Suzy tidak mempercayai penglihatannya sendiri. Dia benar-benar terperangah. Suzy duduk terpaku di tempatnya selama beberapa waktu, menatap layar ponselnya dengan pandangan kosong.
Suzy membaca lagi tulisan yang tertera di kolom komentar itu beberapa kali sebelum bisa mencerna maksudnya dan bertanya-tanya apakah semua ini hanya lelucon saja atau apakah dia tidak salah baca.
Teman-temannya memandangi Suzy dan mengungkapkan kekhawatiran mereka karena diamnya Suzy yang mendadak.
Hyeri lantas menyambar ponsel milik sahabatnya itu dan membacanya keras-keras sebelum sempat Suzy menghentikannya.
“Heol, heol ... dasar wanita kurang ajar,” pekik Hyeri dari tempat duduknya.
Sontak saja sahabatnya itu terperangah. Im Jeong Ah mengangkat sebelah alis dengan sorot mata tak habis pikir, namun tidak berkata apa-apa. Sebenarnya, semua orang di meja itu terkejut. Termasuk Hyeri. Terutama Suzy.
Tapi, dengan gaya khasnya, Suzy langsung bisa menguasai dirinya kembali. “Wanita itu benar-benar datang untuk menyusul Kim Joo Hyuk. Jung So Hee sekarang ada di sini,” katanya.
"Wah, wanita itu kenapa bisa menyusul ke sini? Ini kan acara kita ...” tanya Hyeri sambil memandangi Suzy yang sorot matanya berubah muram.
Suzy menghela napas panjang-panjang. Dia juga tidak tahu apa yang sedang terjadi, Suzy juga jadi bingung sendiri.
"Ehm, dia menyusul sendirian? Tidak bersama dengan kekasihnya?" tanya Jeong Ah hati-hati.
Suzy hanya mengedikkan bahu dan menggeleng lesu.
“Omong-omong, apa sebaiknya kita pindah hotel saja, bagaimana menurutmu?” tanya Hyeri kepada Suzy.
Suzy menarik napas dalam-dalam lalu mengangkat bahu. “Entahlah ...” jawabnya gamang.
Saat ini, di dalam benak perempuan itu sudah dipenuhi ribuan hal yang tidak bisa dia runutkan satu per satu. Ada banyak pertanyaan. Namun, satu yang pasti, Suzy ingin segera bertemu dengan Kim Joo Hyuk untuk semua jawaban yang ia butuhkan.
"Suzy-ya, menurutmu kenapa wanita itu sampai nekat menyusul calon suamimu ke sini?" tanya Hyeri dengan sikap ingin tahu.
“Aku ....” jawabnya menggantung. Karena memang sebenarnya Suzy juga penasaran dengan alasan Jung So Hee yang tiba-tiba menyusul Kim Joo Hyuk ke sini. Tetapi, sesungguhnya Suzy sedang tidak berminat membahas wanita itu sekarang. Jadi, Suzy hanya menggelengkan kepala untuk menanggapi pertanyaan barusan dan membiarkan kedua sahabatnya itu mencari tahu jawabannya sendiri.[ ]
Waitress datang membawa dua piring steak daging dan berbagai sayuran, juga kentang goreng. Steak itu terlihat kecokelatan dan menyebarkan aroma gurih yang seketika membuat perut Suzy perih.
"Kemana yang lainnya?" tanya Joo Hyuk ketika mereka berdua mulai makan siang bersama. "Apa hari ini kau tidak ada rencana, Suzy-ssi?" tanyanya lagi.
"Tidak ada," jawab Suzy cepat, sambil memotong daging dengan pisau. "Entahlah ... mereka semua sudah punya acara sendiri-sendiri," tambahnya sambil mengunyah.
Kim Joo Hyuk ber-oh pendek lalu mengangguk-anggukkan kepala, sembari terus memotong daging dan mengunyah makanannya.
Sejenak, Suzy sempat mengira Joo Hyuk bakal langsung membicarakan wanita itu atau mungkin lebih tepatnya Suzy yang akan bertanya soal kedatangan Jung So Hee yang tiba-tiba. Kalau saja dia punya nyali sebesar itu.
"Jjwogi, aku senang akhirnya kau memposting fotoku di Instagram milikmu," kata Suzy dengan senyuman manis. "Itu bisa diartikan kalau aku spesial bagimu, kan?" tanyanya memastikan.
Kim Joo Hyuk mendongak dengan kening yang terangkat. "Hmm," jawabnya dengan menarik sedikit sudut bibirnya ke belakang, namun hanya sesaat karena Suzy tidak menyadarinya.
Suzy mendesah pelan, ketika jawaban Joo Hyuk dirasa sangat tidak memuaskan. Namun, dalam hatinya ia merasa jika itu sudah cukup untuk sekarang. Paling tidak calon suaminya itu tidak membantah seperti biasanya.
"Oh, iya, Jjwogi ... hampir saja lupa. Katanya, cincin untuk acara pertunangan kita nanti sudah beres. Kita hanya tinggal melakukan final fitting," kata Suzy menjelaskan.
Joo Hyuk mengangguk sekilas. “Arasseo.”
Rasanya ironis sekali, perkataan Joo Hyuk yang terkesan irit itu malah membuat Choi Suzy jadi bertanya-tanya karena ekspresi dari calon suaminya tampak tidak begitu antusias.
Apakah dia sedang memikirkan Jung So Hee? kata hati Suzy.
"Ehm, Jjwogi ... apa betul Jung So Hee datang menyusulmu ke sini? Kenapa tiba-tiba sekali?" Suzy berlagak cool dan bersikap sebiasa mungkin—sambil berusaha agar wajahnya tetap hangat dan ramah.
Joo Hyuk lantas menghentikan aktivitas menyuapnya. Pria itu mengangkat wajah, lalu menatap perempuan di hadapannya yang air mukanya seketika malah berubah keruh. Sebuah senyuman kecil kemudian muncul di wajah Kim Joo Hyuk.
"Wah, rupanya kabar itu sudah sampai ke telingamu, ya ... eh, kau mau tambah menu yang lain lagi tidak?" kata Joo Hyuk menjawab dengan pertanyaan, menggoda calon istrinya.
Tanpa sadar Suzy berdecak. “Tidak. Ini sudah cukup,” jawabnya, sembari menatap pria itu lekat-lekat demi menunggu kelanjutannya.
Joo Hyuk menghela napas. "Neh, So Hee memang menyusulku ke sini, dia baru sampai tadi. Aku juga hanya bertemu sebentar saja dan kami belum mengobrol banyak," jawabnya bisa merasakan rasa ingin tahu calon istrinya.
"Kenapa dia bisa menyusulmu ke sini? Apa kau sengaja mengajaknya?" tanya Suzy penuh selidik.
"Hmm, sebetulnya aku juga tidak tahu pasti. Dan, tidak ... aku tidak mengajaknya ke sini. Lagi pula ini semua adalah acara temanmu, Park Song Kang, kan? Tidak etis kalau aku malah mengundang orang lain tanpa seizinnya," jawab Joo Hyuk, memasang ekspresi sedikit lelah.
Suzy menelan ludah dengan gusar. Lagi-lagi jawaban Joo Hyuk tidak bisa membuatnya tenang. Kenapa wanita itu bisa nekat menyusul calon suaminya ke sini?
"Oh, jadi Jung So Hee itu memang orangnya seniat itu, ya, sampai menyusul liburan calon suami orang lain?" katanya menyindir.
Kim Joo Hyuk sepertinya mulai merasakan keanehan dalam suara Suzy karena pria itu langsung meletakkan pisau dan garpu, lalu menyatukan kedua tangannya di atas meja. "Maksudnya?" Joo Hyuk balas bertanya, sembari menggaruk pertengahan pelipisnya.
Suzy mengerutkan dahi. "Apa itu kurang jelas?" katanya tak habis pikir.
Dalam kondisinya saat ini, hubungan mereka yang baru terjalin dengan susah payah itu sangat rentan untuk hancur. Ditambah dengan tekanan di mana-mana yang membuat Suzy semakin terpojok sekaligus insecure. Jadi, Suzy menjawabnya dengan memasang ekspresi datar.
Kim Joo Hyuk tidak segera menjawab. Kedua tangannya bersatu di bawah dagu. Pria itu menatap perempuan yang ada di hadapannya lekat-lekat. Mata cokelat gelapnya yang tajam itu membuat Suzy sedikit terintimidasi.
Di sini, Joo Hyuk berdecak lelah. "Lalu, kau ingin aku bagaimana?" tanya Joo Hyuk lamat-lamat. "Aku tidak mungkin mengusirnya. Bagaimanapun dia sahabatku, dan resort ini masih dibuka untuk umum, bukan?"
Suzy tidak menjawab. Namun, wajahnya barangkali tidak bisa menyembunyikan kekesalan dalam hatinya karena rubah betina itu. Suzy lalu menusuk steak-nya dengan sebal.
Tepat saat itu, ponsel Joo Hyuk yang berada dekat dengan tangan Suzy berbunyi. Refleks Suzy melirik layar dan seketika keningnya berkerut samar ketika melihat siapa yang menelepon calon suaminya.
"Siapa?" tanya Joo Hyuk, mengulurkan tangan dengan gestur meminta diambilkan ponselnya.
Suzy lantas meraih ponsel itu dan menyerahkannya pada Joo Hyuk. "Jung So Hee,” jawabnya ketus.
Ekspresi Joo Hyuk seketika berubah canggung. Sebelah alisnya terangkat, seolah meminta persetujuan calon istrinya untuk menjawab telepon ini. Suzy mengibaskan tangannya sekilas seakan memberikan lampu hijau, kemudian perempuan itu pura-pura sibuk makan. Meski sebenarnya Suzy ingin melakukan hal yang sebaliknya.
Joo Hyuk menghela napas panjang, lalu menekan tombol hijau. Diam-diam Suzy memasang telinganya untuk mendengarkan percakapan mereka. Nada suara Joo Hyuk selalu melembut jika berbicara dengan wanita itu. Hanya ada beberapa kata yang terdengar samar-samar dari seberang meja. Tetapi, melihat ekspresi Joo Hyuk yang tiba-tiba berubah sedikit panik, Suzy bisa menyimpulkan telah terjadi sesuatu pada wanita itu.
Suzy pun sadar sepenuhnya kalau nada suara Joo Hyuk juga bisa mendadak cemas jika berbicara dengan Jung So Hee. Sesuatu yang buruk, kata hati Suzy lagi. Wanita itu jelas ingin Joo Hyuk segera menemuinya, simpul Suzy terakhir.
"Suzy-ssi ..." kata Joo Hyuk menggantung, begitu menutup telepon.
Suzy mendongak dan menatap calon suaminya dengan sikap bertanya, meskipun Suzy tahu apa yang akan dikatakan pria itu selanjutnya.
"Aku harus pergi sebentar," terang Joo Hyuk akhirnya.
Keheningan tercipta selama beberapa saat. Suzy mengunyah suapan terakhir makanannya. Kenapa Joo Hyuk harus selalu datang jika Jung So Hee meminta? Tidak tahukah pria itu jika dirinya juga membutuhkannya? Kenapa Joo Hyuk selalu melakukan hal ini padanya? batinnya mengerang.
Suzy masih tidak meresponnya. Perempuan itu menghela napas panjang, lalu menghabiskan air putih.
Kim Joo Hyuk lantas mendekati Suzy dan mengecup dahinya. "Aku akan segera kembali," katanya, terpikir begitu saja.
"Jjwogi ..." panggil Suzy murung.
Joo Hyuk yang sudah melangkah, otomatis berhenti dan menoleh kembali.
"Kau melarangku pergi dengan Song Kang, tapi sekarang kau malah ingin meninggalkanku?" komentar Suzy tak habis pikir, sembari menyandarkan punggungnya ke kursi dan tangannya bersedekap. Topik yang satu ini selalu membawa gelayut mendung di hatinya, membuat emosinya muncul tanpa bisa dicegah.
Joo Hyuk menghela napas, ia menatap Suzy dengan ekspresi lelah dan sedikit frustrasi. "Suzy-ssi, aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Tapi mungkin saja itu sesuatu yang sangat penting."
Tanpa sadar Suzy berdecak. Bahkan sudah sejauh ini pun dirinya tidak bisa menahan kepergian calon suaminya. "Bisakah kau sekali saja mengabaikan panggilan darurat dari wanita itu?"
Kim Joo Hyuk kembali ke meja dengan langkah lebar, pria itu kemudian meraih tangan Suzy dan menggenggamnya erat-erat.
"Aku benar-benar tidak akan lama," kata Joo Hyuk bersungguh-sungguh.
Suzy diam saja. Rasa lelah itu perlahan mendera perempuan itu. Makanan siang lezat yang barusan masuk ke perutnya mendadak sangat membebaninya. Membuat tubuh Suzy terasa begitu penuh sesak.
"Can you trust me for this time, Suzy-ssi? Please ....”
Suzy masih tetap bungkam dan berharap Joo Hyuk bisa membaca kebungkamannya.
"Suzy-ssi ...."
Suzy bisa melihat kegundahan itu di mata cokelat gelapnya. Dia merasakan kegelisahan Joo Hyuk yang terpaksa melakukan semua ini meski menyakiti hatinya. Namun, sampai kapan dia harus mengalah dari kepedulian calon suaminya yang begitu besar pada wanita itu?
Kali ini Suzy berdecak sekali lagi. "Arasseo ... pergilah! Siapa tahu kalau itu benar-benar penting," ujarnya dengan nada sinis.
Joo Hyuk tersenyum tipis. "Suzy-ssi, jangan begitu. Kita kan masih punya banyak waktu," sahutnya sambil mengusap kepala Suzy. "Kembalilah ke kamarmu, ya!" tambah Joo Hyuk, sebelum berjalan cepat keluar dari restoran.
Suzy menghela napas panjang, merasakan sedikit kepedihan di ulu hatinya. Suzy hanya berharap semoga ini betul-betul yang terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR
Roman d'amourBagi Suzy, Joo Hyuk adalah sosok sempurna yang sesungguhnya. Seperti petrichor yang mengeluarkan aroma alami yang khas, segar, dan wangi ketika hujan turun. Suzy yakin Joo Hyuk adalah petrichor-nya setelah musim kering berkepanjangan di dalam hidupn...