Bagi Suzy, Joo Hyuk adalah sosok sempurna yang sesungguhnya. Seperti petrichor yang mengeluarkan aroma alami yang khas, segar, dan wangi ketika hujan turun. Suzy yakin Joo Hyuk adalah petrichor-nya setelah musim kering berkepanjangan di dalam hidupn...
Paintball adalah olahraga yang hanya melibatkan bersenang-senang. Seperti petak umpet dan tag game yang digabung menjadi satu, secara sederhana dapat dipahami sebagai permainan ‘perang-perangan’.
Pemain memakai perlengkapan yang terdiri dari seragam yang menutupi tubuh secara penuh, di antaranya adalah rompi, bantalan tangan dan lutut, serta helm berikut kacamata pengaman. Dan selama berada di arena perang, pemain dilarang keras untuk melepasnya.
Saat permainan dimulai, para pemain akan menggerakan bola gelatin kaliber 68 atau 50 yang diisi dengan isian yang larut dalam air. Walaupun peluru warna Paintball tidak beracun serta tidak tajam, tetapi bisa mengakibatkan kebutaan apabila mengenai mata. Peserta akan dinyatakan kalah dan harus meninggalkan arena pertempuran apabila telah terkena tembakan dari lawan mainnya.
Untuk seseorang yang hobi olahraga fisik dan berkeringat banyak, keseruan perang paintball ini menjadi permainan mengasyikkan. Tersaji dengan penuh strategi, kekompakan regu, konsentrasi, serta endurance yang prima. Maka, ketika semalam Kang Woo Seok mengundang Song Kang untuk ikut bergabung dalam permainan mereka hari ini, tanpa banyak berfikir dia langsung menyetujuinya.
Kim Joo Hyuk membidik sasaran yang sudah dikuncinya, ia melihat musuh yang tengah lengah dalam jarak sepuluh meter. Senjatanya, biasa disebut paintball gun atau paintballmarker yang dibuat menyerupai senjata laras panjang. Joo Hyuk kemudian menarik pelatuk lalu menembakkan pelurunya.
“Daassshhh!”
Satu tembakan peluru cat berwarna biru terkena di rompi punggung lawannya. Pelurunya kini tersisa 58 butir, ini adalah sesi kedua. Setiap anggota dibekali 100 butir peluru, artinya satu sesi masing-masing 50 butir peluru. Anggota regu yang sudah ke luar arena memberikan sisa peluru kepada anggota regu yang masih bertahan.
Joo Hyuk tersenyum kecil, ketika wasit memutuskan jika lawannya sudah terkena ‘hit’. Tinggal tiga orang lagi. Awalnya ini adalah ide dari sahabatnya Kang Woo Seok yang mengajak bermain paintball, ada juga beberapa orang yang tidak begitu dekat dengannya. Permainan turnamen frontal kali ini hanya berisikan sepuluh orang dengan masing-masing anggota yang terdiri dari lima orang.
Lee Ki Yong saat ini bersembunyi di balik tong, dia memberi kode pada Song Kang agar maju terlebih dahulu. Mengerti dengan instruksi tersebut Song Kang pun segera menyelinap dengan penuh waspada. Mata sehitam arangnya melirik ke arah kanan dan kiri sambil mengendap lalu membidik lawan. Sesekali ada pula yang nekad berlari mengejar dirinya sambil terus menembak.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di antara pepohonan, pihak pengelola tempat telah menyiapkan arena perang dengan beberapa ornamen, berupa susunan batu, dinding seng, serta drum yang sengaja ditaruh sebagai tempat berlindung. Permukaan tanah yang tidak rata serta penuh dengan rumput tebal menjadi tantangan tersendiri.
Kang Woo Seok yang satu regu dengan Joo Hyuk melihat Song Kang tengah berlindung di balik pohon, namja itu kini tersenyum menyeringai. Dia membidik Song Kang dalam diam, lantas membuka kunci senjatanya dan siap menarik pelatuk.
Sialnya, peluru tidak mengenainya karena angin membelokkan tembakan. Kang Woo Seok setengah memaki ketika kepala lawannya terlihat, namun tembakan tersebut meleset dan mengenai salah satu pohon.
Sekarang ia tahu kemana harus menyerang. Angin sedikit kencang, dengan peluru yang tersisa ini, kecil kemungkinan akan mengenai sasaran dengan tepat. Woo Seok menghela napas lagi. Dia memperhitungkan matang-matang angin yang mengarah ke jam dua. Woo Seok akan membuat tembakan kurva, saat melihat posisi Song Kang yang kini tertangkap oleh matanya. Dia lantas membidik, dan siap menembak.
“Daashh!”
“Daasshhh!”
Namun bersamaan dengan itu—belum juga Woo Seok menembakkan pelurunya pada Song Kang, sekarang malah dirinya yang terkena 'hit' oleh musuhnya yang tak lain sahabatnya sendiri—Lee Ki Yong, yang satu kubu dengan Park Song Kang.
Woo Seok memaki keras saat melihat baju seragamnya sudah terkena percikan peluru cat berwarna merah. Dia lalu mengangkat senjata dan segera keluar dari arena perang.
Dibanding dengan babak pertama, babak kedua terlihat jauh lebih sulit untuk bersembunyi. Joo Hyuk menghembuskan napas panjang, kini hanya tersisa dua orang anggotanya. Joo Hyuk memberi perintah agar mereka maju lebih dahulu, dia sendiri akan bersembunyi di balik tumpukan ban, dan menyerang lawan ketika mereka lengah.
Terdengar suara tembakan berdentum saling berbalasan. Joo Hyuk lalu merayap mendekati Lee Ki Yong yang sedang bersembunyi di balik reruntuhan tembok. Sebelum namja itu menyadari keberadaannya, Joo Hyuk segera menarik pelatuk dan menembakkan peluru ke arah tangan dan punggungnya.
“Dasshhh!”
“Daassshh!”
“Daasshh!”
Lee Ki Yong menoleh dan mengumpat kencang saat dirinya tersadar sudah terkena 'hit'.
Kini tersisa satu lawan satu, Kim Joo Hyuk dan Park Song Kang, permainan pun semakin sengit. Melihat itu Song Kang yang pertama memulai menembakkan peluru, kemudian di susul oleh Joo Hyuk yang juga tidak menyerah. Mereka saling berlari mencari tempat berlindung sambil terus saling menembak.
Pada akhirnya Joo Hyuk yang memenangkan permainan, tepat saat Song Kang sedang membidik dirinya. Namun, Joo Hyuk lebih cepat menembakkan peluru cat ke arah dada lawannya dan 'hit'. Permainan berakhir dengan regu Kim Joo Hyuk sebagai pemenang setelah melewati perjuangan tangguh melawan regu Park Song Kang.
"Yaa ... kau lumayan juga ternyata," kata Joo Hyuk sembari menghampiri lawannya yang tengah membuka helmnya.
Song Kang sontak menoleh dan memasang ekspresi datar saat melihat kedatangan Kim Joo Hyuk. Bukan karena kekalahannya—wait, itu juga sedikit menyebalkan sih ... hanya saja jika teringat pujaan hatinya, Song Kang bisa merasa dua kali lipat sangat kesal dengan namja di depannya ini.
"Entah itu pujian atau sindiran, tapi sebenarnya aku tidak butuh!" ucap Song Kang sambil melangkahkan kaki dan melewati Joo Hyuk dengan sengaja menubruk bahunya sedikit lebih keras.
"KYAA!! Bisa tidak, kau itu sekali saja tidak mencari masalah denganku?? Aku tidak mengerti, tapi sepertinya kekalahanmu tadi membuatmu sangat kesal padaku ... di dalam sebuah permainan itu wajar sekali jika ada yang menang dan kalah, saekkiya!” seru Joo Hyuk tak habis pikir.
Kontan Song Kang berhenti dan membalikkan tubuhnya. Dia lantas menatap tajam Joo Hyuk dengan pandangan sinis. “Aku tahu Suzy sangat menyukai hujan,” katanya menggantung. Membuat Joo Hyuk seketika mengerutkan dahi dengan berlebihan.
“Tapi, dia tidak bodoh sampai harus basah kuyup karena kehujanan dan membuat tubuhnya sakit. Jadi, aku pastikan kau jangan pernah menyakitinya, atau ... kau akan berurusan denganku, saekkiya!” desis Song Kang dengan tajam menusuk.
Kemudian tanpa menunggu respons dari Joo Hyuk, Song Kang memutar tubuhnya dan melanjutkan langkahnya kembali.
Kali ini Joo Hyuk tidak menjawab. Awalnya dia bingung dengan semua ucapan Park Song Kang barusan. Joo Hyuk berpikir lamat-lamat karena dia tidak yakin apa maksud dari peringatan Park Song Kang.
Namun, setelah beberap saat Joo Hyuk seolah tersadar. “Shit! Pantas saja suaranya familier sekali, rupanya si berandal itu yang menelepon Choi Suzy!” gumamnya tak percaya. “Berani sekali si berengsek itu mengancamku,” decihnya tidak suka.
Kim Joo Hyuk lantas menatap punggung Park Song Kang yang berjalan semakin jauh. Joo Hyuk mengatupkan mulutnya dengan tak habis pikir, kalau si berandal itu adalah sahabat dari calon istrinya.
Sejujurnya, Kim Joo Hyuk tidak menyukai cara Park Song Kang yang barusan menggertaknya. Entah kenapa tapi sikap Song Kang tadi seolah mengingatkan Joo Hyuk pada tindakannya sendiri, itu seperti melihat cerminan dirinya ketika berurusan tentang wanita pujaannya, Jung So Hee.
Apa si berandal itu menyukai Choi Suzy? desis Joo Hyuk dalam hati.