Bagi Suzy, Joo Hyuk adalah sosok sempurna yang sesungguhnya. Seperti petrichor yang mengeluarkan aroma alami yang khas, segar, dan wangi ketika hujan turun. Suzy yakin Joo Hyuk adalah petrichor-nya setelah musim kering berkepanjangan di dalam hidupn...
Suzy mengerjapkan matanya dengan cepat, suara napasnya yang terdengar berat itu seperti saling berkejar-kejaran dengan kesunyian malam. Napasnya terasa sesak, keringat dingin mulai membasahi dahinya dan kepalanya berdenyut nyeri.
Mimpi itu terasa sangat nyata, padahal sudah lama sekali sejak terakhir kali Suzy mengalami mimpi buruk. Mungkin saja itu akibat dari kerinduan yang begitu berat pada sosok kedua orang tua yang selama ini kosong di dalam kehidupannya. Suzy merasa hampa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Meskipun Suzy sudah terbiasa dengan keadaan yang sama setiap malamnya, setiap harinya, dan setiap tahunnya. Namun, ini sangat melelahkan. Rasa lelah ini bukannya menghilang malah menjadi. Pegal-pegal samar yang ia alami belakangan terasa di leher dan punggungnya kini semakin terasa.
Choi Suzy membasuh wajahnya dengan air dingin berkali-kali, berharap air dingin ini mampu menenangkan pikirannya. Ditatapnya wajah yang muncul di cermin, wajah kusut dengan kantung mata tebal akibat menangis dan tidak bisa tidur kembali dini hari tadi.
Walaupun matahari masih malu-malu dia memutuskan untuk mandi berendam air hangat saja, mungkin dengan begitu bisa merelaksasi tubuh dan pikirannya. Setelah memastikan penampilannya jauh lebih baik, Suzy kemudian keluar dari kamarnya.
Koridor rumah ini tidak sepi meskipun masih terlalu pagi, beberapa pelayan sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing. Menyapa nona muda itu dengan sopan, Suzy hanya menganggukkan kepalanya ringan.
Suzy langsung menuju ke ruangan paling ujung, teras di taman belakang. Di sana, kakeknya sedang menikmati udara pagi sambil bermain dengan anjing kesayangannya yang sudah menggonggong keras dari tadi.
“Berisik ...” gumam Suzy.
Choi Suzy tidak begitu menyukai anjing kakeknya. Anjing jenis Doberman itu entah kenapa selalu sensi padanya. Anjing yang kurang bersahabat itu terus menatapnya.
Menyebalkan sekali, kata hati Suzy.
Yeoja itu lantas mengingat kembali ketika anjing kakeknya menyerang Dodo, si bola bulu yang imut dan menggemaskan—anjing kesayangannya.
Suzy menjatuhkan tubuhnya di kursi, ia sengaja duduk berhadapan dengan kakeknya seraya menopangkan dagu pada kedua tangannya. Suzy menatap sedikit malas pada anjing yang sekarang sedang menjadi objek kekaguman kakeknya.