[36] Hesitation and Consideration

291 44 17
                                    

"TUNGGU! TUNGGU! Suzy-ssi ... tunggu dulu," kata Kim Joo Hyuk sambil setengah berlari untuk mengejar Suzy yang terus berjalan cepat tanpa menoleh ke belakang, ketika Joo Hyuk terus memanggil namanya.

Sekarang langkah-langkah cepat itu menggema di belakangnya. Suzy pura-pura tidak mendengar dan terus berjalan menuju lift. Perempuan itu hanya menatap lekat ke arah floor indikator—yang menunjukkan bahwa kereta lift masih berada di lantai bawah. Suzy tidak bisa kabur lagi saat Joo Hyuk sudah berada di depannya dengan napas yang terengah-engah.

“Suzy-ssi, aku terus memanggilmu ... apa kau tidak mendengarnya??” kata Joo Hyuk dengan nada tak habis pikir.

Suzy menoleh, dan menatap Joo Hyuk yang benar-benar berdiri di sampingnya. Ekspresi calon suaminya itu tampak kesal namun sekaligus terlihat khawatir.

“Dengar,” jawab Suzy pendek.

“Wah,” sahut Joo Hyuk, alisnya terangkat. “Lalu, kenapa kau tidak berhenti jika tahu aku memanggilmu?”

Otot-otot di wajahnya terasa kencang dan kepalanya sakit di sejuta tempat. Suzy menarik napas panjang dan kembali sadar diri, kemudian pura-pura menguap. Dia tidak bisa menghadapi Joo Hyuk untuk sekarang ini.

Ya, kau bisa, sebuah suara kecil di kepalanya mengingatkan Suzy.

Suzy tersenyum kecil dan pura-pura menguap lagi. Dia sudah mendapatkan banyak kejutan sepanjang hari. Seperti ketika dia mengetahui kedekatan seperti apa di antara calon suaminya dengan wanita itu.

Suzy mendesah pelan dan menunduk memandang sepatunya yang indah, perasaannya semakin campur aduk. Dia lalu mendengar calon suaminya berdeham.

Joo Hyuk yang melihat gelagat aneh calon istrinya itu, lantas mengendurkan kekesalannya.

“Kau baik-baik saja?” tanya Joo Hyuk kemudian.

Suzy mendongak. “Mm ... neh,” jawabnya ketika sudah berhasil mengendalikan diri.

"Lalu, kenapa kau pergi begitu saja? Kau mau kemana, Suzy-ssi?" tanya Joo Hyuk keheranan.

"Kamarku," jawab Suzy singkat.

"Waeyo?" tanya Joo Hyuk lagi. "Kenapa tiba-tiba?"

“Karena aku ingin tidur," kilah Suzy.

"Sekarang?” Joo Hyuk mengerutkan dahinya dengan berlebihan. “Baru juga jam sembilan, kan? Ini masih terlalu sore, Suzy-ssi ..." sambungnya, mencoba menahan perempuan itu.

"Ya, aku sudah mengantuk! Mau bagaimana lagi?" sahut Suzy sedikit ketus.

Suzy masih tidak tahu bagaimana harus bersikap yang tepat. Benarkah Joo Hyuk dan So Hee sudah berhubungan sejauh itu? Calon suaminya selalu mengatakan kalau mereka berdua hanya bersahabat, tetapi wanita itu mengatakan hal yang sebaliknya. Apakah sampai sekarang mereka berdua masih berhubungan intim yang mengarah ke seks? Bagaimana Suzy harus menyikapinya?

Bertepatan dengan itu, pintu lift kemudian terbuka dan Suzy buru-buru masuk ke dalam sana. Untuk beberapa saat Kim Joo Hyuk terlihat kebingungan, namun di detik terakhir sebelum pintu lift menutup, pria itu menyelinap masuk. Sialnya, hanya ada Suzy dan Joo Hyuk yang ada di dalam lift tersebut. Suzy lantas mengerang sebal dalam hati.

Lift yang sudah sepenuhnya menutup itu mulai bergerak. Kim Joo Hyuk menatap lekat perempuan yang kini tengah berdiri sambil bersandar ke dinding lift.

"Suzy-ssi, apa terjadi sesuatu?" tanya Joo Hyuk hati-hati.

Suzy tidak menjawab. Emosinya masih terasa menggejolak. Ada jutaan amarah yang siap meledak jika ia membuka mulutnya sekarang, Suzy khawatir hanya bisa mengeluarkan kata-kata makian. Napasnya masih memburu dan keberadaan Joo Hyuk di sebelahnya justru semakin membuatnya kesal.

Perempuan itu benar-benar bungkam. Dan Joo Hyuk tidak mengerti dengan perubahan mendadak calon istrinya. Joo Hyuk mengusap rambutnya ke belakang dengan perasaan gusar. Dia lantas menarik halus tubuh Suzy hingga perempuan itu kini berdiri di hadapannya. Lalu Joo Hyuk memeluknya dari belakang, kemudian dagunya ditopangkan di atas kepala Suzy.

Joo Hyuk seolah tidak peduli dengan kamera pengawas lift yang mungkin sedang diawasi oleh petugas keamanan.

Perempuan itu menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dari hidung, cuping hidungnya mengembang. Suzy berusaha sangat keras menenangkan diri, emosinya ditekan habis-habisan. Suzy ingin sekali menyentakkan tangan Kim Joo Hyuk yang melingkupi tubuhnya saat ini. Tangan kukuh itu pasti sudah menjamah setiap jengkal tubuh Jung So Hee.

"Suzy-ssi ...” kata Joo Hyuk lamat-lamat, tapi tetap mengurung perempuan itu dalam pelukan. Kemudian Joo Hyuk memutar tubuh Suzy agar menghadap ke arahnya. Ditariknya perempuan itu ke dalam pelukan, dan dipeluknya erat-erat. Banyak hal yang ingin Joo Hyuk katakan, tetapi pria itu bingung harus memulainya dari mana.

Masih dengan kedua tangan yang menggantung di sisi tubuhnya, Suzy lantas membenamkan wajahnya pada dada bidang calon suaminya. Dia bisa mencecap dalam-dalam aroma parfum dengan kesegaran yang terdiri dari paduan aroma pepper dan calabrian bergamot yang memberikan aroma khas.

Suzy tahu jika pelukan calon suaminya itu selalu terasa sangat nyaman. Maksudnya Kim Joo Hyuk sudah berkali-kali memeluknya, kan? Namun, kali ini Suzy merasa jika pelukan Kim Joo Hyuk membuatnya begitu lelah. Samar-samar leher dan punggungnya terasa pegal-pegal. Tubuh Suzy seolah lebam-lebam seperti ada tali-tali yang mengikatnya kuat, bagaikan kerangkeng yang mencengkeram tubuhnya. Kepalanya terasa panas dan mendidih, sungguh sangat menyiksa. Suzy hanya berpikir mungkin kasur dan selimut yang nyaman bisa meredam emosinya.

"Jjwogi ... kau menyakitiku," kata Suzy lirih dengan tersirat.

Kim Joo Hyuk seakan tidak memedulikan keluhan Suzy, justru pelukan pria itu semakin erat. Joo Hyuk pikir mungkin karena pelukannya yang terlalu erat hingga dia bisa mendengar tulang-tulang calon istrinya merintih sedih.

Joo Hyuk tersenyum kecil saat memandang wajah Suzy yang tengah terpejam, kemudian pria itu mengurai pelukannya. Joo Hyuk lantas menangkup halus pipi perempuan itu, lalu mencium bibir Suzy dengan lembut. Sebuah ciuman kilat tanpa nafsu, yang harusnya terasa hangat seperti ucapan selamat tidur. Tapi, anehnya Suzy merasa tidak nyaman.

"Suzy-ssi ... kau sangat mengantuk, ya? Kau pasti lelah sekali," ucap Joo Hyuk dengan tangan yang masih menangkup pipinya dan menatap wajahnya lekat-lekat penuh kehangatan.

Suzy membuka mata perlahan dan langsung dihadapkan dengan mata cokelat gelap milik Joo Hyuk yang sangat hidup. Mata yang berbinar-binar. Antusiasme-nya terlihat begitu jujur dan telanjang, membuat Suzy teringat pada Joo Hyuk kecil yang tulus dan polos. Seperti itulah kesannya, namun jelas kenyataannya kalau Joo Hyuk tidak sepolos itu.

"Mm ... sangat," katanya. Suzy bisa merasakan getaran dalam suaranya, karena berusaha menahan emosi.

Suzy pikir sekarang waktunya tidak tepat untuk membicarakan tentang cerita yang telah dikatakan oleh Jung So Hee. Terlalu banyak hal yang muncul di kepala Suzy hingga membuat spekulasi yang mengerikan. Suzy tidak mau emosi membuat hubungannya dengan Joo Hyuk yang masih prematur ini menjadi lebih buruk.

Untung saja pintu lift tiba-tiba terbuka. Sepasang lelaki dan wanita paruh baya kemudian masuk, sebelum Suzy menyadarinya Joo Hyuk sudah melepaskan pelukannya.

Joo Hyuk mengusap halus pipi calon istrinya. "Suzy-ssi, istirahatlah dan jangan pikirkan apa pun. Arasseo! Jal-ja ..." pesan Joo Hyuk, sebelum Suzy menutup pintu kamarnya dengan senyuman tipis dan anggukan ringan.

Suzy benar-benar tidak sanggup untuk bicara dengan siapa pun saat ini. Perempuan itu hanya mencuci wajahnya, lalu menarik selimut kemudian berharap matanya segera terpejam dan melupakan semua hal yang membuatnya sangat lelah.

Tapi, bahkan menghitung domba-domba imajinernya pun tidak membuahkan hasil. Matanya masih terjaga. Malam itu Suzy gelisah, segelisah-gelisahnya. Rasanya ada yang salah hingga matanya tak bisa memejam, beberapa kali perempuan itu memeriksa AC, mengecek apakah suhunya terlalu panas atau terlalu dingin. Semuanya baik-baik saja, AC baik-baik saja, tempat tidur yang nyaman, selimutnya yang sempurna. Yang kacau tentu pikirannya.

Tapi ini benar-benar aneh, Suzy heran kenapa dirinya tidak menangis kali ini. Dadanya sesak, memang. Begitu sesak, ada rasa marah dan tidak nyaman yang menghampirinya saat mengetahui hubungan pertemanan antara calon suaminya dengan Jung So Hee yang sudah sejauh itu. Suzy ingin menangis, barangkali itu akan mengurangi rasa sesaknya. Tapi, tidak ada apa pun yang keluar dari matanya, dan itu membuatnya lebih frustrasi.

PETRICHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang