[28] Menjawab keabu-abuan

1K 96 88
                                    

Yaa, apa yang terjadi dengan kalian berdua?”

What? Maksudnya, siapa dengan siapa?” Suzy yang baru saja menarik kursi dan duduk, mengerutkan dahi pada Hyeri. “By the way, aku tidak bisa lama-lama, ya. Satu jam-an lagi aku ada janji meeting dengan client-ku.”

“Ya kau dengan calon suamimulah. Siapa lagi?”

Kerutan di dahi Suzy semakin banyak. Hari ini Go Hyeri mengajaknya makan siang bersama. Bukan hal yang aneh, karena setidaknya seminggu sekali mereka melakukan itu—kecuali salah satu atau masing-masing sangat sibuk. Namun, Suzy sedikit terkejut karena Joo Hyuklah yang pertama kali Hyeri tanyakan begitu Suzy tiba di sana. Apa sahabatnya itu sekarang sudah bergabung bersama Dispacth, kenapa dia kepo sekali?

“Tidak ada apa-apa,” jawab Suzy, berusaha biasa. “Kau mengajakku lunch hanya ingin menanyakan soal dia?”

Senyum melebar di wajah Hyeri. “Aigoo, santai dong, Suzy-ya. Kenapa, sih? Acara surprise-mu untuk Kim Joo Hyuk gagalkah? Marah-marah saja.”

“Ya habisnya ... baru juga aku sampai, kau sudah membuatku jengkel.”

Hyeri menyeringai. “Nah, kan? Selama aku berada di Singapore, kau tidak menceritakan apa pun soal surprise ulang tahun itu. Tapi, justru dengan reaksimu ini yang membuatku yakin ada apa-apa di antara kalian berdua.”

Suzy mendengus sebal, walaupun aslinya dia sedikit menyesal. Benar juga. Kenapa dirinya harus berlebihan seperti ini.

Obrolan mereka terhenti saat ponsel Hyeri berdering. Ternyata panggilan telepon dari Im Jeong Ah, yang bertanya apakah mereka sedang lunch bersama. Ketika Hyeri mengiyakan, Jeong Ah bilang dia ingin sekali bergabung namun pekerjaannya yang mengharuskan dia masih berada di Paris selama beberapa hari ke depan.

“Suzy bilang agar kau cepat kembali, dia sangat merindukanmu. Jeong Ah-ie, belakangan ini sahabatmu itu sedikit menyebalkan ...  sok sibuk terus padahal kenyataannya dia sedang bertengkar lagi dengan calon suaminya!”

Jeong Ah tertawa kecil di seberang sana dan menjawab dengan gurauan seperti biasa.

“Baiklah, kabari saja aku kalau kau sudah pulang nanti, ya!” seru Hyeri, mengakhiri pembicaraan.

Suzy hanya meringis. Persahabatan mereka memang tidak jauh-jauh dari me-roasting satu sama lain. Hyeri sering mengatainya seperti orang tua karena pemikiran Suzy yang terkesan konservatif. Bagi Hyeri yang seorang social butterfly—dengan gaya bicaranya yang khas anak gaul metropolitan dengan banyak penekanan kata slang di sana-sini, jelas sikap Suzy tidak masuk akal untuknya.

Awal persahabatan mereka tidak biasa. Suzy memang mengenal Hyeri lebih dulu di antara sahabatnya yang lain, jadi tidak heran kalau Suzy dekat sekali dengannya. Saat itu, mereka berdua tidak sengaja bertemu ketika Suzy nekat diam-diam pergi sendirian ke kampung halaman ayahnya sebelum dia kembali lagi ke UK.

Suzy yang saat itu sudah lulus sekolah menengah atas dan baru kembali lagi ke Korea setelah beberapa tahun, tiba-tiba mendapatkan dorongan kuat untuk mencari informasi tentang keberadaan ibunya. Tapi, Suzy cukup kesulitan karena sudah sangat lama tidak pergi ke sana dan hanya sedikit kenangan yang ia miliki soal kota itu, dia juga sedikit tersesat ketika sedang mencari panti asuhan tempat ayahnya dibesarkan dulu.

PETRICHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang