01

1.6K 140 37
                                    

Lima tahun berlalu ...

"Kembalikan crayon ku!!"

Suara teriakan seorang bocah perempuan terdengar disalah satu kamar apartemen yang berada dipusat kota tersebut.

Anak perempuan yang berusia 5 tahun tersebut, tampak sangat marah dengan pipi yang dia gembungkan saat crayon miliknya diambil oleh sang saudari kembaranya.

Dia menghentikan langkah kakinya tepat di depan sang ibu.

"Mom, Megan nakal lagi nih!"

Sang ibu yang sedang sibuk menjawab panggilan teleponya seketika menoleh, "sebentar ya, aku ngurusin si kembar dulu." katanya pada sang lawan bicara disebrang sana.

"Baiklah.. tapi pastikan hari ini kau harus ikut dalam tim kedokteranku."

"Ya, ya.. baik--" Dia sedikit menatap sang anak saat Maguna menarik-narik kemeja kerjanya.

"Ada apa sayang? sebentar dulu, mommy lagi jawab telepon okey." Maguna hanya bisa mencebikkan bibirnya.

Melihat reaksi sang anak yang seperti itu, akhirnya Irene menghembuskan napas panjangnya. "Sudah dulu ya, nanti ku sambung lagi, bye." setelahnya dia meletakkan ponselnya di atas meja dapurnya.

Irene mensejajarkan tingginya, tanganya mengusap lembut surai hitam sang anak. "Maguna, sudah berapa kali mommy bilang, kalau Megan menjahili atau mengambil kepunyaanmu kau harus berusaha merebutnya. Jangan belum apa-apa sudah mengadu pada mommy. Oke cantik," ucapnya sambil mencubit hidung Maguna gemas.

Lalu setelahnya dia berdiri, dan tak lama Irene menatap ke arah sang kembaran Maguna. Dengan mengelengkan kepalanya Irene berkata, "bisakah kau tidak jahil pada saudari kembarmu sendiri. Sudah berapa kali Mommy memperingatkanmu!"

Irene berjalan mendekati Megan, lalu tak lama dia menggendong sang putri satunya tersebut dan mendudukannya dikursi meja makan tak jauh dari sana.

"Megan! kalau kau terus seperti ini. Kau tidak akan punya banyak teman disekolah nanti. Karena anak yang nakal dan jahil, tidak akan disukai dimanapun. Jadi berhenti menjadi anak nakal, oke." lanjutnya.

Megan menunduk pasrah, "maaf mom. Habis, Maguna tidak mau berbagi." mendengar alasan yang dilontarkan sang saudari kembarnya Maguna bersuara.

"Bohong mom, dia saja yang tidak mau bilang. Kalau dia bilang lebih dulu, aku akan pinjamkan."

Sedangkan Megan melotot tak percaya, "Tidak mom, apa yang aku katakan itu benar."

"Tidak! aku yang benar mom dia yang berbohong."

"Enak saja, kau yang bohong! dasar pelit!"

"Ish.. awas kau!!"

Melihat perdebatan yang tidak mau kalah dari kedua anaknya, Irene hanya bisa memijat pelipis keningnya yang berdenyut. Mereka selalu saja seperti ini, sehingga membuat pening dikepalanya mendadak muncul.

Namun tak lama, suara bel pintu apartemen mereka terdengar.

Ding! Dong! Ding! Dong!

"Kamu tuh!"

"Kamu!"

Irene berdiri, "Sudah cukup!! mommy gak mau denger siapa duluan yang mulai, pokoknya kalian berdua yang salah." setelahnya Irene melangkah mendekati pintu.

Ding! Dong! Ding! Dong!

"Iya, sebentar.." sahutnya dari dalam.

Hingga tiba di depan pintu apartemennya, Irene membukakan pintu tersebut. Wanita itu tersenyum saat melihat pria yang dia kenal itu datang untuk menjemputnya.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang