[33] Jealousy

448 45 15
                                    

Ketika Suzy sedang berada di dalam lift apartemen menuju ke lantai unit Joo Hyuk, ada chat masuk dari Lee Ki Yong. Lelaki itu mengirimkan sebuah foto seekor kucing ras scottish fold dengan ciri khas telinganya yang terlipat, selain itu raut wajahnya cenderung nampak sedih namun tetap terlihat menggemaskan. Ringkas saja, Ki Yong menambahkan keterangan dirinya yang sedang berada di sebuah cafe, katanya saat melihat kucing itu rasanya membuat malam ini lebih menyenangkan.

Memang sih, chat itu tampak biasa saja, tetapi akhir2 ini lelaki itu semakin sering mengiriminya chat-chat random. Suzy merasa agak sungkan untuk mengabaikan Lee Ki Yong begitu saja karena bagaimanapun lelaki itu pernah menolongnya dari gerombolan preman.

Tepat begitu pintu lift terbuka, Suzy keluar sembari mengetikkan balasan untuk Lee Ki Yong berupa sebuah emoji jempol ke atas untuk menyatakan persetujuannya tentang perasaan lelaki itu tentang kucing tersebut. Mengabaikan chat balasan secepat kilat dari lelaki itu lagi, Suzy lantas memasukkan ponselnya ke dalam tas dan berharap Ki Yong tidak lagi mengiriminya pesan.

Lampu lorong otomatis menyala saat Suzy masuk ke unit apartemen calon suaminya. Perempuan itu menatap pintu lemari sepatu Joo Hyuk yang terbuka sebelah, deretan sepatu mahal berbagai model itu terlihat lengkap namun sedikit berantakan. Sandal rumah yang biasanya ada di sana ketika Joo Hyuk pergi juga tidak ada. Perempuan itu lantas membereskan sepatu-sepatu yang sedikit berantakan di sana.

Suzy menatap ke sekeliling apartemen. Di ruang tengah, pintu yang menuju balkon masih terbuka lebar. Padahal biasanya Joo Hyuk selalu menutupnya setiap malam tiba.

Menyadari apa yang terjadi, Suzy berjalan cepat menuju kamar Joo Hyuk.

“Jjwogi?” panggil Suzy. Dia mengetuk pintu perlahan. “Kau ada di dalam? Kau sudah pulang, kan?”

Tidak ada jawaban. Suzy mengetuk lebih keras, kali ini sedikit menggedor. Lalu, ia mendengar jawaban nyaring dari ruang tengah yang berdekatan dengan kamar utama.

Sontak Suzy menoleh dan baru menyadari kalau pria itu tengah berbaring di sofa panjang yang ada di depan televisi.

“Jjwogi? Astaga, kau mabuk?” tanya Suzy, menatap dengan pandangan menyelidik.

Aniyo, aku tidak mabuk. Aku hanya minum-minum sedikit tadi bersama klien-ku,” jawab Joo Hyuk dengan mata yang sudah sayu dan sedikit memerah.

“Tapi kelihatannya kau mabuk berat, Jjwogi,” kata Suzy sangsi.

“Hmm, padahal aku tidak banyak minum,” kelit Joo Hyuk, lalu menaikkan sedikit posisi tubuhnya untuk menatap Suzy. “Kenapa kau masih berdiri di depan kamarku?” tanyanya, mengangkat dagu ke arah perempuan itu. “Kemarilah!”

Suzy mendesah pelan dan berjalan menghampirinya. Joo Hyuk mengulurkan tangan, lalu merenggut tangan calon istrinya, dan menarik Suzy jatuh ke atas tubuhnya. Jantung perempuan itu serasa terlompat ke tenggorokan dengan tindakan impulsif pria itu.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Suzy sedikit gugup.

“Menciummu,” jawab Joo Hyuk santai.

Lalu pria itu mengulurkan tangan dan menarik Suzy lebih dekat dengannya, tangan kekarnya merengkuh belakang leher Suzy. Seketika perempuan itu ingin menarik diri dan mengendalikan situasi, tapi Joo Hyuk benar-benar jagoan mencium. Semakin Suzy diciumnya, semakin perempuan itu tidak ingin melepaskannya. Baunya seperti wiski dan perempuan itu tahu Joo Hyuk telah banyak menengguk minuman, tapi itu tidak membuat Suzy risau. Itu malah terasa seksi—menghanyutkan.

Sesuatu menekan pinggang Suzy dan ia sadar masih menyandang tas di pundaknya. Suzy berusaha menarik diri dari Joo Hyuk dan duduk kemudian.

“Tunggu sebentar,” kata Suzy. “Aku hanya ingin menyingkirkan ini.”

Perempuan itu menarik tas melalui kepalanya dan menjatuhkannya ke lantai. Ketika Suzy berbalik kepada Joo Hyuk, dengan segala senyum dan kelembutan bibir yang—baru—dicium, pria itu mendengkur.

“Jjwogi?” kata Suzy memastikan, berpikir tidak mungkin pria itu tidur begitu saja—tidak secepat itu. “Jjwogi?” Suzy menjentikkan jari di depan wajahnya. Joo Hyuk malah mendengkur lebih keras.

Suzy menarik napas dalam-dalam dan memeriksa jamnya. Dia masih punya waktu dua jam sebelum betul-betul harus pergi untuk menemui para sahabatnya di tempat biasa. Suzy pikir, mungkin Joo Hyuk akan terbangun dan mereka berdua bisa menikmati suasana dari hati ke hati yang panjang dan menyenangkan seperti yang ia harapkan. Mungkin mereka berdua bisa mendapatkan kesempatan itu saat berpandangan mata dan tahu bahwa malam ini begitu menggairahkan.

Tenang saja malam belum lagi berlalu, kata Suzy kepada diri sendiri, bersandar kembali pada sofa dan mengurungkan niatnya untuk memberitahu Joo Hyuk soal rencana liburan bersama Song Kang. Perempuan itu memejamkan mata dan menarik napas panjang.

PETRICHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang