24

440 47 10
                                    

Sepulangnya dari apartemen milik Irene. Hugo melangkahkan kaki panjanganya, memasuki area perkarangan rumah setelah mobil yang dia kendarai sudah terpakir rapi digarasi rumah besar itu.

Suasana gelap nan sunyi, dia jumpai saat dirinya kini sudah berada tepat diruang tamu rumahnya.

Alis Hugo terangkat satu, kala dirinya dibuat terkejut karena tiba-tiba saja seketika lampu dirumah besar itu dinyalakan. Sangat terang, hingga tak lama suara tepuk tangan seseorang menggema nyaring.

Hugo terkekeh kecil, saat mengetahui siapa yang sedang bertepuk tangan untuknya itu seolah sembil mengejek. Lalu kemudian dia berbalik, dengan wajah datarnya.

"Bagus! anak ayah sudah menjadi pahlawan kesiangan untuk wanita jalang sepertinya!" sindir Woojun.

Hugo yang melihat rawut wajah ketidaksukaan Woojun, hanya menampilkan smirknya. Dan menanti, kalimat apa yang pria tua itu akan katakan lagi.

"Kau menghabisi semua anak buah ayah demi menyelamatkan anak haram itu? Apa kau pikir, setelah mereka kau selamatkan. Maka mereka akan hidup tenang? ... tentu tidak." kata Woojun dengan tertawa di akhirnya.

Tangan Hugo terkepal kuat, saat kalimat 'anak haram' diucapkan oleh sang ayah dengan begitu santainya. Hingga membuat rahangnya mengeras, tak lama.

"Percuma saja kau menyelamatkan mereka. Karena nantinya mereka juga akan mati ditangan ayah. Kau dengar itu?"

"Keparat!!"

Hugo berlari kecil mendekat ke arah sang ayah, dengan tangan yang sudah mengepal kuat. Di detik selanjutnya, tangannya yang terkepal mengarah kewajah sang ayah. Berniat untuk mendaratkan tinjuannya di sana.

Tapi sayangnya, pria tua bangka itu berhasil mengelak dan menghindar dari sang anak. Hugo yang hendak akan bergerak kembali, saat melihat sang ayah berhasil menghindar dari tinjuannya.

Segera berbalik arah dan berniat untuk menyerangnya kembali, tapi sayangnya saat tinjuan itu kembali melayang di udara.

Pria tua itu, segera menyerang titik kelemahan sang anak dengan memukul tengkuk belakang kepala sang anak menggunakan tangan kosongnya. Dan saat melihat Hugo yang sedang lengah.

Tanpa banyak bersuara lagi, Woojun segera menggerakkan kedua jari tangannya ke udara seolah memberikan sebuah isyarat pada beberapa anak buahnya itu mendekat.

Benar saja, karena tak berselang lama kedua tangan Hugo sudah dicengkeram kuat oleh para penjaga rumah besar itu. Hugo memberontak dan berusaha melepaskan diri dari cengkraman kedua anak buah sang ayah.

Tetapi sayangnya, dia terjatuh dengan kedua kaki lututnya yang menempel ke lantai marmer itu. Saat sang ayah memberikan sebuah perintah untuk memukul kedua kaki anaknya, kepada sang sekertaris kepercayaanya itu yang ternyata sudah berdiri tepat di belakang.

Hugo menggertakan giginya kuat, saat amarahnya semakin membuncah. "Akan ku buat kau menyesal nanti, pak tua." mata Hugo menatap bengis ke arah Woojun.

Namun sayangnya, Woojun malah terkekeh sinis. Pria itu berjalan mendekati sang anak, lalu kemudian dia berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Hugo.

Sebelum akhirnya tanganya mencengkram kuat dagu Hugo, dan membuat sang anak menatapnya lebih dalam. "Coba saja, tapi jangan salahkan aku. Kalau nanti kau yang akan menyesal karena sudah kehilangan mereka bertiga." ada jeda diucapannya.

"Dengar! keputusan ada ditanganmu, Hugo. Sekarang kau pilih, menyelamatkan mereka dengan menuruti semua perkataan ayah. Atau .... melihat mereka mati mengenaskan di hadapanmu?" Hugo menarik satu sudut bibirnya, lalu tak lama dia terkekeh benci.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang