11_Pekat

1.7K 298 376
                                    

180 Komen untuk part selanjutnya. Segala typos saya betulkan nanti. Jangan lupa nonton Yerihanbang.

..

Salah satu jadwal Arimbi yang dilakukan setiap pagi adalah mengapeli tukang sayur yang jualan di ujung gang. Biasanya jam enam pagi gadis itu sudah pulang membawa pesanan Mama, tempe dan tahu menjadi bahan makanan yang wajib ada di dalam kulkas.

Kapan pulang Indonesia, Mbak Arimbi?

Tambah cantik aja.

Terus sekarang kerja di mana?

Arimbi sudah mirip kaset yang mengulang lagu berulang dengan lirik yang sama. Awalnya tidak keberatan menjawab panjang lebar tapi lama-lama bosan juga. Maka dari itu demi menghindari pertanyaan berulang dari orang yang berbeda, akhirnya gadis itu mematok waktu kalau belanja tidak lebih dari jam enam pagi. Kalau perlu menunggu tukang sayur sekalian bantuin tata-tata.

Setelah menyelesaikan misi membeli bayam, wortel, lobak, lombok, tempe, ikan blanak dan bonus bolang-baling, Arimbi bergegas mengambil handuk untuk mandi. Dia sudah berencana mencari informasi lowongan kerja sebelum berangkat ke Jakarta minggu depan. Lagipula incarannya di sekitar Jawa Timuran saja, tidak apa-apa gaji tidak sebanyak di Jakarta yang penting UMK.

"Adek," Mama muncul dari arah dapur, "bayamnya beli berapa ikat?"

"Tadi sisa satu aja, Ma."

"Oh ya udah," Mama tidak jadi protes.

"Kurang?"

"Cukuplah, nanti kan ada rendang sama balado telur. Tinggal lombok ijo nanti beli di tukang sayur yang biasanya lewat."

"Oke," Arimbi menyampirkan handuk pada bahu lantas berjalan ke arah kamar mandi.

Sementara sang putri sibuk bernyanyi di dalam kamar mandi, Mama berjalan ke arah telepon yang berbunyi. Mengucap salam, senyum Mama langsung sumringah saat tahu siapa yang mengajak bicara di seberang sambungan.

"Insya Allah datang, Mas Bukit sudah kabari kemarin."

"Iya, Ibu mau datang dengan siapa?"

"Paling Papanya Arimba, habis kondangan disempatkan mampir."

"Alhamdulillah, biar Mas Bukit aja yang jemput di tempat kondangan, saya dikasih tahu lokasinya."

"Kita bawa mobil sendiri, Mbak."

"Nanti iring-iringan sama Mas Bukit aja kalau gitu, Ibu,"

"Iya gitu juga gak bisa," Mama mengangguk senang. Selama sepuluh menit mereka saling berbincang banyak hal, bahkan soal rencana ngunduh mantu Bayu juga dibahas.

"Dek Arimbi di Jakarta apa Malang?"

"Arimbi masih di Malang sementara ini, minggu depan kayaknya mau ke Jakarta. Dipanggil kantor konsulat."

"Oh apa mau perpanjangan kontrak?"

"Kayaknya sih tidak, dia bilang penyelesaian administrasi, katanya sekalian mau kasih bingkisan dari Malang."

"Loh kirain mau stay di Jakarta, ada Dek Bayu juga kan?"

"Iya tapi Arimbinya gak mau, katanya masih kangen Mama Papanya, pengennya kerja di Jawa Timuran aja."

"Iyakah? Kayaknya Mas Bukit lagi butuh tenaga marketing deh, saya rekom apa ya?"

"Marketing? Arimbi bukan lulusan ekonomi loh, Mbak."

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang