33_Firasat

1.3K 277 152
                                    

Abaikan typos, saya perbaiki nanti. Ramaikan kolom komentar, tekan tanda bintangnya. Menuju ending, semoga kalian masih semangat menunggu book ini update.

..

Hari Jumat selepas bekerja, Naka bermalam di rumah kedua orang tua. Bersama Sora dan kedua keponakan, ia akan bertolak ke Surabaya dengan penerbangan paling pagi. Rencananya mereka akan mampir sebentar ke rumah mertua Sora –Mama Papanya Bukit, ada acara kumpul keluarga sebelum melanjutkan perjalanan ke Malang.

Naka masih merahasiakan kunjungannya dari Arimbi, dia akan mengabari nanti saja kalau Arimbi pulang kerja saat jam makan siang. Bapak dan Ibu tahu niat Naka untuk mengunjungi kedua orang tua Arimbi, bahkan dua sesepuh itu memberikan wejangan bagaimana adab seorang laki-laki yang akan mengutarakan niat baik. Maunya Sora, sang adik sekalian membawa Bapak dan Ibu tapi Naka mengatakan belum saatnya. Ada beberapa hal yang harus benar-benar diluruskan oleh dirinya sendiri sebelum melancarkan aksi mengkhitbah Arimbi. Lagipula kasihan adeknya Bayu kalau tiba-tiba dikunjungi tanpa persiapan.

"Halo, assalamu'alaikum," suara terdengar dari sambungan yang dilakukan Naka.

"Wa'alaikumsalam, Bay."

"Kenapa, Gel?"

"Gue jadi berangkat."

"Kapan?"

"Besok pagi, pesawat paling awal."

"Oh oke, good luck. Selamat menghadapi bokap nyokap gue."

"Doain, Bro."

"Gue selalu doain yang terbaik buat Arimbi, lo harus bisa hadepin bokap nyokap. Deg-degan gak?"

"Insya Allah, rasanya kayak apa ya..," Naka menjeda kalimatnya, "interviu kerja."

Bayu tergelak, "itu belum seberapa kalau lo datang bawa ortu buat ngelamar."

"Iya juga sih," Naka belum pernah merasa perjuangannya sedahsyat ini. Dia bahkan belum secara terang-terangan menembak Arimbi, keduanya berusaha untuk meyakinkan kalau suatu saat hubungannya lebih dari teman dan berkembang ke arah yang serius, segala keadaan akan baik-baik saja. Meskipun nyatanya, Naka harus berhadapan dengan kedua orang tua Arimbi yang tidak mudah menerima keberadaan Juan yang sempat disembunyikan.

"Mama telpon gue tadi pagi."

"Bahas apa?"

"Banyak..," Bayu menyesap wedang jahe sebentar, "lo harus siap lahir batin kalau Mama nolak."

"Serius sampe ke arah sana?"

"Ya kali kalau lo gak cepet ke Malang."

Naka tersenyum tipis, "yang penting niat gue ke rumah lo baik, kalau ditolak ya usaha lagi."

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang