24_Sehari Bersama Arimbi (1)

1.6K 300 328
                                    

200 Komen dan 110 vote untuk lanjut part Jungri lagi, saya bagi jadi dua karena terlalu panjang

..

Mata Arimbi membulat takjub saat Naka melapor pada pos satpam jika ia mengantar pelamar yang akan diinterviu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Arimbi membulat takjub saat Naka melapor pada pos satpam jika ia mengantar pelamar yang akan diinterviu. Meski tidak terlihat seperti pabrik pada umumnya, namun gadis itu tahu seperti apa pengelolanya.

"Mbi," Naka membuka pintu mobil.

"Iya?"

"Turun dulu, ngisi buku tamu sama ambil tanda pengenal."

"Oke," Arimbi bergegas turun melakukan prosedur yang diminta oleh pihak keamanan. Masih mengamati sekitar, perusahaan terlihat sangat rapi dengan banyak papan guide. Pantaslah kalau pegawainya digaji cukup besar, Arimbi harus benar-benar berusaha melebihi yang pernah ia lakukan saat diwawancara kerja.

"Nanti ke lobi langsung ketemu dengan resepsionis supaya diarahkan ke ruang HRD," berikut penjelasan petugas keamanan yang telah terlebih dahulu menelepon orang di dalam gedung.

"Baik, Pak. Terima kasih," Arimbi menunduk pamit. Mobil Naka diparkirkan agak jauh sesuai petunjuk petugas keamanan. Sebelum memasuki gedung, Arimbi menghampiri mobil Naka.

"Langsung masuk?" Naka sudah keluar dari mobil.

Arimbi mengangguk, "tasku," ia membuka pintu kedua hendak mengambil barang bawaan.

"Ranselnya ditinggal aja, Mbi."

"Gak apa-apa aku bawa, nanti sekalian ke hotel seselesainya interviu."

"Gak usah," Naka menahan tangan Arimbi yang mengeluarkan ransel dari dalam mobil.

"Jangan ah, ini udah ngrepotin banget dijemputin," Arimbi menolak secara halus.

"Kamu mau interviu bukannya ngurusin tas."

Arimbi menatap Naka yang memasukkan tas ransel kembali ke dalam mobil, "aku gak tau selesai jam berapa."

"Nanti kujemput."

"Jauh loh, gak usah aja ya?" Arimbi betul-betul tidak enak hati bagaimana membalas kebaikan Naka nantinya. Lagipula dia belum mencari hotel tempat menginap, kalau ransel dibawa Naka berarti dia akan tergantung dengan laki-laki itu. Udah kayak orang pacaran aja!

"Nurut sama yang lebih tua," Naka menutup pintu mobil, "cek dulu berkas-berkasnya."

Arimbi membuka map kancing yang ia tenteng memastikan berkas yang ia butuhkan masih lengkap, kemudian tas jinjing juga sudah tergantung di bahu kanan. Surainya dikuncir rapi, tidak ada masalah dengan baju yang dikenakan.

"Sudah?"

Arimbi mengangguk, menatap sekilas ke arah pintu masuk lobi, ia kembali menatap Naka. "Jangan gini."

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang