Suzy menyandarkan tubuhnya pada tempat duduk yang berada di belakang sopir, ia menumpukkan kedua tangannya di atas perut. Perempuan itu hanya diam memandang ke luar jendela—ke jalanan Ibu kota di malam hari dari mobil taksi yang ia tumpangi.
Berdeham canggung, sopir taksi itu tampak sedikit kesal. “Agassi, sebenarnya tujuanmu kemana? Kita sudah hampir dua jam berkeliling tanpa tujuan yang jelas.”
Kontan Suzy menoleh ke depan lalu melihat dari kaca spion dalam. Yeoja itu seolah tersadar, kemudian ia meminta sopir taksi tersebut untuk menurunkannya di bahu jalan. Setelah membayar, Suzy pun turun dan berjalan kaki menyusuri trotoar.
Entah kenapa malam ini dia mendadak jadi melankolis. Setelah menikmati setengah acara konser tadi, Suzy semakin merindukan kedua orang tuanya.
Apa mereka sehat? Apa mereka hidup dengan baik? Apa mungkin mereka merindukannya? Karena ia sangat merindukan mereka berdua. Suzy kembali menahan sesak itu.
Perempuan itu mendengus kesal ketika mengingat Joo Hyuk, si kurang ajar. Suzy memaki pelan karena pria itu berani sekali sudah membuatnya menunggu seperti itu. Jika bukan karena kesepakatan sialan itu, Suzy malas berurusan dengannya.
Kemarin gambaran dirinya yang akan melancarkan aksi modusnya dengan mengajak namja itu untuk menonton konser musik membuatnya bersemangat dengan penuh kegembiraan. Sekarang yang ingin Suzy lakukan hanyalah memukul dan meneriaki Kim Joo Hyuk untuk segera mengeluarkannya dari kekacauan ini, membantunya agar dapat bertemu kembali dengan ayah dan ibunya.
Setelah cukup jauh berjalan, Suzy membuka tas dan mengaduk-aduk isinya untuk mencari ponsel. Ia berniat untuk menghubungi Park Song Kang agar menjemputnya, namun yeoja itu tidak menemukan ponselnya. Oke, jangan panik, Suzy menenangkan diri.
Tiba-tiba datang gerombolan laki-laki kekar berhenti tepat di depan Choi Suzy. Yeoja itu mengerutkan dahi sebentar. Entah mereka preman atau gangster, tapi yang pasti mereka tampak seperti orang jahat di mata Suzy. Rambut lelaki itu gondrong dan keriting yang menyembul dari balik bandana. Lalu ada laki-laki bertubuh besar dengan tato tanduk setan di kepalanya yang botak, ia menatap Suzy dari atas ke bawah.
“Annyeong haseyo, Agassi ...” ujar lelaki dengan tindik-tindik di wajahnya.
“Pantas saja hari ini cuaca sangat panas, ternyata ada kau—yang hot!” Salah satu dari mereka yang sedang memainkan pisau lipat berteriak, lalu orang itu melangkah mendekati Suzy.
Suzy mengernyit karena bau tajam itu lagi. Dari tubuh mereka tercium bau keringat dan rokok juga sesuatu seperti minuman beralkohol.
“Kau mau kemana, cantik?” Orang itu tersenyum menyeringai.
Suzy menelan ludah dengan berat, jantungnya seolah berhenti berdetak. Yeoja itu sekuat tenaga berusaha untuk tetap waras, bersamaan dengan muncul samar-samar ingatan kelamnya yang mencoba memasuki pikirannya.
Suzy lantas mengedarkan pandangannya, seketika terkejut. Perempuan itu menarik napas dengan gemetar. Dalam hati, Suzy menimbang-nimbang kemampuannya jika melawan mereka semua, walaupun ia punya kemampuan bela diri yang cukup terampil tapi sepertinya dia akan kalah jumlah kalau nekat melakukannya.
Suzy tidak tahu di mana ia sekarang—ia tidak begitu mengenal tempat ini. Suzy pun memaki dalam hati karena begitu ceroboh ketika meminta sopir taksi itu untuk menurunkannya di sembarang tempat. Mendadak muncul pikiran mengerikan bahwa ia akan diculik.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR
RomanceBagi Suzy, Joo Hyuk adalah sosok sempurna yang sesungguhnya. Seperti petrichor yang mengeluarkan aroma alami yang khas, segar, dan wangi ketika hujan turun. Suzy yakin Joo Hyuk adalah petrichor-nya setelah musim kering berkepanjangan di dalam hidupn...