[20] Better Than Before

1.5K 127 157
                                    

Kim Joo Hyuk membuka mata, dan sesaat perlu menyipitkan matanya untuk beradaptasi dari sinar matahari yang menyorot masuk karena tirai jendela yang terbuka. Dia bangun sepenuhnya dengan tubuh yang terasa pegal karena sepanjang malam tidur di sofa two seater di dalam kamar pribadinya. Kakinya juga sedikit kesemutan karena harus menekuk dan menjuntai melewati sandaran tangan sofa.

Pria itu kemudian meregangkan otot tangannya seraya menguap lebar, lalu matanya melirik ke arah Suzy yang masih terpejam di tempat tidurnya. Joo Hyuk melangkah pelan menuju tempat tidur, tangannya lantas terulur menyentuh dahi yeoja itu.

"Demamnya sudah turun," ucapnya perlahan.

Kim Joo Hyuk membawa baskom bekas kompresan tersebut ke luar kamar. Joo Hyuk kemudian mengganti bajunya dengan setelan olahraga, yaitu atasan kaos tanpa lengan dan bawahan celana pendek.

Sebelum keluar dari unit apartemennya, Joo Hyuk memasukkan baju kotor Choi Suzy semalam ke dalam kantong laundry. Joo Hyuk akan mencucinya lewat jasa penatu yang ada di gedung apartemen ini. Setelah membawa semua yang dia perlukan Joo Hyuk segera turun ke lantai bawah, sekalian dia akan ke gym center yang merupakan salah satu fasilitas dari gedung apartemennya.

Suzy membuka matanya perlahan dan langsung berhadapan dengan mata cokelat gelap milik calon suaminya itu. Dia menatap lekat-lekat, dan tak berkedip. Suzy kontan terperanjat, merasa bingung juga sedikit gugup dengan situasinya saat ini. Suzy lantas bangkit dan berusaha untuk duduk, tapi Joo Hyuk yang duduk di tepi tempat tidur menahan pundaknya agar tetap berbaring.

Suzy pun menurut, karena dia merasa badannya setengah sakit dan kepalanya juga sedikit pusing. Namun, mata beningnya berputar mengelilingi seluruh ruangan. Jam dinding menunjukkan waktu pukul sembilan lewat tiga puluh menit. Ternyata hari sudah pagi menjelang siang, tampak dari cahaya matahari yang mengintip dari balik jendela kaca yang lebar.

"Ini di mana?" tanya Suzy bingung, suaranya serak dan ragu-ragu.

Kim Joo Hyuk menipiskan bibirnya. "Di dalam kamarku."

Mwo?? Di ruangan pribadi Kim Joo Hyuk? Di ... tempat tidurnya? batin Suzy berteriak tak percaya.

Sontak saja wajah Suzy sedikit merona, meskipun tampak samar. Dia akhirnya menyadari bahwa sekarang dirinya sedang terbaring di atas tempat tidur dengan lapisan kain halus dan lembut yang Suzy yakini sebagai salah satu jenis katun terbaik di dunia. Dan ruangan ini ... adalah kamar utama calon suaminya, tempat tidurnya menggunakan furnitur modern dan bergaya maskulin. Jendela dengan kaca besar, serta nuansa monokrom yang sangat terasa dengan pemilihan warna abu-abu dan hitam, juga panel kayu untuk lantainya.

"Kau itu pingsan atau apa? Tidurmu lama sekali," ujar Joo Hyuk mencibir.

Namun, dia tersenyum tipis ketika melihat wajah Suzy yang sedikit salah tingkah. Dia berpikir mungkin kondisi Suzy sudah membaik mengingat bagaimana pucatnya wajah yeoja itu semalam, karena tubuhnya yang basah kuyup.

"Aku pikir kau itu Snow White yang akan bangun kalau dicium oleh seorang pangeran,” kata Joo Hyuk meledek.

"Mwo? Kau pikir gara-gara siapa aku begini?" balas Suzy sambil memasang wajah cemberut.

Seakan tersadar, Suzy menyadari sesuatu ketika ia menunduk dan mengintip dari balik selimutnya lalu melihat baju yang ia kenakan saat ini. Jelas sekali kalau ini bukan baju miliknya, lalu siapa yang mengganti bajunya? Otaknya mendadak ngeri membayangkan kemungkinan itu.

Melihat Suzy yang tampak gelisah dan kebingungan, Joo Hyuk bertanya kemudian, "Waeyo?"

Suzy menelan ludah dengan susah payah, sebelum berkata, "Apa kau yang mengganti pakaianku semalam?" tanyanya sedikit ragu.

Pandangan mereka beradu sesaat. Joo Hyuk dengan wajah yang sedikit memerah, tampak salah tingkah dengan pertanyaan Suzy barusan. Namja itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan menjawab pasrah.

"Neh, tapi tunggu ... kau jangan salah paham dulu, itu karena aku tidak punya pilihan lain dan kau membuatku panik dengan kondisimu yang terlihat mengkhawatirkan," jawab Joo Hyuk cepat, ia buru-buru menjelaskan.

Keheningan terjadi setelahnya, suasana mendadak setingkat lebih gerah dan canggung. Suzy yang terlihat salah tingkah lalu memalingkan wajahnya ke arah jendela, dan Joo Hyuk dengan sisa kemerahan di wajahnya, tak jauh berbeda dengannya namun Joo Hyuk tetap mempertahankan ekspresinya dengan tenang.

“Seharusnya kau bawa saja aku pulang ke rumahku, atau ke rumah sakit,” kata Suzy tiba-tiba, merasakan kecanggungan yang nyata.

Joo Hyuk berdecak. “Semalam aku tidak bisa berpikir jernih. Hanya apartemenku ini yang terlintas di pikiranku saat itu. Lagi pula, aku harus menjawab apa jika keluargamu bertanya tentang kondisimu semalam?” sahut Joo Hyuk lugas.

Suzy tidak sempat lagi merasa malu karena detik itu juga, ia tidak percaya pada kemampuannya untuk menguasai keadaan dan berlagak tenang.

Joo Hyuk lantas berdeham untuk memperbaiki situasi canggung di antara mereka berdua. Namja itu kemudian menyuruh Suzy untuk mencuci muka dan segera ke meja makan. Dengan tubuh yang masih lemas, Suzy pun turun dari tempat tidur menuju kamar mandi yang ada di dalam master bedroom.

Kim Joo Hyuk keluar kamar dan melangkah menuju pantri, dia menghangatkan makanan di dalam microwave. Tak berselang lama, Suzy keluar dari master bedroom milik calon suaminya itu. Joo Hyuk yang melihatnya sudah keluar dari kamar, lantas segera menyuruh Suzy untuk duduk di meja makan.

"Tadi sehabis berolahraga sebentar dari gym center, aku membeli ini untukmu." Joo Hyuk menunjuk pada hidangan yang sudah tersaji di atas meja.

“Aku membeli jook—bubur beras khas Korea. Setahuku makanan ini bisa menjadi penenang bagi mereka yang sedang sakit. Lalu aku juga membeli samgyetang—sup ayam dengan ginseng, makanan tradisional ini kaya akan gizi sehingga mampu meredakan demam, serta menambah energi dan menambah nafsu makan ketika sakit,” tutur Joo Hyuk menambahkan sembari meletakkannya di depan yeoja itu.

Suzy tertawa kecil. “Kedengarannya kok seperti suami yang perhatian, ya?”

Sontak Joo Hyuk mendongak dan menggeleng. “Yaa, kau masih terbawa mimpi atau bagaimana? Malah melantur begitu,” decaknya heran. Wajah Joo Hyuk sedikit memerah. Namun, kali ini ia berhasil menutupinya.

Suzy mengulum senyum melihat sikap calon suaminya itu. Sebelum menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, Suzy berujar, “Anyway, terima kasih karena kau sudah merawatku dengan baik.”

Joo Hyuk menatap Suzy dengan pandangan yang sulit diartikan. Dia tidak membalas dan tidak mengatakan apa-apa.

“Enak,” komentar Suzy langsung, setelah ia mencicipi satu sendok.

Joo Hyuk tersenyum kecil. Pikirannya tiba-tiba mengingat sosok Ki Yong yang perhatian soal ketidakteraturan jadwal makan Choi Suzy, membuat Joo Hyuk menipiskan bibir tak percaya. Sahabatnya itu selalu saja mencari masalah dengannya.

"Makanlah ... tadi malam kau juga tidak makan dengan benar, jadi habiskan ini semua. Arachi!" perintah Joo Hyuk tegas.

Suzy mengerucutkan bibirnya. "Mwo? Ini sih terlalu banyak. Jjwogiii, aku tidak bisa menghabiskan ini semua sendiri. Jadi, bagaimana kalau kita makan berdua saja, ya?" tawarnya merayu dengan melakukan sedikit aegyo.

Joo Hyuk berdecak dan matanya melotot sekilas pada Suzy yang sedang beraegyo. "Tidak, aku tadi sudah sarapan di bawah. Jadi kau habiskan saja sendiri!" Joo Hyuk menegaskan.

Suzy mengerang sebal, lalu memanyunkan bibirnya karena usaha untuk membujuk calon suaminya itu tidak berhasil. Namun, siapa sangka dalam hatinya, Kim Joo Hyuk berusaha setengah mati untuk tidak tersenyum kala melihat tingkah menggemaskan calon istrinya itu.

Suzy mengunyah pelan makanannya, lalu berpaling pada Joo Hyuk dan berkata, “Astaga, Jjwogi, kau tidak perlu khawatir seperti itu,” katanya tak habis pikir, ketika Joo Hyuk masih terus mengawasinya. Namja itu duduk dengan bersedekap, membuat Suzy seperti seorang anak kecil yang sedang di awasi oleh ayahnya.

"By the way, Jjwogi ... bajuku ada di mana?" tanya Suzy sambil menyuapkan lagi makanan ke dalam mulutnya.

"Aku bawa ke jasa penatu di gedung apartemen ini, mungkin nanti siang baru selesai," jawab Joo Hyuk kemudian.

"Oh ..." Suzy mengangguk paham.

Pada akhirnya Suzy hanya mampu menghabiskan setengah porsi makanannya. Meskipun dengan tatapan tajam dari calon suaminya itu, suzy tidak mau mengalah, dia menolak perintah Joo Hyuk dengan tegas. Suzy beralasan kalau ia tidak mau memuntahkan makanannya karena kekenyangan. Dan berhasil, Joo Hyuk tidak memaksanya lagi.

PETRICHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang