"Tadi kau bilang menurutmu Julia Roberts aktris Amerika terbesar sepanjang sejarah?" tanya Song Kang memastikan.
Mereka tiba di pelataran halaman gedung hotel milik keluarga pria itu. Song Kang dan Suzy tengah berdebat tentang film selama perjalanan menuju gedung hotel.
"Betul," kata Suzy, alisnya terangkat. "Menurutmu tidak? Yaa, dia itu juga American sweetheart.”
Otot-otot kakinya terasa kencang di sejuta tempat. Suzy meregangkan lengan ke atas kepala dan menguap, kemudian kembali sadar diri. Choi Suzy tak bisa melakukan semua itu di depan umum.
Ya, kau bisa, sebuah suara kecil di kepala perempuan itu mengingatkannya.
Suzy tersenyum dan meregangkan tubuh lagi. Dia sudah mendapatkan banyak penyadaran diri sepanjang hari. Sesaat perempuan itu merasa ngeri, menunggu omelan dari sang kakek di telinganya, kemudian sadar dia berada puluhan kilometer jauhnya. Maka Suzy sedikit lega.
Song Kang menoleh dan tersenyum geli melihat tingkah perempuan itu. Tapi, lelaki itu kemudian protes, "Please! Bagaimana dengan Julianne Moore ... Holly Hunter ... Meryl Streep ..."
Mereka berdua kemudian memasuki lobi dan melewati beberapa petugas keamanan dan karyawan hotel. Song Kang masih bicara, lalu Suzy pun melakukan hal yang sama. Song Kang punya pendapat yang sangat tajam pada topik tersebut, yang semuanya tidak Suzy setujui. Menurut sahabatnya itu, Steven Spielberg terlalu dibesar-besarkan, bahwa semua jenis film remaja yang dibuatnya dulu seharusnya dimusnahkan dan Gwyneth Paltrow bahkan tidak cantik.
Dasar sinting!
"Jadi menurutmu dia tidak layak mendapat Oscar untuk Erin Brockovich?" tanya Suzy tidak habis pikir.
"Kau bercanda? Joan Allen dilangkahi!" seru Song Kang. "Dia sangat luar biasa di The Contender,” katanya lagi dengan pasti.
Suzy mengerutkan alisnya dengan berlebihan.
Song Kang menatapnya sebentar lalu tertawa kecil. "Yaa! Oke ... oke ... mereka semua aktris yang benar-benar berbakat," ujarnya mengakui.
Suzy menganggukkan kepala mendengar pengakuan sahabatnya itu. "Next ... film favoritmu sepanjang waktu?" tanyanya kemudian.
Song Kang tampak berpikir sesaat, sebelum tersenyum kecil. "Hmm ... can't think one of it. All of Christopher Nolan's works, I think ..." jawabnya sembari mengangkat bahu.
Suzy menelengkan kepala sambil tersenyum miring. "Mindblowing sekali, ya," sahutnya.
Song Kang tertawa renyah mendengar tanggapannya. “Aku ini fans-nya beliau ... ya samalah sepertimu yang menyukai aktris Jennifer Lawrence,” balasnya sambil mengedikkan bahu.
Suzy ikut tertawa dan mengangguk sekilas, menyetujui pendapat sahabatnya itu. Lalu berselang lima detik setelahnya sebuah sapaan terdengar, “Song Kang-ah, dan ... Suzy-ya?"
Keduanya menoleh saat berjalan menuju lift. Lalu mendapati seorang wanita paruh baya muncul dengan rok span, blouse dan blazer panjang berwarna keemasan. Rambutnya dipotong bob pendek dan di blow dengan sempurna. Wanita yang sudah berusia lebih dari 50 tahun itu terlihat masih sama awet mudanya.
"Dokter Park Choon Hee?" balas Suzy sedikit terkejut.
Wanita paruh baya itu mengangguk tersenyum sebagai jawaban.
Suzy memandang wanita paruh baya itu lalu berpindah menatap lelaki yang ada di sebelahnya dengan tatapan yang tidak terbaca. "Kalian berdua adalah anggota inti keluarga Park, bukan?" tanyanya tersirat.
Wanita paruh baya itu tersenyum hangat. "Benar ... kau sudah tahu kan kalau Song Kang ini adalah keponakanku, aku ini adik dari ayahnya," jawabnya sembari menepuk-nepuk lengan kukuh Song Kang.
Air muka Suzy seketika berubah-rubah, memandang keduanya secara bergantian. Dia berusaha menepis segala keraguan yang tiba-tiba muncul dalam benaknya. Percakapannya waktu itu dengan Park Choon Hee tentang tidak adanya kesengajaan atau campur tangan wanita itu soal persahabatan antara dirinya dengan Park Song Kang, semuanya murni karena takdir yang berjalan.
“Tentu, Bibi dokter. Tapi, Song Kang tidak pernah mengatakan apa-apa padaku soal dirimu, jadi aku masih belum terbiasa,” jawab Suzy terus terang, lalu matanya berpaling menatap Song Kang yang terlihat tetap tenang, tetapi sedikit menghindari pandangannya.
Song Kang berdeham. Suaranya jadi sedikit serak. Suasananya mendadak sedikit awkward. Dia lantas berpaling pada bibinya, dan memberi pandangan menyipit. “Gomo ... sejak kapan kau ada di sini?” tanyanya ingin tahu.
"Dari semalam," jawab Park Choon Hee.
Song Kang ber-oh panjang. "Ada urusan apa? Atau, Bibi hanya berlibur di sini?" tanyanya lagi.
Park Choon Hee tersenyum kecil. "Tidak, aku hanya sedang ingin menikmati waktu liburku saja," jawabnya. Kemudian seorang lelaki paruh baya mendekat ke arah mereka bertiga lalu berdiri di sebelah dokter Park Choon Hee dan menyapa ketiganya dengan gestur santai.
Song Kang menoleh, lalu mengangkat sebelah alis. Dia mengangguk ringan dan menerima jabat tangan untuk membalas sapaan lelaki paruh baya itu.
"Apakah ... Ahjussi ini kekasih barumu, Gomo?" tanya Song Kang dengan pandangan menyelidik.
Park Choon Hee mengangguk tersenyum. Sementara Song Kang menatapnya dengan ekspresi mencela tapi juga tidak ingin berbuat apa-apa untuk menghentikannya.
"Sebaiknya kalian berdua segera menikah, halmeoni pasti ingin segera melihatmu menemukan suami yang tepat. Harus mencari yang seperti apalagi sih, Bibi?" cibir Song Kang kemudian.
Park Choon Hee sontak memukul sedikit lebih keras bahu lebar keponakannya itu. "Kau ini! Yaa ... dasar bocah nakal, tidak sopan berkata seperti itu," sahutnya memperingatkan.
Song Kang mengaduh dan mencoba menghindari pukulan bibinya lagi. Bertepatan dengan itu pintu lift sudah terbuka, otomatis menyudahi perdebatan di antara bibi dan keponakannya.
"Aduh ... hentikan, Gomo!" Song Kang sedikit meringis. "Arasseo ... arasseo! Baiklah ... aku naik duluan, Gomo!” katanya berpamitan, sambil menarik lengan Suzy dan masuk ke dalam lift.
Sebelum pintu lift tertutup sepenuhnya, wanita paruh baya itu berkata dengan tatapan lembut, "Suzy-ya ... mianhae, mungkin membuatmu sedikit tidak nyaman."
Suzy menggeleng dan tersenyum kecil, hanya sekedar untuk memberi respons yang sepantasnya.
Lift yang sudah menutup sepenuhnya kini mulai bergerak naik ke atas, Suzy lantas menyandarkan tubuhnya pada dinding lift. Ada beberapa orang di dalam lift yang sedang bergerak itu, Song Kang yang berdiri di sebelahnya terlihat lebih diam dari biasanya. Suzy menerka-nerka dalam hati, sudah sejauh apa Song Kang mengetahui rahasia tentang dirinya dari dokter Park Choon Hee—bibi dari sahabatnya?
"Song Kang-ah, kenapa kau tidak pernah cerita kalau dokter Park Choon Hee itu adalah bibimu?" tanya Suzy tiba-tiba, sembari menyipitkan pandangannya.
Song Kang menoleh dan mengedikkan bahu. "Kau kan tidak pernah bertanya.”
Suzy berdecak kesal. “Seharusnya kau menceritakan dengan jelas semua silsilah anggota keluargamu padaku. Kau hanya memberitahuku kalau bibimu itu seorang dokter.”
Song Kang ikut-ikutan berdecak. “Kau sendiri, kenapa sulit sekali terbuka padaku? Apa aku ini belum cukup untuk bisa menjadi tempat bersandarmu?” jawabnya membalas dengan pertanyaan.
Mata Suzy membulat. “Yaa ... itu tidak sebanding dengan apa yang aku tanyakan barusan. Song Kang-ah, aku tidak tahu sudah sebanyak apa bibi dokter menceritakan semua rahasiaku padamu, tapi kau berlagak seolah tidak tahu apa-apa. Sungguh menyebalkan!”
“Kau salah, bibiku itu pandai menjaga rahasia. Sebagai seorang dokter, dia paham betul bagaimana kode etik dalam dunia kedokteran. Aku tidak bermaksud menyembunyikannya, tapi bibiku itu memang punya dunia sendiri dan dia tidak begitu suka disorot oleh media,” kata Song Kang menjelaskan. “Ingat, saat kau mengantarku ke rumah sakit untuk melepas gips di tanganku?”
Suzy menatapnya dengan pandangan menyipit, seolah menilai kualifikasi lelaki di sampingnya itu sebagai seseorang yang bisa dipercaya.
Song Kang menghela napas panjang. “Sejujurnya, aku melihatmu berbicara dengan bibiku di bangku taman. Aku bohong padamu dengan mengatakan tidak bisa pulang bersamamu karena ada urusan, padahal aku langsung pergi menemui bibiku karena aku benar-benar penasaran dengan hubungan yang kalian miliki ...” katanya menggantung. Kening Suzy terangkat menunggu kelanjutannya.
Lift berhenti sejenak lalu beberapa orang itu keluar dari dalam, dan hanya menyisakan mereka berdua di dalam kotak besi itu.
“Aku mengkonfrontasi bibiku dan terus mendesaknya untuk segera menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padamu, namun dia tetap pada pendiriannya. Entah bagaimana kebetulan nenekku datang di waktu yang bersamaan, jadi beliau memarahiku karena sudah berani meninggikan suara pada bibiku,” kata Song Kang melanjutkan ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR
RomanceBagi Suzy, Joo Hyuk adalah sosok sempurna yang sesungguhnya. Seperti petrichor yang mengeluarkan aroma alami yang khas, segar, dan wangi ketika hujan turun. Suzy yakin Joo Hyuk adalah petrichor-nya setelah musim kering berkepanjangan di dalam hidupn...