Hari di mana, saat mereka sebelum pulang dari resort keluarga pribadi Han, Soojung berjalan menuju ruang kerja Woojun —sang ayah mertua.
Karena tadi setelah kepulangan Irene bersama dengan kedua anaknya, Woojun memanggilnya untuk datang keruang kerja pribadinya itu.
Dan kini Soojung tengah membuang napasnya berat, entahlah kenapa dia harus merasa sangat takut saat sebelum memasuki ruang kerja Woojun.
Padahal biasanya dia tidak pernah merasa setakut dan segugup ini, untuk menghadapi ayah mertuanya. Tapi kali ini dia merasakan akan terjadi suatu hal, yang tidak bisa dia ketahui apa itu.
Hingga di detik selanjutnya, setelah merasa cukup lebih tenang. Soojung mengetuk daun pintu ruang kerja Woojun. Dan tak lama, ketukan itu disahuti oleh seseorang dari dalam.
Soojung yang telah mendapatkan izin untuk masuk, perlahan mulai memegang gagang pintu ruang kerja sang ayah mertua. Tak lama saat pintu itu terbuka, Woojun meletakan beberapa dokumen yang sempat dia pegang.
Ia melirik ke arah Soojung sekilas, dan kemudian berkata. "Duduk lah menantuku. Ada beberapa hal yang perlu ayah sampaikan padamu," ucapnya sambil beranjak dari singgasananya.
Soojung mengangguk patuh, ia berjalan menuju sofa tak jauh dari meja kerja sang ayah mertua. Lalu kemudian ia mendaratkan bokong sintalnya di sana. "Ada apa ayah mertua memanggilku?"
"Ada sesuatu yang harus ku katakan padamu."
Soojung menantikan ucapan apa yang akan dikatakan oleh sang ayah mertua. "Soojung-ah ... jangan pernah lagi membawa kedua anak kembar itu kerumah ini. Atau kau yang akan menderita nantinya?"
Alis Soojung bertaut, "ada apa memang ayah? Bukankah mereka berdua sangat menggemaskan."
"Yah, mereka memang mengemaskan. Tapi yang menjadi masalah adalah ibu mereka," ucap Woojun dengan memasang muka sedih.
"Dokter Irene maksud ayah mertua?" Woojun menggangguk lemah.
Tak lama ia mengeluarkan sebuah amplop berwarna cokelat, "bukahlah, dan kau akan tahu bahwa wanita itu memiliki niat buruk di belakangmu."
Tangan Soojung bergerak untuk mengambil amplop tersebut, dan kemudian saat amplop itu terbuka keningnya mengerut.
"Apa ini ayah? Aku tak mengerti," ucapnya jujur dengan raut wajah yang bingung.
Woojun membuang napas pendeknya, saat ia harus memiliki kesabaran ekstra atas kepolosan yang dimiliki sang menantunya tersebut. Disatu sisi ia merasa senang karena sangat mudah menghasut Soojung, tapi disisi lain ia harus lebih sabar menghadapi keterlambatan dalam berpikir sang menantunya.
Woojun tersenyum simpul sejenak, sebelum kembali berkata. "Lihatlah baik-baik, Irene adalah wanita matre yang penuh dengan tipu muslihat. Difoto ini adalah saat mereka masih menjadi seorang mahasiswa. Itu Se -- ah.. maksud ayah Hugo, dan yang di depannya adalah Irene. Mereka adalah mantan kekasih pada saat itu, tapi karena semakin lama Irene mengetahui status keluarga dari Hugo, dia mulai memeras uang anak ku untuk kebutuhannya." Soojung menggeleng tak percaya.
Ia menatap sang ayah mertua, "itu tidak mungkin! dokter Irene tidak mungkin seperti itu."
"Kau tidak percaya pada ayah mertua mu?"
"B- bukan, bukan begitu ayah. Hanya saja.." Woojun mengeluarkan sebuah ponsel.
Lalu tak lama dia memutarkan sebuah video di sana. Hingga di detik selanjutnya, mata Soojung membelalak tak percaya.
Dia menatap ke arah sang ayah. Dan saat Woojun juga sama menatapnya, pria itu mengangguk untuk menyakinkan Soojung. Bahwa video rekaman cctv yang berada diponselnya adalah bukti nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD YOU TIGHT ✔
Fanfiction[C O M P L E T E D] [Pindah ke Dreame] Adakah di antara kalian yang tidak mengenal sesosok Hugo Jeff? Jika ada, mari aku perkenalkan. Hugo Jeff sendiri adalah seorang CEO disebuah perusahaan ternama di Asia. Namanya pun juga sudah sangat disegani di...