04

819 88 5
                                    

Beberapa menit sebelumnya, Megan yang tengah tertidur akhirnya perlahan mulai membuka kelopak matanya. Dia merengangkan otot-ototnya yang terasa sedikit kaku.

Namun setelahnya dia terdiam, saat mendengar suara berisik yang timbul dari luar ruang kerja sang ibu. Bisa dia yakini, jika itu suara Maguna dan sang ibu.

Tapi kemudian dia kembali terdiam, keningnya mengerut saat mendengar ada suara lain selain dari saudari kembar dan sang ibu.

Karena rasa penasaran akhirnya Megan menegakan dirinya, dia mengucak kedua matanya. Dan setelahnya dia merasa sudah penuh kembali nyawanya, ia beranjak berjalan keluar.

Dia melangkah mendekat, hingga langkahnya sudah dekat dengan pintu ia dapat mendengar dengan jelas bahwa namanya disebut oleh Irene -sang ibu-.

"Apa mereka anakmu dokter?"

Irene mengangguk, "Iya, dia putriku."

"Apa aku boleh mengajak mereka bermain? sepertinya mereka sangat menggemaskan?" Irene menatap Hugo sejenak.

"Heum.. boleh saja. Tapi kau harus bertanya dulu pada kedua anak ku. Karena kau taulah anak kembar terkadang memiliki perbedaan pendapat. Dan kalau mereka mau akan ku izinkan mereka datang dan bermain bersamamu."

Ia terkejut, "apa? mereka anak kembar?" Tanyanya dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Maguna.

Soojung tersenyum senang, lalu tak lama dia menggengam tangan Maguna. "Apa kau mau bermain bersama tante dan paman Hugo?"

Maguna terdiam sejenak, "Tidak. Aku tidak mau." itu bukan Maguna yang menjawab.

"Megan!!"

Maguna merotasi mata malasnya, "aku tidak mau bermain bersamamu. Lagi pula kau itu orang asing, bagaimana nanti jika kau berniat buruk pada kami berdua? ditambah lagi saat ibu kami sedang tidak ada? bisa saja kau akan memanfaatkan itu untuk menculik kami. Iyakan?"

Irene tercengang kala mendengar perkataan sang putri. "Megan! kau tidak boleh berbicara seperti itu. Ayo minta maaf pada tante Soojung."

"Untuk apa aku minta maaf ibu, aku itu ngomong sesuai fakta."

Irene mendekat, lalu tak lama ia mensejajarkan tingginya.

"Huh.. Megan dengar, Mommy akui. Mommy pernah mengajarkan kalian berdua untuk tetap selalu waspada terhadap orang lain, tapi. Mommy yakin kalau tante Soojung bukan termasuk orang yang perlu diwaspadai. Lagi pula kalian berdua bukankah sudah bermain bersama paman itu? Dia itu suami Tante Soojung. Jadi kalian pasti dijaga oleh mereka berdua."

Megan menatap Hugo lekat, lalu setelahnya dia membuang muka ke arah lain. "Pokoknya aku tidak mau." Soojung menunduk lesu.

Maguna menggeleng pelan, saat melihat Soojung yang sudah patah semangat. Dia mendekat, lalu kemudian Maguna menangkup wajah Soojung dengan kedua tangan mungilnya itu untuk menatapnya.

"Tante.. Jangan sedih, masih ada aku di sini. Aku mau ko bermain bersama tante." Maguna menjedanya, lalu kemudian ia menatap tajam ke arah Megan.

"Dia tidak usah diajak juga tidak apa-apa. Tante mau tau gak sesuatu?" lanjutnya dan itu membuat Soojung tersenyum, tak lama Soojung mengangguk pelan.

Maguna mendekatkan dirinya dan membisikan sesuatu ditelinga Soojung, setelahnya dia menjauhkan kembali dirinya lalu berkata.

"Coba aja besok tante tes, dia pasti akan ikut juga." sambungnya dengan berbisik.

Soojung terkikik kecil, dan kemudian dia mengangguk mengerti. Hugo yang melihat interaksi Maguna merasa senang dan hatinya seketika menghangat, namun di sisi lain hatinya juga merasa sedih dan kecewa kala melihat perilaku Megan yang sangat kasar.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang