[38] Memikat Yang Hampa Lara

427 44 30
                                    

"Joo Hyuk-ah,” panggil So Hee. Tepukan lembut terasa di pundaknya, Joo Hyuk menoleh dan tersenyum cerah, seperti biasa sikapnya selalu hangat pada wanita itu.

"Lho, sudah? Aku pikir kau masih ingin berlama-lama di sini," tanya Jung So Hee kemudian.

Joo Hyuk menggelengkan kepala. "Kurasa sudah cukup," jawabnya, sambil turun dari tepi air dan kembali masuk ke dalam kolam.

Posisi mereka sekarang berada di ujung kolam, pinggiran sudut yang sedikit menyingkir dari keramaian tamu khusus private infinity pool ini.

"Kenapa? Kau lelah menggendongku, ya?" tanya So Hee dengan senyuman manis, menggoda pria itu.

Joo Hyuk sontak tertawa kecil. "Ya, lumayanlah ..." sahutnya dengan nada iseng.

So Hee mengerucutkan bibir. “Padahal aku sudah diet lho,” protesnya.

Joo Hyuk tersenyum, sebelum berdeham kemudian. "So Hee-ya, apa Ki Yong sudah menghubungimu?" tanyanya hati-hati.

Kontan saja ekspresi wanita itu berubah murung. Jung So Hee menunduk sebentar, lalu menggeleng. "Belum. Mungkin memang hubungan kami benar-benar akan berakhir untuk selamanya," jawabnya sambil tersenyum sumir.

Joo Hyuk menghela napas. "Jangan terlalu dipikirkan, dia pasti akan kembali padamu," katanya dengan nada lembut, mencoba menghibur wanita itu.

Jung So Hee tidak menjawab dan hanya mengedikkan bahu. Dia menatap lekat-lekat mata teduh Joo Hyuk yang berdiri di hadapannya, So Hee terlihat tenang dan mantap. Wanita itu lantas mendekat demi mempersempit jarak di antara mereka berdua.

"Joo Hyuk-ah, i want to be with you. May I?" kata So Hee tiba-tiba.

Kim Joo Hyuk sontak melebarkan mata tak percaya. "Apa katamu??" tanyanya memastikan, sembari mengerutkan dahinya dengan berlebihan.

Berbeda dengan pria itu, orang yang diajak bicara di depannya ini hanya menatapnya tanpa beban, seolah-olah itu bukan perkara besar. "Hanya seharusnya yang kukatakan," sahut Jung So Hee begitu saja.

"Dan apa yang kau maksud dengan perkataanmu itu?" tanya Joo Hyuk lagi, perasaannya mendadak tidak enak.

"Mengenai janjimu padaku,” kata So Hee mengingatkan. “Joo Hyuk-ah, kau sendiri yang bilang kalau kau akan selalu bersamaku apa pun yang terjadi. Kupikir saat ini adalah waktu yang tepat untuk menagih itu semua," lanjutnya menambahkan.

Joo Hyuk seketika terdiam, dia tidak tahu harus merespons apa. Sejak dulu wanita ini memang hobi mengacaukan hidupnya. Berkali-kali Joo Hyuk menghela napas panjang, agar tidak mengatakan hal-hal yang tidak dia inginkan.

"So Hee-ya, kau tidak bersungguh-sungguh dengan ucapanmu itu, kan?” tanya Joo Hyuk gusar. “Seakan posisiku belum cukup sulit, maksudku ... aku bahkan sudah memiliki calon istri," katanya dengan nada tak habis pikir.

So Hee menatapnya tak percaya. "Oh, jadi aku menempatkanmu di posisi sulit, begitu?" tanyanya, menyudutkan pria itu.

"Astaga!" Kim Joo Hyuk menelan ludah dengan berat. Berkali-kali pria itu hanya mengusap-ngusap tengkuknya frustrasi dan menyibak rambut basahnya ke belakang hingga berantakan. Entah kenapa otaknya mendadak tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Jung So Hee pun menghela napas. "Well, Joo Hyuk-ah ... tidak mudah bagiku hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran soal statusku yang hanya seorang anak angkat, juga ketidakpastian akan sikap Ki Yong untuk hubungan kami selama ini," katanya terus terang. "Aku masih ingat hari di mana ketika kau datang melamarku saat kau baru kembali dari USA. Waktu itu kau mengatakan padaku kalau kau tidak ingin dijodohkan dengan orang yang tidak kau cintai," jelasnya dengan senyuman tersirat.

"Hah?" gumam Joo Hyuk. Kim Joo Hyuk menatap wanita yang ada di hadapannya itu dengan tatapan putus asa.

Jung So Hee menatap lurus-lurus mata cokelat gelap milik Kim Joo Hyuk, seolah tahu apa yang dipikirkannya. "Kalau kau memang masih belum bisa membuka hatimu untuk perempuan itu, kau jangan memaksakan diri. Joo Hyuk-ah, aku pikir kita bisa memulai lagi segalanya dari awal," kata So Hee blak-blakan.

Kim Joo Hyuk menatap wanita di hadapannya dengan ekspresi bingung sekaligus tak habis pikir. "Apa maksudmu?"

"Apakah perasaanmu masih sama, Joo Hyuk-ah?"

Joo Hyuk tidak mengerti. "Perasaan apa maksudmu?" tanyanya tidak yakin.

"Perasaanmu padaku," jawab So Hee dengan pasti.

Kim Joo Hyuk sekali lagi menelan ludah dengan susah payah. Pria itu sudah mempersiapkan diri untuk adegan ini selama bertahun-tahun. Joo Hyuk sudah memiliki jawaban pasti yang dia simpan selama ini. Tapi, kini, saat kesempatannya menjadi nyata, jawaban itu mendadak terasa berat.

Joo Hyuk menarik napas dalam-dalam. "Entahlah ...” katanya, sembari mengusap pelipisnya. "So Hee-ya, kau tahu kan saat ini aku sudah bersama—"

"Joo Hyuk-ah," potong So Hee cepat. "Kau tidak akan selalu datang ketika aku membutuhkanmu jika perasaanmu padaku telah berubah," ujarnya, So Hee terdengar berkeras dan menyerah pada saat yang sama.

Lagi-lagi Joo Hyuk menelan ludah dengan susah payah. "Ehm ... soal itu ..." balasnya ragu-ragu, hatinya mendadak resah.

"Joo Hyuk-ah, jujurlah kepada hatimu,” kata So Hee, memandang lekat ke dalam lautan keraguan di dalam sorot mata pria itu. “Aku tahu, aku ini bukan wanita yang baik. Dan aku sadar itu. Aku benar-benar jahat karena membingungkanmu selama bertahun-tahun, lalu membuangmu begitu saja dan kini malah mengemis cintamu. Aku tahu betapa buruk semua ini terlihat ... setelah Ki Yong membuangku, lantas aku menagih janji padamu. Tapi, selepas semua ini, sesudah kebodohan-kebodohanku ... aku tahu siapa yang betul-betul mencintaiku. Dan jika kau masih menyimpan perasaan itu untukku, walau sedikit saja ..." tutur wanita itu menjelaskan dengan panjang lebar, kemudian tersenyum lembut. "Joo Hyuk-ah, tolong beri aku kesempatan," pinta So Hee akhirnya.

Kim Joo Hyuk terpaku. Jung So Hee lalu menatap lekat-lekat pria itu dengan mata beningnya. Tatapan yang telah memerangkap Joo Hyuk selama bertahun-tahun sejak remaja. Tatapan yang terasa mampu meresap ke dalam tubuhnya, membaca seluruh pikirannya. Tatapan yang membuatnya tidak bisa berpaling kepada yang lain. Dulu ... tatapan itu membuat jantungnya berdesir halus. Dan ternyata desiran itu ... masih ada, mungkin selalu ada.

"Kita bisa menyusun rencana bersama," kata So Hee dengan wajah berseri. "Joo Hyuk-ah, kita bisa menyiapkan masa depan yang sudah kau inginkan selama ini, bersama-sama ..." katanya lagi dengan senyuman manis.

Joo Hyuk sontak menahan napas ketika wanita itu semakin mendekat dan membuat jarak di antara mereka sirna, lalu Jung So Hee melingkarkan kedua tangannya pada leher kokohnya dan sedikit berjinjit, kemudian mengecup bibir tipis nan penuh miliknya. Joo Hyuk yang dulu hanya bisa membayangkan bagaimana bibir tipis merah jambu itu masih terasa. Setiap saat, setiap Jung So Hee berjalan dengan pria lain, Joo Hyuk selalu berharap bahwa pria itu adalah dirinya.

Kim Joo Hyuk seketika merasa mengawang pada fantasi-fantasi masa lalunya. Pada hasrat-hasrat mudanya, pada manisnya permen kapas yang lembut, seakan-akan baru terjadi kemarin. Seluruh dirinya seolah terbang melayang pergi mengarungi nirwana. Kim Joo Hyuk lantas membungkuk dan ikut terbuai oleh ciuman wanita yang selalu dia dambakan di setiap malam-malam sepinya. Ciuman yang lembut, lembut dan semakin dalam, bibir Jung So Hee terasa manis.

Namun memang itulah yang terjadi. Selama ini, dalam pikiran paling liarnya, Joo Hyuk selalu merindukan bibir Jung So Hee. Seharusnya, seluruh sel otaknya mati di sini. Semestinya hati dan otak Joo Hyuk tidak perlu berpikir saat ini. Tapi yang terjadi selagi Jung So Hee menciumnya, Joo Hyuk tiba-tiba justru memikirkan hal yang lain. Membuyarkan pikirannya dan menariknya kembali ke bumi.

"Shit!!" Joo Hyuk memaki, keduanya mendadak saling melepaskan. Sontak saja Jung So Hee menatap pria itu dengan ekspresi kaget.

"Sorry ... i didn't mean to ..." Joo Hyuk nyaris menjambak rambutnya sendiri. Pria itu lantas memaki lagi. Lalu, ia mengusap wajahnya dengan kasar. Joo Hyuk menarik napas dalam-dalam. Bagaimana cara menjelaskan hal ini? Bahwa dengan sadar, Joo Hyuk malah memikirkan Choi Suzy ketika Jung So Hee mencium bibirnya. Pria itu gusar dan gelisah secara bersamaan.

Jung So Hee masih dengan wajah memerah menatap pria itu dengan tatapan tidak mengerti.

Ciuman itu ... Kim Joo Hyuk kebingungan mendeskripsikannya. Maksudnya, ketika ia dengan Choi Suzy, perempuan itu mampu membuat sel-sel pikiran Joo Hyuk rusak. Ada sesal, amarah, rindu, putus asa, rakus, dan berjuta rasa yang bahkan tidak Joo Hyuk kenali sebelumnya. Namun, berbeda dengan Jung So Hee, Joo Hyuk hanya merasa ciuman itu menyenangkan.

"Apa kau baru saja memakiku, Joo Hyuk-ah?" tanya So Hee dengan nada tak percaya.

Kim Joo Hyuk menatap wanita yang ada di hadapannya dan meringis salah tingkah, sembari menggelengkan kepala. "Tidak, tidak ... bukan kau yang aku maksud. Sungguh," jawab Joo Hyuk pasti, pikirannya sekarang terbagi ke mana-mana.

Jung So Hee mengerutkan dahi dengan keheranan. "Jika bukan aku, lalu siapa? Atau apa?" desaknya kepada pria itu.

Ada keheningan sesaat, sebelum Joo Hyuk menghela napas panjang-panjang. "Aku tidak tahu ..." jawab Joo Hyuk sambil menggeleng frustrasi. "Aku kacau!"

Dahi So Hee semakin berkerut banyak, namun memilih tidak mengatakan apa-apa. Matanya menyipit menatap pria itu dengan pandangan menelisik, mencoba menyelami ke dalam mata cokelat gelap Kim Joo Hyuk.

Joo Hyuk menelan ludah dengan berat. Rasanya baru kali ini dia berada di dekat Jung So Hee, wanita pujaannya ... namun entah bagaimana malah terasa awkward. Joo Hyuk bahkan bingung harus bicara apa. Suasananya mendadak canggung, pria itu lantas menggaruk belakang kepalanya, mencoba keluar dari semua situasi ini.

Mata cokelat gelapnya di edarkan untuk mengitari sekeliling area kolam hingga akhirnya ia menemukan kehadiran sahabatnya, Kang Woo Seok yang berada tidak jauh dari posisinya. Pria itu jauh lebih lega, saraf yang tadi tegang sudah jauh lebih rileks. Joo Hyuk lalu melambaikan tangan dan memanggil sahabatnya itu dengan nyaring. Joo Hyuk kemudian menoleh kembali dan buru-buru membuat alasan pada So Hee yang sedari tadi menatap lekat-lekat kepadanya.

"Maaf, So Hee-ya. Aku duluan, ya ... ehm ... aku baru ingat kalau aku ada janji dengan Woo Seok," kata Joo Hyuk, berusaha menghindarinya.

Setelah itu Joo Hyuk langsung menaiki tepi kolam renang. Dia melangkah dengan terburu-buru dari sana dan tidak memberi kesempatan wanita itu untuk mencegahnya pergi.

Kim Joo Hyuk tahu setelah ini segalanya akan semakin rumit. Tapi, untuk saat ini entah kenapa otak Joo Hyuk tidak sampai untuk berpikir ke sana.

PETRICHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang