12

473 59 1
                                    

3 bulan telah berlalu ...

Kini Irene tengah duduk dikursi yang berada di ruangannya dengan setelan pakaian berwarna biru cerah yang melekat pada tubuhnya.

Sangat menandakan jika wanita itu sepertinya habis melakukan operasi persalinan pagi ini. Sesekali tangannya bergerak menari di atas papan keyboard miliknya itu.

Sesekali itu juga, matanya melirik tulisan yang berada pada selembar kertas tak jauh dari keyboard komputernya. Menulis laporan data kesehatan milik para pasiennya itu, sudah sering ia lakukan tapi kali ini sangatlah berbeda.

Karena pasalnya, ada begitu banyak laporan data kesehatan milik para pasiennya. Baik dari segi yang melahirkan, atau hanya sekedar memeriksakan masa kehamilan mereka saja.

Selama 3 bulan ini juga, hubungannya dengan Hugo sudah tidak saling bertemu atau lebih tepatnya ia sendiri yang memilih untuk menghindari pria itu.

Dan selama itu juga, kedua putrinya dia larang untuk datang kerumah Soojung, kecuali jika wanita itu sendiri yang menghubunginya dan memintanya untuk membawa squishy kerumah besar itu.

Ia merebahkan punggungnya, lalu tak lama mendesah lelah. "Huh.. Kenapa aku harus bertemu lagi dengannya? menatap wajahnya saja, selalu mengingatkan ku akan kejadian diperpustakaan lima tahun silam." gumamnya.

Tanpa di sadari oleh Irene, seseorang tengah memandang ke arahnya. Dengan tangan yang bersedekap dada, dia berkata. "Lima tahun silam? siapa? apa itu Timmy?"

Irene terkejut, reflek saja ia segera menegapkan punggungnya kembali. Setelahnya ia melotot tajam ke arah dokter pria itu. "Brian!! kau lagi." pria itu terkekeh kecil.

"Iya, ini memang aku. Si dokter tampan Brian Byun. Why?"

Irene berdecak sebal, "bisa tidak. Kau tidak usah ikut campur dengan urusanku. Urus saja urusan mu!"

"Kenapa kau itu judes sekali denganku? sedangkan dengan dokter lain, kau bisa tersenyum hangat pada mereka. Padahal daripada mereka, justru akulah dokter yang lebih enak untuk dipandang." Irene merotasi mata malasnya, lalu berkata.

"Kentut mu!"

"Apa?! kau mengatakan apa tadi?" Irene menggeleng.

Lalu setelah itu, Brian mendekat dan duduk berhadapan dengannya. Tapi belum sempat Dokter muda itu bernapas barang sejenak, Irene sudah lebih dulu berucap.

"Apa mau mu? kenapa kau datang kemari?"

"Hah? kau? Aku sangat heran, kenapa rumah sakit mahal dan berkelas seperti ini mau menerima dokter bar-bar macam dirimu."

Irene bersedekap dada, "cepatlah tudu point. Aku muak melihat wajah sok ganteng mu itu." Seketika menjadi hening, hingga saat Irene sedang menenggak segelas air. Tiba-tiba saja, Brian mengatakan hal yang tidak pernah dia duga.

Hingga membuat air yang Irene minum kembali, keluar dari tenggorokannya.

"Heum.. ku hanya ingin tahu, seperti apa tandanya jika seseorang positif hamil?"

Byur!!

Irene terbatuk-batuk, kala ia mendengar ucapan yang tak pernah ia duga akan keluar dari mulut seorang Brian. Dokter muda nan perfectionis itu bertanya tentang hal yang dilarang dalam kamu kehidupannya.

Irene menerjap setelah menyeka bersih mulutnya, lalu tak lama tangannya dia tempelkan ke kening Brian.

"Tidak panas? Tapi demam juga tidak? Suhu tubuhnya bahkan sama dengan suhu patatku saat ini. Tapi kenapa kau berbicara seperti itu?" tanya Irene dengan heran.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang