Suzy bangun dengan kepala yang terasa berantakan, namun hidungnya dimanjakan. Rasanya dia baru saja melakukan perjalanan darat dengan medan yang terjal serta cara mengemudi yang buruk. Ludahnya terasa kental, sementara kepalanya berat dan perutnya mual. Tetapi, bebauan yang tercium hidungnya begitu melegakan. Aroma seperti campuran jalinan fruity segar dari mandarin orange dan aroma floral khas jasmine yang dikombinasi dengan kehalusan aroma violet dan pear. Dengan sendirinya, aroma bersahaja itu membuat pikiran dan perutnya sedikit tenang serta menambah lembut energi positifnya.
Suzy membuka mata, tetapi helai-helai rambutnya menutupi pandangannya. Perlahan sembari memegangi kepalanya, Suzy mengangkat tubuhnya dan bangun. Matanya menyipit sebentar, membiasakan diri dengan cahaya matahari yang menerobos samar-samar melalui celah tirai dinding kaca dari arah balkon kamar. Setelah beberapa saat, Suzy menyadari sesuatu jika aroma wangi yang memanjakan hidungnya tadi berasal dari air diffuser yang ada di nakas samping ranjang.
Suzy kembali memandang sekeliling. Kamar ini terasa familier karena ternyata kamar apartemen ini adalah milik calon suaminya.
Setelah nyawanya lebih genap, Suzy menyadari hal lain. Gaun pendek hitam yang ia kenakan semalam sudah lenyap. Sebagai gantinya, dia memakai piama bewarna biru laut yang super kebesaran.
“Shit!” umpat Suzy dalam bisikan.
Sampai usianya yang sebentar lagi akan memasuki kepala tiga, baru kali ini Suzy pulang ke rumah seorang namja setelah mabuk-mabukan. Apa dia sudah gila? Kenapa bisa sampai lepas kendali seperti ini?
Joo Hyuk, hanya itu yang terlintas di benak Suzy. Tentu saja. Siapa lagi memangnya, kalau bukan Kim Joo Hyuk? Song Kang yang notabene-nya sudah tahu aturan hidup Suzy dari Choi Jong Yoon hoejangnim—tidak akan berani membawanya pulang ke apartemen laki-laki itu, pasti dia akan menitipkan Suzy pada Hyeri atau Jeong Ah.
Suzy mengusap wajahnya, berusaha menjernihkan pikiran. Dia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi semalam dan bagaimana dia bisa pulang ke apartemen ini. Seingat Suzy, setelah banyak minum alkohol, tubuhnya tanpa bisa dicegah beranjak menuju panggung untuk menari sampai lelah, lalu menyadari keberadaan sahabatnya yang tengah berdiri kaku dengan tatapan tak percaya di bawah panggung. “Song Kang-ah, ayo kita menari bersama!” begitu ajaknya, kemudian Suzy langsung menghempaskan tubuhnya ke bawah. Sayangnya, ingatan Suzy hanya sebatas itu.
“Astaga. Bodoh!” gumam Suzy tak habis pikir.
Saat Suzy masih berusaha mengumpulkan memorinya, pintu kamar terbuka. Joo Hyuk melongokkan kepala.
“Annyeong. Sudah bangun?”
Joo Hyuk berjalan masuk ke dalam kamar dan berjalan menuju balkon. Dia langsung membuka tirai dinding kaca, membuat cahaya matahari langsung membanjir. Suzy sontak melindungi matanya dengan telapak tangan.
“Good morning,” sapa Joo Hyuk.
Perlahan-lahan berusaha membiasakan diri dengan cahaya matahari, Suzy membuka mata. Joo Hyuk berdiri di depan dinding kaca dengan senyum kecil di wajahnya.
“Pusing?”
Suzy mengangguk sambil meremas rambutnya. “Seperti habis lembur kerja seminggu nonstop.”
Joo Hyuk tertawa rendah. “Kau akan merasa lebih baik jika sudah mandi.” Namja itu mengedikkan dagu ke arah kamar mandi di sisi kanan kamar tidur. “Handuk dan baju training ada di rak, ya. Aku sudah membuatkan yujacha panas untuk meredakan mabukmu. Come on, palliwa!”
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR
RomanceBagi Suzy, Joo Hyuk adalah sosok sempurna yang sesungguhnya. Seperti petrichor yang mengeluarkan aroma alami yang khas, segar, dan wangi ketika hujan turun. Suzy yakin Joo Hyuk adalah petrichor-nya setelah musim kering berkepanjangan di dalam hidupn...