"Jadi seperti itulah kondisinya saat ini. Tapi tidak menutup kemungkinan jika dia tidak bisa hamil, karena keajaiban itu pasti ada. Kasus rahim dingin ini, memang bukan hal yang baru di dunia medis. Namun jika sang pasien mengetahuinya kemungkinan hanya akan membuat mentalnya semakin menurun. Jadi lebih baik, berikan semangat dan dukungan positif untuknya," tutur Irene saat pria tua itu ingin mengetahui kondisi sang menantu.
Woojun menghela napas beratnya. "Apa ada cara lain, agar dia bisa hamil?"
Irene menatapnya penuh tanya. "Yah, kau tahukan? Beberapa bulan lagi, adalah bulannya para pebisnis untuk melangkah menuju kedunia politik. Jadi, aku ingin menantuku itu hamil di saat bulan tersebut. Agar para pendiri partai melirik putraku, untuk mengajaknya bergabung di dalam partai mereka."
"Kenapa harus putramu? kenapa bukan kau saja yang terjun kedunia politik? bukankah kau masih segar bugar?" Cecarnya.
Bukannya menjawab, Woojun malah tertawa sarkas. Dan tak lama dia berkata, "Iya itu karena, aku memang masih segar bugar. Tapi itu tidak mungkin, karena aku sudah terlalu tua. Jadi biarkan putraku yang menggantikanku," katanya santai.
Woojun menegapkan dirinya. "Apa kau tahu? di dunia politik, orang yang sudah tua sepertiku akan jauh lebih baik untuk bergerak dibelakang, dan sebaliknya seseorang yang muda, tampan, dan pintar seperti putraku. Harus berada digaris terdepan, agar mereka 'dipercaya'."
Irene mencerna perkataan pria itu cukup lama, hingga tak lama ia mengerti maksud pria tua tersebut.
Irene menyungingkan senyumannya. "Kenapa kau tidak langsung tudu point saja? biar ku tebak, sepertinya kau sangat menginginkan putramu untuk mewujudkan mimpimu yang tidak pernah bisa kau capai," Woojun tersenyum "aku benarkan?" lanjut Irene.
Woojun menepuk kedua tanganya sambil tertawa. "Wah.. *prok! prok!* kau pintar! sangat pintar!!"
Kemudian ia menyilangkan kedua tangannya, "bagaimana bisa kau menebaknya. Ya, aku memang menginginkan putraku untuk menjadi boneka hidupku. Agar mimpi-mimpiku bisa terwujud, karena dengan hal itu barulah aku merasa puas."
Irene tercengang bukan main, "huh?! kau orang tua yang sangat serakah, pantas saja putramu tak bahagia," ucap Irene.
"Apa kau bilang? putra ku tak bahagia? bagaimana bisa kau bilang seperti itu? Putra ku sudah sangat bahagia dengan kondisinya saat ini, jadi ku harap. Kau, jangan pernah bermimpi untuk merebut putraku dari gengaman ku. Atau, kau akan tau akibatnya?!"
Irene tertegun, "apa kau sedang mengancamku?"
"Tidak. Aku hanya memperingatkan saja, dan satu lagi. Apa kau pikir, aku tidak tahu? Jika selama ini kau telah membohongiku. Bukankah, perjanjian waktu itu saat kita bertemu di Paris aku meminta mu untuk menggugurkan bayimu? Lalu sekarang, lihatlah! bahkan mereka tumbuh dengan sangat baik dan sehat."
Woojun melemparkan beberapa foto ke arahnya. Dan saat foto-foto tersebut terjatuh dihadapannya, dia terkejut bukan kepalang, Ya, foto-foto itu memperlihatkan kegiatan dirinya dengan kedua putrinya selama 5 tahun terakhir.
Mata Irene membelalak, "kau? kau mengirim seseorang untuk menguntit ku selama ini?!"
Woojun mengangguk, "Aku ini pria yang tamak, dan aku tak ingin kehilangan uang ku dengan begitu saja. Apalagi, terhadapmu? wanita yang picik, bisa sajakan. Sewaktu-waktu kau menghasut putraku untuk kembali membuatnya menjadi milikmu."
Tangan Irene mengepal sempurna, "Kau?!"
Woojun berdiri, "aku peringatan kau!! jika kau berani menghancurkan rencana impianku menuju jalan ke dunia politik. Maka aku tak akan segan, untuk membuat kedua putrimu itu lenyap selamanya!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD YOU TIGHT ✔
Fanfic[C O M P L E T E D] [Pindah ke Dreame] Adakah di antara kalian yang tidak mengenal sesosok Hugo Jeff? Jika ada, mari aku perkenalkan. Hugo Jeff sendiri adalah seorang CEO disebuah perusahaan ternama di Asia. Namanya pun juga sudah sangat disegani di...