[9] Choose to Keep Going

1.1K 108 74
                                    

Di tengah kebisuannya saat ini, sesak itu datang lagi. Kim Joo Hyuk sering bertanya-tanya, mengapa dirinya tidak memperjuangkan Jung So Hee habis-habisan dan memilih lepas tangan? Tanpa harus mengatakannya, Joo Hyuk yakin So Hee pun tahu bahwa ia masih memiliki perasaan yang sama untuknya, masih berada di tempat yang sama dan belum beranjak sedikit pun.

Beberapa orang mungkin akan mencoba mengontrol semuanya, namun Joo Hyuk juga harus menghadapi kenyataan bahwa tidak semua hal bisa ia kontrol dalam situasinya yang sekarang.

Kim Joo Hyuk pulang ke Negara asalnya dengan kondisi hati yang lega sekaligus hampa. Lega karena ia memutuskan untuk tidak melarikan diri lagi dari kemelut perasaannya pada Jung So Hee yang telah memilih bersama dengan Lee Ki Yong. Hampa karena sekalipun ia bisa leluasa melihat wanita pujaannya, Joo Hyuk tetap kehilangan wanita itu.

Jung So Hee:
Joo Hyuk-ah ...
Aku ingin bertemu denganmu.
Kau bisa datang, kan?
Aku tunggu ...

Joo Hyuk menatap chat terakhir yang sudah dikirim So Hee sejak satu jam yang lalu. Dia mendesah pelan kala mengingat status Jung So Hee saat ini yang telah bersama Lee Ki Yong, sejujurnya hal tersebut membuatnya semakin khawatir dengan perasaannya sendiri. Joo Hyuk merasa tidak nyaman bila memedulikan wanita pujaannya itu, tapi Joo Hyuk juga merasa gelisah jika terus mengabaikannya.

Tepat saat Joo Hyuk akan membalas pesan tersebut, tiba-tiba sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponselnya. Namja itu menyipitkan tajam mata cokelat gelapnya ketika melihat nomor asing yang tertera di layar ponselnya yang tengah berdering-dering itu, hingga akhirnya panggilan berubah menjadi missed call sampai beberapa kali.

Tak lama kemudian, layar ponselnya memunculkan kembali nomor asing itu. Joo Hyuk menimbang sejenak lalu ia menghela napas panjang, dan akhirnya memilih untuk mengangkat panggilan tersebut.

Yeoboseyo ... astaga! Akhirnya!” Di seberang, suara seorang perempuan berdecak-decak lega.

Kim Joo Hyuk menautkan keningnya dengan berlebihan, menerka-nerka siapa perempuan yang meneleponnya.

Aku sampai mengantuk lho, menunggumu angkat telepon,” sindir seorang yeoja di ujung sana. “Ini aku, Choi Suzy. Calon istrimu kelak, Kim Joo Hyuk,” sambungnya, tawa yeoja itu terdengar renyah diakhir kalimat, di seberang sana.

Joo Hyuk sontak berdecak sebal ketika mendengar ocehan perempuan tidak tahu malu itu. “Percaya diri sekali kau. Sekali lagi aku katakan padamu kalau aku tidak sudi menikah denganmu. Paham?!” desis Joo Hyuk dengan suara baritonnya yang berat dan dalam.

Hushh! Jangan asal bicara begitu ah, pantangan tahu. Nanti kau kualat lho! Bisa-bisa di kemudian hari kau yang tergila-gila padaku.” Suara tawa Suzy mulai meledak dan hal itu membuat Joo Hyuk semakin jengkel padanya.

Masih dengan sisa tawanya, Suzy di ujung sana kembali berujar, “Nanti malam tolong luangkan waktumu, Joo Hyuk-ie ... kita berdua akan menonton pertunjukan The Seoul Concert Orchestra, dan aku sudah mendapatkan tiketnya.

Joo Hyuk menarik napas dalam-dalam demi mencoba meredam semua emosinya. Bagaimana tidak, yeoja itu malah semakin tidak tahu malu dengan merubah sebutan untuknya yang terdengar sok akrab.

“Berani sekali kau membuat janji tanpa bertanya lebih dulu kepadaku. Sudah pasti aku tidak akan pergi denganmu, aku sibuk!” tolaknya ketus.

PETRICHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang