10

581 63 5
                                    

Gumpalan kapas putih di atas sana kian bergerak mengikuti arah angin yang meniupnya. Kicauan burung yang sedang berterbangan di atas sana, semakin terdengar merdu kala langit biru berwarna cerah semakin menampakkan keindahannya.

Pagi ini Irene sudah tiba dirumah sakit, lalu setelah ia usai memakai jas putih kebanggaanya itu, dia keluar dari ruanganya. Rambutnya yang terurai dia biarkan bergerak kesana dan kemari. Seiring mengikuti langkah kakinya.

Saat tiba diruang ICU, hidung Irene langsung disambut oleh aroma khas dari cairan pembersih lantai yang bercampur dengan cairan desinfektan sangat kental mendominasi ruangan ICU ini.

Mungkin bagi sebagian orang, aroma itu tercium sangat tidak sedap diindra penciuman mereka. Tapi bagi Irene sendiri, justru aroma antiseptik yang bercampur itu. Mampu membuat pikirannya jauh merasa lebih tenang.

Irene tersenyum hangat, saat mendapati para suster yang sedang sibuk berlalu lalang. Hingga dia sudah berada di depan meja resepsionis, Irene berkata. "Bagaimana dengan kondisi para pasien ku?"

Sang suster mendongak menatap Irene, "Eoh. Pagi, dokter Irene. Wah, wajah anda terlihat lebih segar pagi ini romannya."

"Iya nih, lebih fresh gitu. Apa ada sesuatu yang terjadi semalam?" kata suster lainnnya sambil memaikan alis matanya.

Irene menyerit, lalu kemudian dia memegang kedua pipinya. "Memangnya ada apa dengan wajahku pagi ini?"

Mereka saling menatap, lalu setelahnya mereka berkata sambil menampilkan cengiran kudanya. "tidak ada apa-apa." Kata mereka kompak.

Irene merotasi mata malasnya, astaga. Pagi-pagi dia sudah dikerjai para suster itu. Tapi tak lama seseorang datang, "dokter. Ini beberapa lampiran kesehatan yang harus anda lihat. Mari kita pergi menuju kamar mereka untuk kita periksa?" ajak seorang kepala suster.

Irene mengangguk mengerti, namun sebelum benar-benar pergi dia berbalik. "Kalian berdua, malam ini kalian harus bertugas jaga malam bersamaku. Aku akan menemui kalian lagi nanti."

Mereka berdua berdiri terkejut, dan tak lama mereka berteriak merengek. "Dokter mah~~"

"Dok, jangan dong. Saya udah ada janji makan malam bersama pacar saya malam ini.." Irene tak menjawab, ia malah melambaikan tangannya seolah tidak perduli.

Kedua suster itu mendengus kesal, "Dokter irene jahat."

"Bagaimana ini, aku baru saja selesai semalam melakukan tugas piket, masa harus bertugas lagi malam ini." dumal salah satu dari mereka.

Sedangkan yang satunya, dia mengerucutkan bibirnya kesal. Apa-apaan ini? kenapa dia harus dihukum? padahalkan mereka hanya berniat menjahili dokter Irene.

Tapi malah berujung hukuman yang mereka dapatkan. Sedangkan Irene tertawa geli, saat mendengar misu-an dari para suster dibelakangnya.

Dia sangat merasa puas, siapa suruh mereka menjahilinya. Sekarang lihatlah dia bisa membalas mereka dengan memberikan hukuman berjaga sepanjang malam. Sedangkan di sampingnya, sang kepala suster itu menggeleng tak percaya. Atas apa yang dia lihat.

"Luka bekas jahitmu sudah mulai mengering, mungkin satu atau dua hari lagi. Kau sudah boleh pulang." Kata Irene sambil menutup luka jahitan pasiennya.

Sang pasien tersenyum senang, "benarkah itu dok?"

Irene mengangguk yakin, "tentu saja pak. Tapi ingat, jangan lupa untuk terus minum obat. Dan pergi kerumah sakit sebulan sekali untuk melepaskan benang jahitnya." sambungnya dan diakhiri dengan senyuman.

Sang pasien berserta keluarganya mengangguk mengerti, lalu tak lama mereka mengucap syukur atas kesembuhan salah satu anggota keluarga mereka.

Setelah memeriksa pasien tersebut, Irene pamit undur diri. Langkah demi langkah, terus ia lakukan untuk memeriksa kondisi keadaan para pasiennya. Hingga disatu pintu pasiennya yang terkahir, Irene menghentikan langkahnya sejenak.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang