16

482 62 2
                                    

Hugo memakirkan mobil mewahnya dihalaman sekolah milik si kembar, niatnya hari ini untuk menjemput dan bermain bersama kedua anak perempuan itu.

Sekaligus ia ingin melihat kondisi pagi ini dari Maguna, jujur saja sejak insiden kemarin. Irene sulit sekali dihubungi, bahkan wanita itu hanya membalasnya dengan sebuah pesan singkat kepadanya.

Jadilah kini, ia datang untuk menjemput kedua anak itu. Kakinya ia ketuk dengan tidak sabarnya, pada jalanan aspal yang berada dilingkungan sekolah.

Dengan posisi bersandar pada mobilnya, dia melipat kedua tangannya di depan dadanya, menantikan si kembar keluar dari sekolahnya.

Bahkan karena pakaian mahal dan gaya kecenya tersebut, ia menjadi pusat perhatian dari para ibu-ibu teman si kembar.

Hingga saat manik matanya menatap bayangan Megan dia menegapkan tubuhnya dan berteriak memanggil gadis itu.

"MEGAN!!" Megan menatap tak berselera ke arah Hugo.

Saat anak itu tiba di hadapannya, anak itu mendengus kesal dengan pipi yang dia gembungkan. Hugo mensejajarkan tingginya, lalu tak lama dia berkata.

"Ada apa paman? kenapa kau datang lagi? bukankah, ibuku sudah melarangmu?" ketusnya.

Hugo tertegun, saat ia mendengar ucapan ketus dan nada dingin terucap dari mulut mungil itu. "Hey, ada apa dengan mu hari ini? tentu saja paman harus menjemput kalian, karena pamankan--"

Megan menepis kasar tangan Hugo, saat pria itu hendak akan mengusap surai hitam legamnya. "Paman itu bukan daddy kami!! daddy kami sudah tiada sejak dulu. Jadi jangan pernah bersikap bahwa kau adalah daddy kami."

Megan memalingkan wajahnya. "paman pulang saja sana, hari ini Maguna tidak sekolah karena masih sakit. Aku bisa pulang jalan kaki." tandasnya dan setelah itu Megan melenggang pergi begitu saja.

Sementara Hugo hanya menatap nanar ke arah punggung gadis tersebut, tapi tak lama bisikan demi bisikan sudah terucap oleh para penggosip itu.

"Oh, jadi dia itu pamannya Si kembar?"

"Heung.. itu tidak mungkin, karena justru tadi sekilas aku sempat melihat wajah Megan terihat agak sedikit mirip dengan pria itu?"

"Itu tidak mungkin. Apa kau tidak dengar, Megan bilang apa tadi? kalau dia terlalu menganggap dirinya sebagai ayah mereka."

"Iya itu benar, aku sih sudah menduga. Kalau wanita itu dan kedua anaknya pasti korban dari pekerjaanya yang sering gonta ganti itu."

"Masa sih, memangnya wanita itu bekerja sebagai apa? Bukankah, yang ku tahu dia seorang dokter?"

"Hey!! kalau dokter mana mungkin si kembar tidak punya ayah. Aku yakin, wanita sialan itu pasti bekerja diclub malam. Tapi disiang hari dia berkedok jadi dokter. Biar gak malu sama kita-kita."

Saat itu terucap dari salah satu ibu-ibu tersebut, yang lainnya mengangguk menyetujui perkataanya.

Hugo memejamkan matanya sejenak, saat perkataan pedas nan tajam itu terus terdengar ditelinganya untuk Irene beserta kedua anak kembar tersebut.

Hugo berdiri dari posisinya, dan tepat sebelum masuk ke dalam mobilnya. Pria itu berkata. "Suami-suami dari kalian berempat, bukankah bekerja diperusahan HAN ltd.co?"

Keempat ibu-ibu tersebut menatap Hugo dengan tatapan remeh, "Iya itu benar. memangnya kau siapa? Kau tidak mungkin kan memiliki kekuasan di sana!?"

"Jangan berlaga seperti kau adalah pemilik dari HAN ltd.co. Karena orang seperti mu itu tidak mungkin!"

"Iya itu benar, suami-suami kita ini menjabat sebagai direktur diperusahaan itu!" sahut satu persatu ibu-ibu tersebut dengan nada menantang.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang