03

920 102 14
                                    

Lima menit sebelumnya ...

Setelah ia melihat kepergian Irene bersama seorang suster menuju ruang UGD. Akhirnya Hugo keluar dari tempat persembunyiannya.

Ya, karena sejujurnya dia sudah berada di sana sejak Dokter wanita itu masuk ke dalam ruang kerjanya bersama seorang pria dan kedua putri dari Dokter tersebut.

Banyak hal yang dia dengar dari ruang kerja Dokter Irene. Namun entah kenapa, mendengar gelak tawa kebahagian mereka. Terkadang terselip rasa sakit yang muncul dihatinya.

Hugo menyandarkan dirinya sejenak. Ada begitu banyak pertanyaan dalam pikirnya. Siapa sebenarnya dokter Irene itu? Kenapa dia sangat menginginkan dokter Irene dan kedua putrinya untuk tetap bersamanya?

Ada apa dengan hatinya yang selalu saja merasa sakit saat melihat wanita itu bersama pria lain? Apa ini berkaitan dengan masa lalunya? Tapi kenapa tak satupun potongan dari potongan ingatannya yang hilang itu akan muncul?

Hingga tak lama Hugo menghela napas panjangnya, dia kembali menegapkan dirinya dan berniat kembali keruang inap sang istri. Namun baru beberapa langkah dia menjauh dari ruang kerja Dokter Irene.

Tiba-tiba saja dari dalam ruangan kerja itu, ia mendengar suara benda jatuh cukup keras disertai amarah seseorang. Mata Hugo melebar kala menyadari jika ia tidak melihat kedua putri dari Dokter Irene keluar dari sana.

Segera ia memutarkan kembali badanya untuk melihat apa yang terjadi. Saat pintu itu ia buka, dia tertegun saat melihat salah satu dari anak kembar itu tengah mendorong saudarinya sendiri. Hingga kemudian sekelebat memori masa kecilnya berputar.

#Flashback

"Kau itu! sudah ku bilang jangan ganggu, aku tak mau berteman denganmu!" Anak laki-laki berkaca mata itu kembali berlari kecil mengikuti Hugo.

Hugo menghentikan langkahnya, "Kau tuli ya?! pergi sana!!"

Setelah mengatakan hal tersebut Hugo yang kesal akhirnya mendorong anak laki-laki berkaca mata itu hingga terjatuh dan menangis kencang.

#Flashback off

Lalu ia kembali tersadar dan setelahnya dia menggeleng pelan, Astaga! kenapa dia bisa melihat ada sifat kejam dari dirinya di dalam anak kecil itu?

Bagaimana bisa anak itu memiliki tatapan yang sama dengannya saat sedang diliputi amarah? Hingga tak lama Hugo berjalan membantu gadis satunya yang terjatuh, dan kemudian ia langsung saja mengambil ponsel yang sudah kembali berada ditangan anak perempuan itu sambil berkata.

"Bisa tidak! kau tidak perlu sampai mendorong adikmu! Bagaimana bisa kau menjadi seorang kakak, tapi tidak bisa menjaga adiknya sendiri. Lihat? Apa yang telah kau lakukan? Bukanya menenangkan adikmu, kau malah lebih memperdulikan ponselmu. Kakak macam apa kau ini!" Anak perempuan itu menunduk takut kala Hugo memarahinya.

"Paman, jangan marahi dia. Aku sudah tidak apa ko." seketika Hugo tersadar.

Ada apa ini? kenapa dia sangat marah dan merasa sangat jengkel saat melihat tingkah anak itu? Dan apa haknya untuk memarahi gadis kecil itu? Kenapa ia tadi merasa kalau anak itu perlu dimarahi dan diberikan nasihat olehnya?

Hingga tak lama dia menerjap bingung, "Apa kau masih ingin pergi ke kamar mandi? Kalau masih ingin pergi. Ayo, paman temani?"

Awalnya saudari kembar yang satunya terlihat ragu-ragu, tapi setelahnya dia mengiyakan ajakan Hugo dengan mengangguk, tapi sebelum benar-benar pergi Hugo berkata.

"Ponselmu untuk sekarang akan paman sita. Jadi kau harus diam di sini dan renungkan kesalahan apa yang sudah kau perbuat. Kau dengar itu?" Dan hebatnya lagi anak itu mengangguk patuh seolah seperti sedang mendengarkan perintah dari sang ayah.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang