39_Yakin?

1.8K 312 224
                                    

Lebaran masih lama, semoga book ini bisa selesai dalam waktu dekat jadi bisa posting book baru. Seratus lima puluh komen untuk update selanjutnya, terima kasih!

..

Hari berlalu, hingga bulan berganti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari berlalu, hingga bulan berganti. Tidak ada pergerakan berarti untuk hubungan Arimbi dan Naka. Selepas malam di mana Arimbi mengutarakan niatnya untuk kuliah lagi, Naka menjadi lebih pendiam meski sebelum meninggalkan Malang, ia sempat pamit pada kedua orang tua Arimbi. Mama merasakan pesan tersirat dari Naka jika laki-laki itu berusaha menerima keputusan Arimbi dan keluarga, namun di sisi lain ada ganjalan yang belum sempat diutarakan.

Naka kembali tenggelam dalam kesibukannya, sementara Arimbi juga sama sibuknya menyelesaikan pekerjaan, mulai membuat surat resign untuk menyerahkan di waktu yang tepat ketika semua tanggungan tugasnya di akhir bulan terselesaikan. Hingga perlahan mempersiapkan dokumen-dokumen untuk keperluan mengikuti tes daring dengan Universitas yang akan ia masuki akhir tahun ini jika benar-benar lolos.

Sora yang tahu rencana Arimbi jadi heran sendiri, sebenarnya ada tidak sih yang peduli dengan perasaan masing-masing? Baik Naka maupun Arimbi sudah mirip orang yang siap untuk berpisah, meski Sora tahu di dalam hati terdalam, ada perasaan Naka yang tidak rela. Tapi sayangnya, adiknya itu masih tidak ingin membahas soal kepergian Arimbi, bahkan saat Arimbi menyempatkan diri untuk mampir ke rumah orang tua Naka di sela-sela mengurus dokumen di Universitas swasta yang akan memberangkatkan dirinya, rencana untuk kuliah di luar tidak juga diutarakan dari bibir sepasang kekasih tersebut.

Semua terlihat damai, tentram, namun sesungguhnya ada banyak hal yang seharusnya dibicarakan hanya dipendam, entah kapan akan diungkap di depan kedua keluarga secara terang-terangan.

"Nak Arimbi gak pengen lebih lama di Jakarta? Kan jarang banget ketemu sama Naka."

Arimbi menanggapi dengan senyuman, "Pak Nakanya sibuk, nanti saya ganggu kalau lama-lama di sini."

"Mosok ketemu sama calon istri merasa terganggu, iya to, Ka? Kamu ngrasa gitu?"

Naka menggeleng, "di mana-mana kalau ketemu Arimbi pasti senenglah, lagian siapa sih yang mau jauh-jauhan lama sama calon istri?"

Arimbi yang ikut menata bunga di teras kediaman orang tua Naka mulai tersentil. Semenjak tadi pagi Naka menjemputnya di penginapan, tidak ada kata-kata manis yang terucap. Arimbi pikir mungkin Naka canggung karena terakhir mereka bertemu di saat yang tidak tepat. Arimbi memang datang ke Jakarta dua hari yang lalu, namun baru sekarang sempat mampir.

"Kamu jangan kelamaan, kasihan Nak Arimbi nungguin."

Arimbi menghela nafas panjang, perkara pernikahan bukan Naka yang menundanya, namun dirinyalah yang meminta. Dan sayangnya Naka hanya mengiyakan tanpa menjelaskan isi hati dan pikiran, padahal Arimbi juga sebetulnya menunggu reaksi Naka akan seperti apa ke depannya. Apakah melepas begitu saja, atau akan ada komitmen lebih jauh?

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang