32

396 46 15
                                    

Sementara di tempat yang jauh dari kota, dua orang anak tengah tertidur akibat obat bius yang mereka dapatkan.

Hingga membuat keduanya sampai detik ini masih terpejam di sana, sebuah gedung tua dan tak terawat itu, menjadi tempat di mana keduanya kini tengah di sembunyikan.

Lalu tak lama salah satu dari mereka mulai bergerak, dan terbangun dari tidurnya. Kelopak matanya perlahan mulai terbuka, ia menerjap untuk menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke dalam retina matanya.

"Ini di mana?" tanyanya bingung.

Dia melirik ke arah sebelahnya, dan segera menemukan Megan yaang masih terpejam. Maguna bergerak mendekati sang saudari.

Lalu tak lama, dia menyenggol Megan dengan bahunya. "Megan bangun, aku takut."

"Heung, berisik."

"Ih, bangun ... ini bukan saatnya untuk tidur."

Bukannya membuka kelopak matanya, namun justru Megan semakin menyamankan posisinya.

Saat Maguna hendak kembali bersuara, terdengar suara hak sepatu seorang wanita mendekat. "Megan bangun, mereka datang."

"Hust, diem. Pura-pura tidur aja, ada aku di sini."

Maguna mengikuti saran Megan, hingga tak lama. "Di mana kedua anak sialan itu?" mata Maguna kembali terbuka, saat suara tak asing baginya terdengar.

"Ah, mereka di sini rupanya." Wanita itu semakin melangkah.

Hingga saat jarak mereka tersisa 5 senti, mata Maguna menelisik dari ujung sepatu sampai ke wajahnya. Dan saat manik mata mereka saling bertatap, Maguna berkata. "Tante Soojung!!"

Berbeda dengan sikembar, justru kini Rahee tengah melangkahkan kakinya secepat mungkin memasuki gedung apartemen milik Irene.

Karena pasalnya, sang adik baru saja mengirimkan sebuah pesan yang sangat mengejutkan untuknya. Hingga tak lama.

Brak!!

Sebuah pintu yang di dobrak kasar terbuka dari luar, menampilkan Rahee di sana.

"Apa yang terjadi?" Tanya Rahee panik saat mendapatkan pesan bahwa si kembar telah diculik.

Rahe mendekat ke arah Irene, dia duduk tepat di samping wanita yang sedang menangis itu. Dengan perasaan sedih, Rahee memeluk tubuh mungil wanita itu.

"Jangan menangis, mereka berdua anak tangguh. Percayalah." Tubuh Irene semakin bergetar tak karuan.

Rahee menatap Hugo, "ceritakan bagaimana bisa ini terjadi?"

Hugo memijat pangkal hidungnya sejenak, sebelum akhirnya berkata. "Huh ... Entah harus aku mulai darimana?"

"Cepat ceritakan!!" Hugo merotasi matanya.

"Jadi begini ..."

Hugo menceritakan awal mula di mana ia datang ke area pasar tradisional tersebut. Dan tanpa di sadari, ia malah bertemu dengan Irene dan kedua putrinya.

Awalnya pria itu ingin sekali mendekati mereka, tapi saat ia tahu bahwa banyak pasang mata di sana yang akan melihatnya Hugo berusaha menahannya.

Tetapi setelah berselang beberapa jam, Irene datang dan langsung menapar pipinya hingga merah.

"Begitulah Noona."

Tangan Rahee mengepal kuat, wajah juteknya semakin tajam saat kilatan amarah tergambar jelas di sana.

"Kau jaga Irene, aku yang akan menghadapi si tua bangka itu." Rahee bangkit dari posisinya setelah melepaskan pelukkannya pada Irene.

Semenjak kepergian Rahee, Irene hanya bisa terduduk diam sambil sesekali menahan isak tangisnya. Sementara Hugo, dia berusaha untuk menenangkan Irene.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang