Kim Joo Hyuk tentu tidak berpikir bahwa dirinya terlalu optimis. Setidaknya sampai beberapa saat lalu, ketika ia melepaskan ciumannya dengan ketidakpahaman. Saat ciuman mesra itu disudahi secara sepihak, kekhawatiran Joo Hyuk timbul ke permukaan. Bagaimana jika Suzy tidak menyukai tindakannya tadi? Bagaimana bila dirinya salah mengartikan situasi? Tapi, bukankah mereka berdua terlihat menikmatinya?
Joo Hyuk belum berpikir bagaimana semua ini akan dibereskan. Dia bingung harus melakukan apa ketika beberapa saat lalu Suzy memasang wajah agak syok dan sedikit kepanikan. Jadi, Joo Hyuk segera menyusul calon istrinya itu dan menunggu respons selanjutnya.
Suzy menuangkan air mineral dari lemari pendingin dengan terburu-buru ke dalam gelas, ketika Joo Hyuk ikut menyusul dan berdiri tak jauh dari meja konter di belakang perempuan itu. Suzy tampak sedikit gelisah, dia lantas meneguk minumannya dengan rakus.
Air dingin ini tidak sepenuhnya bisa menenangkannya. Tetap saja hal itu membuat Choi Suzy dilanda frustrasi karena sudah berusaha sampai sejauh ini. Apalagi yang salah? Kenapa ingatan masa lalu itu masih menghantuinya walau samar? Suasana intim mereka berdua yang tercipta dengan susah payah kini hancur seketika. Suzy menarik napas dalam-dalam.
Joo Hyuk menatap calon istrinya itu tak menentu sesaat, lalu mendesah pelan. Ada hening yang cukup lama di antara mereka. Pandangan Joo Hyuk lalu terpaku pada punggung Suzy. Dia lantas melangkah mendekatinya dan menyibakkan rambut Suzy dengan hati-hati ke pundak hingga memperlihatkan bra-nya di bagian belakang. Tangan Joo Hyuk kemudian terulur untuk menaikkan risleting penutup gaun yang sudah terbuka setengahnya.
Bersamaan dengan itu, tubuh Suzy tersentak saat tangan Joo Hyuk tiba-tiba menyapu lembut punggung halusnya. Suzy memutar tubuhnya cepat hingga menghadap ke arah Joo Hyuk, dan menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Mianhae ..." ucap Suzy lirih, sambil menundukkan kepala.
Joo Hyuk memegang ujung dagu Suzy agar mendongak, dan selama satu menit namja itu hanya menatapnya.
"Mianhae," ulang Suzy lagi dengan sedikit gugup. "Aku sudah merusak suasananya dengan sikapku barusan," tambahnya dengan senyum hambar.
Kim Joo Hyuk menggeleng. "I am sorry," katanya. "Gwaenchana? Apa aku membuatmu tidak nyaman, hm?" tanyanya sedikit khawatir.
Suzy tidak menjawab. Bagaimana dia harus menjawab pertanyaan ini? Haruskah Suzy mengatakan bahwa ini semua karena masa lalunya? Perempuan itu mendesah pelan. Satu menit berlalu tanpa pembicaraan apa-apa.
"Suzy-ssi, kau pasti kelelahan karena seharian menyiapkan surprise untukku,” kata Joo Hyuk tiba-tiba sambil menyelipkan rambut Suzy ke belakang telinga. “Kau mau istirahat saja di kamarku atau tidur sekalian?” tawarnya dengan senyum hangat.
Mungkin karena otaknya sedang tidak berfungsi dengan baik, entah bagaimana kalimat-kalimat sopan Joo Hyuk berubah jadi tawaran berbau sensual di telinga Suzy.
Tidur? Tidur bersama maksudnya?
Tidur dengan Kim Joo Hyuk?
Suzy-ya, saranku kau coba berhubungan seks dengan calon suamimu!
Suzy menelan ludah dengan susah payah, kepalanya mendadak riuh dengan suara-suara yang terus menyudutkannya.
Bagaimana jika tidak sesuai ekspektasi? Bagaimana kalau Joo Hyuk menolak permintaannya untuk berhubungan seks? Kemungkinan terburuknya Kim Joo Hyuk akan pergi meninggalkannya sendirian dalam hubungan yang masih rentan ini. Lantas, Suzy akan semakin kesulitan untuk mewujudkan keinginannya agar bertemu dengan sang ayah.
“Suzy-ssi!” Sentuhan ringan terasa di lengannya, Joo Hyuk mengusap singkat kulit telanjangnya, dan seketika membuat Suzy terkejut.
“Are you ok?” tanya Joo Hyuk sekali lagi.
Suzy mengumpat dalam hati karena terjebak dengan semua ketakutan dan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi nanti. Lantas, Suzy berperang batin dan meyakinkan diri untuk mengambil keputusan kilat. Oke!
“Jjwogi,” panggil Suzy dengan suara lirih.
Sudut bibir Joo Hyuk tertarik sedikit ke atas. “Ya?”
“Apa kau mau bercinta denganku sekarang?” tanya Suzy dengan napas gemetar.
Kening Joo Hyuk sontak berkerut banyak. Namja itu menatap Suzy lekat-lekat dengan pandangan matanya yang sama sekali tidak bisa Suzy maknai.
Jantung Suzy berdegub-degub tak keruan. Berbagai pikiran buruk sudah muncul di benak perempuan itu ketika Joo Hyuk tak segera menjawab. Mungkinkah pertanyaannya barusan sudah kelewatan? Rasa takut Suzy memuncak.
Kalau sudah begini, bisakah Suzy kembali mengenakan topeng ‘tidak terjadi apa pun?’ Bisakah mereka kembali ke sikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa seperti satu jam yang lalu? Bagaimana Suzy bisa bersikap normal di hadapan Joo Hyuk setelah ini?
“Sori, Jjwogi,” kata Suzy dengan penyesalan yang sungguh-sungguh. “Aku tidak punya maksud buruk. Aku hanya, well—”
“Suzy-ssi,” Joo Hyuk memotong. Pria itu lantas berdeham, namun ternyata dia malah tersenyum. “Berhubungan seks maksudmu?” ralatnya kemudian.
Namja itu mengulurkan tangan untuk menyentuh dahi Suzy. “Sepertinya kau sangat mabuk, ya,” ucap Joo Hyuk, sembari mengusap dahinya pelan.
Suzy hanya bisa berdiri mematung, mencengkeram erat-erat pinggiran meja konter, dan menatap lurus-lurus ke mata cokelat gelap Joo Hyuk.
Joo Hyuk tersenyum lagi. “Situasi ini aneh.”
“Apakah aneh yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagimu?” tanya Suzy dengan dada berdebar-debar dan kaki yang mendadak lemas.
“Keduanya,” sahut Joo Hyuk. “Juga, tidak satu pun.”
Masih dengan tubuh kaku, Suzy mengerjapkan mata bingung. “Maksudnya?”
Dua pemikiran melintas di benak perempuan itu ketika Joo Hyuk tak kunjung menjawab pertanyaannya. Satu, Joo Hyuk kecewa dengan sikapnya yang sudah lancang. Dua, Suzy takut bagaimana akhir dari hubungan mereka berdua.
“Jadi ...” bisik Suzy ketika Joo Hyuk menurunkan tangan. Suzy terdiam, karena tidak memiliki kata-kata untuk menyambung kata. Tidak sepatah pun.
Pantry sunyi senyap dan suasana semakin kikuk.
“Jadi,” kata Joo Hyuk. Jemarinya menarik halus lengan Suzy yang mencengkeram erat konter meja, lalu menyelip ke sela jemari perempuan itu dan merenggangkannya.
Jemari mungil Suzy menyukai jemari kukuh Joo Hyuk.
“Kau yakin ini tidak apa-apa?” tanya Joo Hyuk sambil mengamati mata Suzy, mencari tatapan ragu.
Suzy tak tahu apakah ini tidak apa-apa. Rasanya campur aduk dan Suzy tidak bisa memikirkan hal lain yang lebih dia inginkan selain bersama Joo Hyuk.
“Kau terlalu khawatir,” kata Suzy sambil tersenyum terpaksa.
“Dari awal kita memulai hubungan percobaan ini ... kau tahu aturannya, kan?” Joo Hyuk mengamatinya tanpa berkomentar sebelum mundur selangkah.
Suzy menautkan kening sebentar. “Apa itu?” tanyanya bingung.
Joo Hyuk memusatkan tatapan ke mata bening itu selama beberapa detik. “Jangan terlalu berekspektasi tinggi dengan hubungan percobaan kita, atau kau akan kecewa nantinya. Karena kau tahu dengan pasti kalau itu sangat sulit untukku,” katanya dengan tegas.
Suzy menelan ludah, dia tak menyukai aturan itu. Hal tersebut membuat Suzy ingin berubah pikiran tentang kesepakatan mereka berdua, lalu berbalik dan lari, tapi Choi Suzy malah mengangguk. Suzy mengangguk karena ingin menggenggam yang bisa dia raih.
Jemari Joo Hyuk lantas meninggalkan jemari perempuan itu dan naik ke sisi kepalanya, menahan kepalanya supaya tidak bergerak. “Aku berharap kau masih terasa seperti red wine,” katanya dengan seringaian.
Lidah Joo Hyuk kini di dalam mulut perempuan itu, dengan lembut membelai lidahnya, dan Suzy tidak tahu bagaimana itu terjadi. Tetapi, Suzy tidak keberatan. Suzy tidak keberatan merasakan ini. Bibirnya dengan cepat menyesuaikan irama namja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR
RomanceBagi Suzy, Joo Hyuk adalah sosok sempurna yang sesungguhnya. Seperti petrichor yang mengeluarkan aroma alami yang khas, segar, dan wangi ketika hujan turun. Suzy yakin Joo Hyuk adalah petrichor-nya setelah musim kering berkepanjangan di dalam hidupn...