[3] Mission Impossible

1K 118 39
                                    

Keheningan menyelimuti kemudian di antara mereka. Raut wajah namja yang biasanya tengil itu, saat ini sedang menampakkan kebingungan yang sangat jelas.


"Heol ... kau tidak salah makan, kan?" tanya Song Kang tak habis pikir. "Wahh, kau sudah tidak waras, ya?" Telunjuk Song Kang berputar di samping kepalanya dengan ekspresi ngeri, membayangkan jika sahabatnya itu benar-benar sudah gila.

Suzy tersenyum sumir menanggapinya. Dia pun melangkah mendekat ke arah Song Kang dengan perlahan. Perempuan itu menatap lembut mata Song Kang yang masih menyiratkan kebingungan, lalu tanpa pemberitahuan Suzy menendang tulang kering kaki namja itu dengan keras.

"Haissh ... justru aku masih waras tahu!" sembur Suzy sebal.

Song Kang yang terlalu kaget dengan serangan barusan, sekali lagi membuat otaknya bekerja lebih lambat. Dia hanya bisa menahan sakit dan mengumpat dengan keras, "Shit! Michyeosseo! Dasar wanita bar-bar, hobi sekali menyiksa orang lain!"

Choi Suzy tak menghiraukannya. Dengan gestur santai, ia kembali masuk ke dalam ruangan apartemen dan melewati Park Song Kang yang masih terus misuh-misuh. Seolah tidak peduli dengan kesakitan sahabatnya itu, Suzy hanya menoleh dan menjulurkan lidahnya.

"Sukurin!" katanya mencebik.

Suzy memilih untuk duduk di sofa yang bergaya kasual American style dengan posisi yang elegan. Di belakangnya Song Kang juga menyusul dengan mulut yang masih menggerutu.

"Aku tidak paham. Maksudnya bagaimana, sih? Sebenarnya ada apa?" cecar Song Kang setelah ia duduk di sofa tunggal yang ada di depan Suzy.

Suzy menarik napas dalam-dalam. Kemudian yeoja itu mulai menceritakan penyebab hatinya yang gelisah belakangan ini. Tentang rumor soal kepergian ibunya dan bagaimana semua terasa membingungkan setelah hari itu.

Suzy hanya menceritakan garis besarnya saja, dia tidak ingin rahasia terdalamnya diketahui oleh orang lain, termasuk sahabatnya sendiri. Song Kang mendengarkan Suzy yang sedang bercerita dengan saksama.

"Oke!" Song Kang menggangguk-anggukkan kepala dan menatap Suzy dengan ekspresi tenang.

"Jadi, kakekmu—adalah terduga—dalang di balik kepergian ibumu selama ini," simpul Song Kang tajam.

Suzy menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Aigo ... parah juga, ya. Tapi, aku pikir kakekmu bukan orang yang seperti itu. Kalaupun benar, Choi Yong Joon hoejangnim itu memang kelihatannya orang yang misterius. Auranya itu terlihat karismatik dan tidak tersentuh," tutur Song Kang menjelaskan.

Suzy sekali lagi menghela napas putus asa, wajahnya berubah sendu. "Itu sebabnya aku butuh bantuanmu, Song Kang-ah!"

"Bantuan semacam—?" Mata Song Kang menyipit dan suaranya mengecil.

"Agen rahasia," ujar Suzy dengan cepat.

Kening Song Kang berkerut banyak. Biasanya namja itu jagonya untuk merangkai kata-kata, tapi kini tak satu pun kalimat Choi Suzy yang ia pahami.

[ ]

Berteman sejak lima tahun yang lalu hingga hari ini, Song Kang sudah mulai terbiasa dengan kemisteriusan Choi Suzy. Park Song Kang masih tidak tahu apa alasannya, tetapi dia tidak ingin memaksa untuk tahu. Setiap orang bebas punya rahasia masing-masing.


Suzy menjentikkan jarinya. "Neh, betul! Aku butuh dirimu sebagai mata-mata, Song Kang-ah!" lanjut yeoja itu dengan wajah bersinar cerah.

PETRICHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang