09_Baper?

1.6K 319 165
                                    

Saya baru konsen dengan pekerjaan karena besok pemeriksa dari pusat datang ke kantor. Setelah komen ke 80, malam ini saya update lagi.

..

Senja di bulan Oktober menemani Bayu dan Nada menghabiskan waktu libur yang sangat singkat. Satu sahabat sedang tidak berada bersama mereka karena sibuk dengan kawan yang lain. Seraya menatap lembayung di langit Bali, Nada memejamkan kedua mata saat semilir angin menerpa surainya sebahu. "Bulan kayaknya cepet banget ganti, ya? Dua bulan lagi dua ribu enam, udah dua puluh aja umur kita."

"Hm," Bayu menekuk kedua kaki hingga dagunya diletakkan pada lutut, tatapannya lurus ke arah cakrawala, sedangkan Nada terlihat bersila meletakkan kedua tangan pada pangkuan. Rautnya meski tidak secerah biasanya, namun Bayu cukup senang sahabatnya berada di sisinya saat ini.

Nada membuka kedua mata perlahan, menoleh ke samping, ditatapnya lekat wajah Bayu. "Jon, aku mau ngaku." Jojon, panggilan kesayangan Nada untuk Bayu.

Bayu mengorek telinga –sengaja, karena baru kali ini Nada terlihat serius.

"Jon, dengerin."

Kedua mata Bayu menyipit, "iya tak maafin."

"Ye! Apaan sih ah!" Nada mendorong lengan Bayu hingga tubuh pemuda itu terhuyung ke samping, "aku serius...," ada helaan nafas panjang, Nada ikut menekuk kedua lutut seraya menatap Bayu yang tak kunjung balas menatapnya. "Bayu Jojon Aydinata anaknya Bapak Pandu."

"Norak," Bayu menepis jemari Nada yang ingin mencubit pipinya.

"Dengerin, sini liat aku," Nada menarik lengan kanan Bayu.

"Gini aja udah, tak liatin," Bayu membalas tatapan Nada, sepertinya gadis di sampingnya terlihat puas.

"Gitu dong, kan keliatan cakepnya."

Untuk beberapa detik Bayu hanya menatap dengan raut datar, "aku gak punya receh."

Tawa renyah terdengar, Nada selalu terlihat menyenangkan jika tertawa lepas. Bayu mengamatinya, ada lesung pipi yang selalu ia rindukan ketika bersama. Dahulu terlihat tembem, namun beberapa bulan terakhir berat badan Nada turun banyak sekali sehingga wajahnya terlihat lebih tirus, "makan yang banyak, Nad."

"Udah tadi," Nada menggeser posisi mendekat pada Bayu, lalu disandarkan kepala pada lengan Bayu. Tahun ini mereka berusia sembilan belas tahun, pemikiran-pemikiran masih dipenuhi tugas kuliah, belum tahu akan seperti apa konsep masa depan.

"Jon," panggil Nada sekali lagi.

"Hm?"

"Perjanjian kita bertiga apa masih berlaku?"

Alis Bayu bertaut, "perjanjian yang mana?"

"Perjanjian...," Nada menggantungkan kalimatnya, kian disandarkan kepala pada lengan Bayu yang cukup atletis, "janji sahabat yang pernah kita ikrarin."

"Ha? Yang mana?"

Nada tersenyum mengingat betapa dulu, saat mereka memutuskan untuk bersahabat meski terpisah kota, ada sebuah komitmen yang telah diucapkan sejak empat tahun yang lalu. Janji remaja yang sedang mencari jatidiri lewat pertemanan.

"Masak kamu gak inget?"

"Enggak," Bayu menggeleng, "itu Naka udah balik sama Ayu." Bayu menunjuk pada sepasang kekasih yang berjalan di bibir pantai saling bergandeng tangan.

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang