HBD Uri Kookie!! Diabetes Part! 200 Komen. Play mulmed Cuek by Rizky Febian
..
Rabu tanggal dua puluh tujuh Desember dua ribu tujuh belas, empat hari lagi tahun berganti, Naka merasakan hidupnya masih stagnan sama seperti tahun lalu, hanya jabatan baru saja yang membawa dirinya satu tingkat menjadi lebih diperhitungkan dalam menjalankan pekerjaan.
Dalam pekat, laki-laki itu melajukan mobil seperti biasa untuk memantau berita pagi yang disiarkan secara langsung dari studio TV-Enam. Ditemani lagu yang diputar pada player, benaknya sempat berpikir, mengapa seorang Arimbi sulit untuk ia temui? Apa karena Bayu? Atau alasan lain yang ia tidak tahu?
Sebetulnya niat Naka untuk bertemu Arimbi hanya ingin berterima kasih secara langsung karena selama ini ia merasa terlalu banyak diberi bingkisan oleh gadis itu tanpa tahu alasannya. Rasanya tidak sopan kalau hanya berkabar lewat telepon atau sosial media. Bagaimanapun Naka bukan anak kemarin sore yang menggampangkan arti pemberian seseorang.
Kling!
Ponselnya berbunyi, sepertinya ada pesan masuk. Karena masih menyetir, Naka abaikan tiga bunyi selanjutnya. Nanti saja sesampainya di kantor ia akan membukanya.
..
Menunggu subuh, Arimbi masih duduk di atas sajadah dengan ponsel di dalam pangkuan. Bayu berpesan karena tidak bisa ijin terlalu lama, mau tidak mau Arimbi harus berangkat ke bandara lebih awal. Biar tidak apa-apa menunggu di bandara toh ada restoran yang bisa dijadikan tempat menunggu. Gadis itu masih punya uang untuk sekedar membeli sarapan.
Kini menatap angka empat lebih dua puluh pada layar ponsel, ia menunggu apakah pesannya barusan akan dibalas.
***
"Pagi, Pak Naka!" Naka membalas lewat lambaian tangan saat Faisal yang masih mengenakan baju bebas terlihat menyapa dengan ceria bersama segelas kopi hitam pekat dalam genggaman.
"Pagi, Sal. Tumben melek."
"Saya tidur sesuai jadwal, Pak."
"Bagus," Naka berjalan menuju studio mengecek kesiapan siaran pagi seperti biasa. Menemui pengarah acara, mendiskusikan beberapa hal lalu berbalik ke arah ruang redaktur, Naka agaknya lupa dengan pesan di dalam ponsel yang belum ia buka.
"Sudah oke, Mas?"
"Revisi di bagian yang tak tandai, lainnya oke."
"Baik, saya perbaiki sekarang."
"Saya mau subuhan, kalau butuh cari di ruangan."
"Siap," Alfian mengangkat jempol lalu membiarkan sang atasan meninggalkan ruangan staf.
Sebelum memasuki ruang kerjanya, Naka mengambil air wudhu lantas menunaikan shalat subuh di dalam ruangannya. Suasana terasa sunyi seperti biasa, paling setelah ini ia akan memutar instrumen sebagai pembunuh sepi karena belum banyak orang yang stand by, hanya studio siaran dan ruang monitor saja yang sudah berisi banyak personil, sisanya seperti di dalam ruangan Naka, senyap.
Kling! Naka menoleh pada ponsel yang tergeletak di atas meja kerja. Setelah melipat sajadah, diambilnya ponsel untuk mengecek beberapa pesan yang belum terbuka. Banyak notifikasi muncul, namun ada satu yang membuat Naka terdiam sampai akhirnya sudut bibirnya sedikit terangkat ke atas.
Saya ada di bandara lebih awal, penerbangannya jam sebelas, mungkin kita bisa ketemu sebelum jam sepuluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahara
Fanfiction[Tamat] Rahara : merujuk pada perempuan, tepatnya gadis pada usia yang sudah pantas untuk menikah. Arimbi datang ke Baku untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang diplomat, namun hidup tidak selamanya seperti yang ia inginkan ketika seorang pria...