05

685 90 12
                                    

Beberapa jam sudah berlalu, sejak ia menidurkan Maguna dan Megan dikasur kamar mereka. Namun justru ia sendiri malah tidak bisa tidur sama sekali, setelah kembali dari kamar putrinya.

Irene berusaha untuk memejamkan matanya, tapi lagi-lagi sayangnya kelopak matanya masih terus saja tak ingin memejam. Irene yang merasa kesal itupun akhirnya menghembuskan napas lelahnya.

Ya, sejujurnya sejak Maguna bercerita bagaimana dia bisa bertemu dengan pria itu, otak Irene terus saja memutarkan banyak pertanyaan. Tapi jika dipikir kembali, ada benarnya juga perkataan sang anak.

Karena mana mungkin Maguna salah mendengar nama pria itu, sebab dialah yang tidak menyadarinya sejak sore itu kala Soojung memanggilnya dengan nama yang sama.

"Huh, Hugo? kenapa bisa jadi Hugo? Lalu di mana Sean?" Irene mengacak rambutnya frustasi.

Setelah dia menjambak dan menendang-nendang udara dengan tidak jelas, akhirnya dia terdiam. Ia membalikkan tubuhnya untuk menatap langit-langit kamarnya.

Disaat ia sedang menatap sisi langit kamarnya, tiba-tiba saja wajah Hugo yang tengah tersenyum manis itu muncul dihadapannya.

"Oh?! astaga! kenapa aku jadi terus saja memikirkannya?" kesalnya.

Dia menarik napasnya dalam. "Sudah Irene, ini sudah malam. Lebih baik kau segera tidur, daripada kau yang akan menjadi gila karena pria berengsek itu," katanya untuk menenangkan pikirnya.

Tapi sayangnya, saat mata itu akan memejam notifikasi pesan diponselnya berbunyi. Dia sedikit menggeram kesal. "Siapa lagi yang mengirimi ku pesan tengah malam seperti ini?"

Dengan malas ia meraih ponselnya, namun saat layar itu menyala karena ia sentuh. Seketika keningnya mengerut hebat, dia bergumam.

"Nomer siapa ini?"

216437958***

Keluarlah! aku tahu kau belum tidur?

Irene menerjap, dan tak lama dia membalas pesan tersebut.

Siapa kau? bagaimana bisa kau mendapatkan nomerku?

Bukankah kau sendiri yang memintaku untuk mencari tau siapa dirimu yang sebenarnya? dan ada hubungan apa antara kau dan aku di masa lalu? jadi aku datang kemari, karena ingin memastikan sesuatu padamu.

Mata Irene membelalak seketika saat melihat pesan terakhir itu masuk diponselnya. "Hugo, kemari? huh?! tidak mungkin!?"

Setelahnya dia segera bangkit dan berlari mendekat ke arah kaca jendela apartemennya. Saat gordeng itu terbuka.

Alangkah terkejutnya dia yang melihat Hugo tengah bersandar di depan cap mobilnya sambil memandang ke arah kaca jendela apartemennya.

Rahang Irene seketika terjatuh, ia menatap tak percaya pada pria itu.

Ting!

Cepatlah turun, aku kedinginan di sini?

Irene merotasi mata jengahnya, saat setelah membaca kembali pesan yang masuk diponselnya.

Siapa suruh kau datang ditengah malam buta seperti ini. Pergilah sana, aku mengantuk.

Setelahnya Irene menutup kembali gorden putih yang menggantung di depan kaca jendela kamarnya. Dan ia kembali berjalan menuju kasurnya, dan berniat untuk pergi tidur mengabaikan Hugo yang tengah berdiri dibawah sana.

Namun baru saja tubuhnya menyentuh kehangatan kasur empuknya, suara bel dari interphone apartemennya berbunyi.

"Astaga!!" geramnya dengan menatap tajam ke arah pintu.

HOLD YOU TIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang