31_Nada dan Rahasianya

1.6K 263 193
                                    

Sebelum mulai membaca, saya hanya mau bilang kalau konsep ini sudah ada sebelum saya mempublish cerita Jaehyun dan Naeun. Satu per satu permasalahan menemui pencerahan, jangan bosan meninggalkan vote dan komen supaya book ini tetap on fire dilanjutkan. Tidak ada keterangan waktu, alur maju mundur. Segala bentuk typos saya betulkan besok pagi. Ketemu minggu depan Insya Allah setelah seratus komentar. Play mulmed Malaikat Juga Tahu by Dewi Lestari.

..


Nada terpaksa menghabiskan waktu lebih lama di perpustakaan karena ketinggalan mata kuliah akibat ijin sakit yang terlalu lama. Dia tidak mengambil cuti memang, sakitnya masih bisa ditawar. Lagipula ada Naka dan Bayu yang selalu siap sedia kalau dirinya membutuhkan. Meski ketiga sahabat itu memilih jurusan yang berbeda-beda, namun waktu untuk bersama selalu ada.

Meletakkan pulpen di atas buku, Nada mengusap pangkal hidung. Rasanya kepala nyaris copot, leher tegang, tangan pegal saking cepatnya ia ingin menyelesaikan tugas individu yang menumpuk. "Jam berapa?" ia menoleh pada jam yang tertempel pada dinding perpustakaan, "ya ampun, jam satu kurang!" ia buru-buru merapikan buku-buku yang bertebaran, mengambil dengan cepat beberapa yang akan ia pinjam. Dalam waktu sepuluh menit, ia harus sudah berada di dalam kelas.

"Yang ini ya, Teh."

"Loh udah masuk lagi, Nad?"

Nada mengangguk, "pinjemnya bisa dilamain gak, Teh?" tanyanya pada penjaga perpustakaan. "Aku gak yakin bisa selesai baca segitu banyaknya dalam seminggu."

"Buat kamu apa sih yang enggak, Nada?"

Nada tersenyum setelah mendapatkan previlage dari Tifa sang penjaga perpustakaan. "Habis ini ada kelas lagi?"

"Iya, matkulnya Pak Dibyo."

"Pengkajian prosa?"

Lagi-lagi Nada mengangguk, "otakku harus kerja keras, mana siang lagi," Nada mengeluh.

"Yang sabar. Tapi IPK kamu masih di atas tiga kan?"

Nada mengangguk, "masih tiga sih tapi turun, Teh. Gara-gara gak ikut ujian semester kemarin, aku banyak ketinggalan mata kuliah."

Tifa telah selesai mencatat apa saja buku yang dipinjam oleh Nada, "gak apa-apa, waktu studimu masih lama. Yang angkatan dua ribu aja masih ada."

"Serius? Lama banget gak lulus-lulus."

"Biasa alasan klasik, skripsinya ngadat."

"Semoga aku enggak," Nada mengambil lima buku yang ia pinjam, "aku duluan ya, makasih Tetehku sayang!"

Setelah meninggalkan senyum pada Tifa, Nada berjalan cepat menuju lantai dua gedung sebelah untuk mengikuti perkuliahan yang pasti akan terasa asing baginya. Sebagian besar adik kelas yang akan berada satu kelas dengannya, dan ini adalah pertemuan kedua di matkulnya Pak Dibyo yang terkenal disiplin masalah waktu.

Sesampainya di dalam kelas, mengambil posisi yang cukup nyaman untuk menerima pelajaran, ia dihadapkan pada kenyataan bahwa tidak banyak kawan seangkatan yang mengambil mata kuliah ini. Walaupun ada, Nada hanya melambaikan tangan saja karena ia tidak terlalu dekat dengan mereka.

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang