan dirinya, lalu tak lama wanita itu berdiri berjalan mendekati sang adik. Hingga di detik selanjutnya, sebuah pukulan mendarat tepat di atas kepala Hugo.

Tak!

"Aigoo.. kau tidak percaya padaku dan kakak iparmu?" Hugo meringis kesakitan.

"Bukan begitu, hanya saja perasaanku tidak karuan."

Rahee berdecak, "ck, tidak karuan karena tidak puas bertemu dengan Irene hanya sebantar, atau tidak karuan karena tidak bisa mengajaknya bercinta?"

Pupil mata Hugo membalalak dengan sempurna, saat ledekkan itu dia dapatkan. "Noona!!"

***

Esok paginya..

"Bagaimana persiapan kampanye hari ini? apa arena pasar itu sudah aman?" tanya seorang pria dengan jabatan sebagai seorang ketua itu.

Semua personil yang berada satu tingkat di bawahnya berkata, "sudah pak."

"Bagus," balasnya singkat.

Tak lama pria itu keluar dari dalam sebuah minibus yang berisikan alat penyadap, komputer pelacak dan teknologi canggih lainnya.

Sementara di sisi lain, Hugo tengah terduduk menatap ke arah luar kaca jendela mobilnya dan diiringi oleh para pengawal dan beberapa orang dari petugas kepolisian.

Berbeda dari hari biasanya, wajah Hugo kini sedang tersenyum lebar. Bahkan senyumannya mampu mengalahkan sinar mentari pagi.

Ya, semua itu berkat Irene, karena tepat beberapa menit yang lalu. Wanita berstatus ibu dua orang anak itu, mengirimkannya sebuah pesan.
Eits, jangan salah.

Itu semua permintaan dari Rahee sang kakak, karena pasalnya tadi wajah Hugo sudah kembali kaku dan tegas sejak sang adik mendapatkan kecupan pagi dari Soojung sang istri.

Demi nenyenangkan mood sang adik, jadilah Rahee mengambil sebuah inisiatif agar wajah cerah sang adik kembali.

"Baik, lima menit lagi kami tiba," ucap seirang pria yang duduk tepat di samping sang supir.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang