16_Rindu Dalam Hati

1.5K 290 256
                                    

Lanjut setelah komen 150. Play mulmed Rindu Dalam Hati cover.

..

Pak Naka, tolong jangan ngetag saya lagi. Saya gak mau geer, tapi kayaknya banyak yang nyebut nama saya akhir-akhir ini.

Naka sudah mengira kalau Arimbi pasti akan mengirim pesan dan protes perihal postingannya yang menjadi ramai diperbincangkan teman-teman kantor. Bahkan Faisal yang tidak bisa diam selalu cie-ciein menyebut nama Arimbi. Padahal sekantor mana kenal dengan gadis itu.

Tapi bukan Naka kalau tidak bisa meredam. Cukup diam tidak menanggapi, lama-lama juga nanti hebohnya hilang sendiri.

"Halo, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalaaam," suara Arimbi berubah cempreng sebagai tanda protes. "Kuping saya gatel loh ini."

"Kamu kok geer banget sih, Mbi."

"Ya iyalah orang yang komen di postingan Pak Naka banyak banget, mana ngetag nama saya kan jadi berisik tang ting tung tang ting tung."

Naka tersenyum mendengar respon Arimbi, "ya dibisukan kan bisa."

"Mas Faisal juga, kenapa ikutan ngetag? Kan saya gak kenal siapa-siapa yang ngetagin saya, Pak," masih lanjut ternyata protesnya.

"Ya gak perlu ditanggepin, marahin aja Faisalnya."

"Semua gara-gara Pak Naka sih!"

Naka mau tidak mau tertawa tanpa bersuara mendengar Arimbi mengomel, "nanti suaranya habis marah-marah terus."

"Biarin, sebel sumpah!"

"Kayak anak kecil gitu aja sebel."

Bibir Arimbi jadi manyun, kenapa Naka tidak berperasaan sih? Dia kan butuh obat penangkal baper! Malu tahu dinotis banyak orang yang rata-rata relasi Naka. Arimbi bukan apa-apanya Naka, kenapa dia merasa jadi selebritis?

"Tasnya bagus kamu pake," Naka mengalihkan topik supaya Arimbi tidak uring-uringan terus.

"Iya dong orang yang pake juga cantik," Arimbi memuji diri sendiri.

"Brarti saya gak salah pilih."

"Ha?" Astaga mau diapakan lagi jantung Arimbi? "Pak Naka pinter milih tas, seleranya bagus!" alih-alih mengeles, suara Arimbi terdengar sedang grogi.

"Arttinya saya bisa nebak selera kamu, baguslah."

"Hm..," Arimbi memainkan ujung selimut, "tapi saya minta maaf sebelumnya."

"Kenapa?"

"Saya gak bilang siapa-siapa dikasih tas sama Pak Naka, ntar Mama heboh kayak temen-temennya Pak Naka."

"Gak apa-apa, dipake juga saya udah seneng. Gak penting yang ngasih siapa."

"Gak gitu juga, saya nanti bakal kasih tau Mama kok kalau waktunya tepat. Pak Naka jangan cemberut ya?"

Ya ampun begitu saja cemberut? Memangnya Naka Arimbi yang baperan? "Jangan kasih tau Mama kamu kalau ujung-ujungnya bikin kamu gak nyaman."

"Iya juga, tapi kan saya gak pinter bohong lama-lama."

"Apa sih, Mbi?"

Arimbi menatap tas yang terlihat sederhana namun elegan tersebut, selalu kalau mendengar suara lembut Naka jadi dag dig dug. "Pak Naka."

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang